LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
MANGROVE
DAN LAMUN
DISUSUN OLEH :
Nama : Hendrik Agustian Anugrah
NPM :
E1I015062
Prodi
: Ilmu Kelautan
Kelas/ kelompok : B/ 5
Dosen : Ir.Dede Hartono
Aradea Bujana Kusuma,S.si,M.si
Ko.Ass :
1.Heti Lesmiana
2. Worken Malau
3. Okawati Silitonga
4. Dodi Handika
LABORATORIUM
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bengkulu24, Mei 2016
Hendrik Agustian Anugrah
DAFTAR
ISI
HalamanJudul
Kata Pengantar......................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................... ii
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang...................................................................................... 4
1.2.Tujuan................................................................................................... 4
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Mangrove
............................................................................................. 5
2.2.Lamun .................................................................................................. 6
BAB
III. METODE PRAKTEK
3.1.Waktu
Dan Tempat............................................................................... 10
3.2.Alat
dan Bahan..................................................................................... 10
3.3.Prosedur
Kerja...................................................................................... 10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.
4.1.Hasil Pengamatan................................................................................. 12
4.2.
Pembahasan......................................................................................... 17
BAB V.PENUTUP
5.1.Kesimpulan........................................................................................... 48
5.2.Saran..................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi laut, yakni ilmu
pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkap
rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa
besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa tingginya. Tingginya
keanekaragaman jenis biota laut barangkali hanya dapat ditandingi oleh
keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat. Laut seperti halnya
daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme
hidup.
Lingkungan laut sangat luas
cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya
lingkungan tersebut, tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup di
semua bagian lingkungan laut tersebut dan di segala kondisi lingkungan yang
majemuk. Mereka dikelompok-kelompokkan oleh pengaruh sifat-sifat lingkungan
yang berbeda-beda ke dalam lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi
membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau mintakat-mintakat menurut
kriteria-kriteria yang berbeda-beda. (Romimohtarto, 2005)
Pemanfaatan biota laut yang
makin hari makin meningkat dibarengi oleh kemajuan pengetahuan tentang
kehidupan biologi yang tertampung dalam ilmu pengetahuan alam laut yang
dinamakan biologi laut (marine biology). Sedangkan ilmu yang mempelajari
hubungan antara biota laut dan lingkungannya dan antara mereka sendiri
dinamakan ekologi (ecology). Biota yang ada di laut diantaranya terumbu karang,
lamun, dan mangrove yang termasuk perpaduan antara laut dan daratan kata lain
perairan payau.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi laut ini adalah
agar praktikan mampu mengidentifikasi dan mengklarifikasikan flora dan fauna
yang ada di zona ekositem mangrove, ekosistem lamun.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 MANGROVE
Hutan bakau atau disebut juga
hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang
terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan
ini tumbuh khususnya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi
bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun
di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu (Anonymousb, 2009).
Menurut Romimontarto (2005),
mangrove umumnya berupa hutan yang terletak di tepi pantai laut di mintakat
pasut. Hutan ini umumnya lebat dan berawa-rawa sehingga penelitian dengan
menggunakan metode transek tidak mudah. Para peneliti harus bekerja keras untuk
dapat melakukan penelitian dengan metode tersebut, tumbuh-tumbuhan mangrove
yang khas kebanyakan beradaptasi seperti yang telah diterangkan. Beberapa jenis
seperti Avicennia hidup di habitat yang berair lebih asin sedangkan Nypa
fructicans terdapat pada habitat yang berair lebih tawar. Beberapa hewan
mangrove beradaptasi hidup melekat pada akar Rizophora dan Bruguiera. Bersama
mereka biasanya terdapat masyarakat kecil terdiri dari keong, kerang, kepiting,
udang, teritip, isopoda, amphipoda, cacing, sepon dan ikan.
Menurut Prajitno
(2007) bahawa hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak-semak,semak yang
terdiriitu Genera Tumbuhan Aegiatus Berbunga Avicennia, Sonneratia,
Rhizophora, Bruguiera, Xylocarpus, Langunculana, Aegiatus, Snaed, dan
Conocarpus yang termasuk kedalam 8 familiy. Berdasarkan ketahanannya
terhadap genangan pasang air laut, Prajitno (2007) mengelompokkan
tumbuhan mangrove menjadi lima, yaitu:
1. Spesies tumbuhan yang selamanya tumbuh di
daerah genangan untuk semua pasang naik: pada umumnya tidak ada spesies dapat
hidup pada kondisi seperti ini, kecuali Rhizophora mucronata
2. Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah
genangan untuk semua pasang medium: spesies yang banyak hidup di sini adalah
dari genera Avicennia, yaitu Avicennia alba, A. marine, A.
intermedia, dan Sonneratia griffithi, serta spesies Rhizophora mucronata
yang tumbuh di tepi sungai.
3. Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah
genangan pada pasang naik normal: umumnya tumbuhan mangrove dapat hidup di
daerah ini. Namun yang paling dominan adalah spesies dari genera Rizhopora
4. Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah
genangan hanya pada pasang-naik tertinggi (spring-tide): cocok untuk spesies Bruguiera
gymnorhiza dan B. cylindricat.
5. Spesies tumbuhan yang hanya tumbuh di daerah
genangan pada pasang naik lainnya (kadang-kadang digenangi oleh pasang
tertinggi): Bruguira gymnorhiza dominan, akan tetapi Rhizophora apiculata
dan Xylocarpus granatus dapat tahan di daerah ini
Menurut (Anonymous,
2009) hutan mangrove terdapat lima zona berdasarkan frekuensi air pasang yaitu:
1. Hutan yang paling dekat dengan laut ditumbuhi
oleh Avicennia dan Sonneratia.
2. Hutan pada substrat yang sedikit lebih tinggi
yang biasanya dikuasai oleh bruguiera cylindrical.
3. Kearah daratan lagi hutan dikuasai
olah Rhizophora mucronata dan R.
apiculata.
4. Hutan yang dikuasai oleh Bruguiera
parviflora kadang jumpai tanpa
jenis pohon lainnya.
2.2 LAMUN
Padang lamun adalah ekosistem
yang ditumbuhi lamun sebagai vegetasi yang dominan (Tomascik et al., 1997,
Wib,owo et al., 1996). Wilayah ini terdapat antara batas terendah daerah
pasang surut sampai kedalaman tertentu di mana matahari masih dapat mencapai
dasar laut. Padang lamun mendukung kehidupan biota yang cukup beragam dan
berhubungan satu sama lain.
Di samping itu, padang lamun
adalah “pengekspor” bahan organik ke ekosistem lain seperti ekosistem terumbu
karang dan hutan bakau melalui hewan-hewan herbivora atau melaui proses
dekomposisi sebagai serasah.
Keanekaragaman biota padang
lamun adalah cukup tinggi. Sejumlah invertebrata: moluska (Pinna, Lambis,
dan Strombus); Echinodermata (teripang – Holoturia, bulu babi
– Diadema sp), dan bintang laut (Archaster, Linckia); serta
Krustasea (udang dan kepiting). Di Indonesia, padang lamun sering di jumpai
berdekatan dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang (Tomascik et al.,
1997, Wibowo et al., 1996)
Sehingga interaksi ketiga
ekosistem ini sangat erat. Struktur komunitas dan sifat fisik ketiga ekosistem
ini saling medukung, sehingga bila salah satu ekosistem terganggu, ekosistem
yang lain akan terpengaruh. Seperti terumbu karang, padang lamun memperlambat
gerakan arus dan gelombang. Karenanya, sedimen yag tersuspensi dalam air akan
mengendap dengan lebih cepat. (Kusumawati, Rinta).
Secara ekologis padang lamun
memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun merupakan sumber pakan bagi
invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan dan melindungi mereka dari
serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam proses
siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun
abrasi. Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang
tinggi dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva invertebrata
dan makanan tersuspensi pada kolom air.
Tumbuhan lamun merupakan
satu-satunya tumbuhan berbunga dan berpembuluh (vascular
plant) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri
hidup terbenam di dalam air laut. Beberapa
jenis lamun bahkan ditemukan tumbuh sampai 8–15
meter dan 40 meter. Tumbuhan lamun jelas
memiliki akar, batang, daun, buah dan biji.
Lamun termasuk dalam kelas monocotyledoneae,
anak kelas alismatidae, yang terdiri atas 2
famili, yaitu hydrocharitacheae dan potamogetonaceae,
12 genera, dan 60 spesies. 7 genera
diantaranya berada di perairan tropis, dari
famili hydrocharitacheae yaitu enhalus sp.,
halophila sp., dan thallassia sp. sedangkan dari
famili potamogetonaceae, yaitu chymodeceae sp.,
halodule sp., syringodium sp., dan
thalassodendron sp. Lamun termasuk dalam divisi
thallophys (tumbuhan berthalus) dengan ciri khas
memiliki akar, batang dan daun belum bias dibedakan. Reproduksi
lamun dapat dilakukan secara aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan
terbentuknya stolon, sedangkan reproduksi seksual
terjadi dengan terbentuknya hydrophilus. Tunas berdaun yang
tegak dan tangkai-tangkai yang merayap pada lamun
efektif sebagai alat berbiak. Berbeda dengan
tumbuh-tumbuhan laut lainnya, lamun dapat
berbunga, berbuah dan menghasilkan biji (Rinta Kusumawati).
Secara umum
manfaat lamun terbagi atas dua kelompok, yaitu manfaat
ekologis dan manfaat ekonomis. Manfaat ekologis lamun
lebih mengarah kepada fungsinya sebagai anggota
ekosistem lamun yang dominant, yaitu sebagai:
1. Tempat berlindungnya
larva ikan dan biota laut, serta sebagai
daerah sumber makanan bagi ikan dan udang.
2. Penahan ombak
dan memperlambat aliran arus, atau sebagai pelindung pantai dari
abrasi pantai.
Selanjutnya, manfaat ekonomis
lamun lebih mengarah pada pemanfaatannya untuk
kepentingan hidup manusia, diantaranya:
1. Bahan baku
produk-produk tradisional, yaitu bahan baku
kompos (pupuk), cerutu, mainan, keranjang
anyaman, tumpukan untuk pematang, pengisi kasur, makanan, dan
jaring ikan.
2. Bahan baku produk-produk modern ,
yaitu sebagai penyaring limbah, stabilizator
pantai, bahan baku pada pabrik kertas,
makanan, obat-obatan, dan sumber bahan kimia (Rinta Kusumawati).
Lamun umumnya
teridentifikasi tumbuh dengan subur di perairan yang terbuka dan memiliki
dasar perairan pantai yang berpasir mengandung
lumpur, pasir, krikil, dan patahan karang
mati. Pendukung lain adalah kecerahan perairan
yang tinggi, suhu yang stabil, dengan kedalaman sekitar 1 – 10 meter.
Ekosistem lamun
dapat berasosiasi dengan baik dengan ekosistem
mangrove dan terumbu karang. Terumbu karang
berperan sebagai penghalang arus air laut sehingga
memungkinkan komunitas mangrove dan lamun di
belakangnya dapat tumbuh dengan baik. Lamun,
kemudian berperan untuk menahan sedimen dan
memperlambat gerakan air, sehingga menguntungkan
bagi terumbu karang yang sangat rentan terhadap
kelimpahan sedimen. Mangrove juga berperan sebagai
penahan sedimen, terutama yang berasal dari
daratan, sehingga mengurangi kemungkinan penutupan
lumpur pada terumbu karang dan padang lamun. Kumpulan sedimen yang
terkumpul, pada gilirannya dapat menjadi substrat bagi
komunitas mangrove (Hutabarat,S. 1985). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesuburan lamun adalah sebagai berikut:
1.
Kecerahan
Lamun membutuhkan intensitas
cahaya untuk berfotosintesis. Hal ini menyebabkan sulitnya lamun tumbuh
di perairan yang lebih dalam. Intensitas
cahaya untuk laju fotosintesis lamun
ditunjukkan dengan peningkataan suhu dari 29–35°C
untuk Zostera marina, 30°C untuk Cymidoceae
nodosa dan 25–30°C untuk Posidonia oceanica
(Anonim,2009).
2.
Kekeruhan
Kekeruhan secara tidak langsung
lamun karena dapat menghalangi penetrasi cahaya yang dibutuhkan
lamun untuk berfotosintesis. Kekeruhan dapat disebabkan karena
partikel-partikel tersuspensi dari bahan organik
atau sedimen, terutama dengan ukuran yang
halus dan dalam jumlah yang berlebih. Pada
perairan pantai yang keruh, maka cahaya
merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan
produksi lamun.
3.
Temperatur
Suhu optimal untuk pertumbuhan
lamun yaitu 28 – 30°C. Kemampuan proses fotosintesis
akan menurun dengan tajam apabila temperatur perairan berada di
luar kisaran optimal tersebut. Suhu yang baik untuk
mengontrol produktifitas lamun pada air adalah sekitar
20–30°C suntuk jenis Thalassia testudinum dan
sekitar 30°C untuk Syringodium filiforme (Anonim,
2009) .
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Waktu
Pratek lapangan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 03 desember 2011, di Pulau
Engano,Desa kahyapu, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan pada praktek lapangan biologi laut adalah sebagai berikut:
.1. Kamera
digital
2. Buku
identifikasi
3. Kantong
sampel
4. Alat
tulis menulis
5. Rol meter
6.Tali
raffia dan patok.
Bahan yang
digunakan pada praktek lapangan biologi laut adalah sebagai berikut.
1. Ekosistem
mangrove
2. Ekosistem
padang lamum
3.3 Langkah Kerja
Prosedur
kerja pada pratikum lapangan biologi laut adalah sebagai berikut:
1.
Ekosistem Mangrove
- Membuat transek didaerah ekosistem mangrove dengan menggunakan tali rafia dengan ukuran yang telah ditentukan 10m x 10m.
- Mengamati dan mencatat jenis jumlah mangrove yang ada di dalam stasiun
- Mengambil foto sebagai bukti untuk mengidentifikasi jenisnya
2.
Ekosistem Lamum
- Dibentangan transek garis (meteran) dibuat pengamatan (transek 50 cm x 50 cm).
- Dilakukan Pengamatan pada tiap bagian transect kuadrat.
- Diamati dan catat, tiap penutup spesies vegetasi lamun yang terdapat pada plot pengamatan, sesuai dengan kelas masing-masing
- Setelah itu identifikasi lamun tersebut dan hitung indeks keanekaragaman.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAAN
Data hasil pengamatan yang
diperoleh pada pratikum lapangan adalah sebagai berikut:
4.1MANGROVE
Mangrove
I (Rhizophora apiculata ).
Mangrofe II (Bruguiera
gymnorrhiza )
Mangrofe III (Sonneratia alba )
Mangrove I (Rhizophora apiculata ).
4.2 LAMUN
Lamun
I(Thalassia
hemprichii )
Lamun
II (Enhalus acoroides)
PENGAMATAN BIOTA DI EKOSITEM LAMUN
E
.fuscoguttatus
Holothuria (Metriatyla)
B.argus
Actinopyga Palauensis
Glacilaria
Arcuata
BIOTA YANG BERSIMBIOSIS DI MANGROVE
Periophthalmus sp.
Scylla Serrata
Potamididae
Pembahasaan
1.
Ekosistem Mangrove
Pada
pengambilan data pada pohon mangrove, hal pertama yang dilakukan adalah membuat
stasiun 10×10 meter persegi. selanjutnya mendata ekosistem yang ada didalam
stasiun,
Mangrove I (Rhizophora apiculata ).
Klasifikasi Rhizopora
apiculata
Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Rhizophoraceae
Genus
:
Rhizophora
Spesies : Rhizophora
apiculata Bl.
Deskripsi Rhizopora
apiculata
Rhizopora
apiculata memiliki ciri dengan akar tunjang yang menyolok dan
bercabang-cabang. Batang berkayu dan berbentuk silindris. Daun
tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup
tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin
serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai.
Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang
menggembung
Pohon dengan ketinggian mencapai 30
m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga
mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar
dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
Daun yang dimilikinya warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian
tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan
warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips
menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Reproduksi secara Biseksual, kepala
bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di
ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4;
kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning
kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.Buah kasar berbentuk
bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi
satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher
kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm
dan diameter 1-2 cm.
Ekologi :Tumbuh pada tanah
berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai
substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat
mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan
pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara
permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan
kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan
mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan
terdapat sepanjang tahun.
Habitat.
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan
Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik.
Mangrofe II (Bruguiera gymnorrhiza )
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrhiza
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrhiza
Bruguiera adalah nama marga tetumbuhan yang termasuk ke dalam suku Rhizophoraceae.
Ini adalah marga kecil yang beranggotakan enam spesies pepohonan mangrove di wilayah Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik bagian barat; mulai dari
pantai Afrika Timur danMadagaskar, menyusuri pesisir India, Sri Lanka dan wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara, Melanesia dan Polinesia.
Beberapa jenisnya dikenal dengan nama-nama lokal seperti berus, kendeka, putut, tumu atau tongke.
Pohon
sampai sekitar 10 m, tetapi sering kurang; mahkota berbentuk kerucut pada
awalnya, tetapi kemudian lebih teratur; kulit hitam, kasar; dengan lutut-akar.
green pertumbuhan baru menjadi abu-abu, mengkilap, berbulu.
Bunga
soliter, hingga 40 mm panjang; kelopak dan sepal 8-18, kelopak berwarna putih
krem, jatuh dengan benang sari; sepal hijau di tempat teduh, merah muda di
bawah sinar matahari langsung. Buah berry berdaging hingga 25 mm panjang,
berkecambah di pohon untuk membentuk ribbed, hipokotil coklat (baru jadi root)
sekitar 110 mm panjang. Pohon tumbuh lambat dan mungkin cukup berumur panjang.
Marga ini dicirikan oleh kelopak bunga yang memiliki 8-16 taju runcing
memanjang, 16-32 benang sari,
pelepasan serbuk sari secara eksplosif, dan buah yang
berkecambah ketika masih di pohon (propagul). Nama marga ini diberikan untuk
menghormati Jean Guillaume
Bruguière (1750–1798),
seorang penjelajah dan biologiwan bangsa.
Daun
berlawanan, ramai di ujung cabang, kira-kira elips, 60-120 x 20-60 mm, berbulu,
mengkilap apel hijau ketika muda, menjadi kuning dengan usia; margin polos, tidak
bergigi atau bergigi, sedikit digulung di bawah, tip menunjuk tapi tanpa tulang
belakang, mendasarkan menyempit, tangkai hingga 30 mm panjang; dengan stipula
interpetiolar yang jatuh awal. (Stipula Interpetiolar kecil, segitiga,
outgrowths leaflike pada batang antara dan di sudut kanan ke batang daun yang
berlawanan, mereka biasanya merek dagang dari keluarga kopi, Rubiaceae, dan
mangrove adalah salah satu dari sangat sedikit kelompok lain dari tanaman untuk
memiliki fitur ini.)
Status konservasi
habitat bakau dan
penghuninya terancam hampir dimanapun mereka ditemukan oleh eksploitasi
berlebihan. Di Afrika Selatan, Bruguiera gymnorrhiza dilindungi dalam hal UU
Kehutanan Nasional (dan izin harus diperoleh sebelum tanaman atau bagian
tanaman yang dikumpulkan). Namun, ancaman di negeri ini belum cukup berat bagi
pohon ini untuk muncul di daftar Red Data.
Distribusi dan Habitat
Hitam treeBlack bakau
bakau adalah salah satu pohon yang paling banyak didistribusikan di daerah
tropis, dan terjadi di sepanjang pantai timur Afrika dari utara dari East
London (Eastern Cape) ke Somalia, Madagaskar dan pulau-pulau di Samudra Hindia,
pantai Asia selatan dari Iran ke China, utara Australia dan beberapa pulau
kecil (dan besar) di Pasifik. Tumbuh di sisi arah laut dari muara di lumpur, di
tempat-tempat yang disiram dengan baik dan es gratis. Ini tidak terjadi secara
alami di Hawaii, jelas karena pulau-pulau yang terlalu jauh dari mana saja
untuk propagul dijangkau oleh hanyut. Namun, tanaman diperkenalkan telah
menjadi naturalisasi di sana.
Derivasi nama dan
sejarah aspek
Theophrastus dari
Eresus, menulis dalam buku botani pertama, ditulis tentang 330BC, mengulangi
dongeng mengatakan kepadanya oleh seorang pelaut Yunani yang telah ke pulau
Serendip sekitar hutan yang indah di sana yang berdiri di atas tanah surut,
namun tenggelam di pasang (Enquiry ke Tanaman IV. vii. 4). rawa mangrove ini
masih ada, dan masih mengandung populasi Bruguiera, di Colombo pelabuhan, Sri
Lanka. Nama genus memperingati satu Jean Guillaume Bruguiere (s) (1750-1798),
seniman botani dan kolektor tanaman, yang dikirim oleh pemerintah Perancis ke
Madagaskar, Mauritius, Rodrigues dan Kepulauan Kerguelen, dan dikumpulkan di
Cape pada tahun 1792. The spesifik kualifikasi berasal dari dua kata Yunani
yang berarti akar telanjang, dan mengacu pada lutut-akar yang memproyeksikan
atas lumpur rawa.
Ada 15 genera dan 120
spesies dalam keluarga Rhizophoraceae, dari yang empat marga dan 10 spesies di
Afrika bagian selatan. Masing-masing dari genera pohon mangrove di keluarga di
Afrika bagian selatan diwakili oleh spesies luas tunggal. Pusat utama
keanekaragaman mangrove adalah di India, Malaysia, Indonesia dan Australia, dan
sehingga tidak mengherankan untuk menemukan bahwa empat dari enam spesies
Bruguiera dapat ditemukan di Australia, dan empat (beberapa yang berbeda) di
India.
Ekologi
Bibit Ini adalah salah
satu fitur penasaran mangrove bahwa objek satu dilihatnya menduduki tempat buah
tampaknya matang bukanlah buah atau biji. Sejumlah besar buah-buahan
mengembangkan dan sebagian besar matang berhasil. Tapi kemudian benih
berkecambah dalam buah, dan mengembangkan hipokotil panjang, sehingga apa yang
jatuh dari pohon itu baik disebut propagul (dalam efek, sebuah berkecambah
bibit). Dalam bakau hitam hipokotil adalah tentang ukuran, bentuk dan warna
dari Havana cerutu sederhana, sehingga tidak sempurna disesuaikan dengan
membuat sebagian besar peluang untuk rooting di lumpur. Di hutan bakau lainnya,
hipokotil berkembang sedemikian rupa sehingga berat di salah satu ujung,
sehingga kemungkinan bahwa propagul akan mendarat tegak di lumpur, dengan
kekuatan yang cukup untuk mengajukan aman agar tidak hanyut oleh arus dan
pasang. Jika propagul (mangrove ada) tersapu ke laut, itu akan segera tumbuh
beberapa pasang daun, yang bertindak sebagai layar ketika sedang dibawa ke
pantai lain.
Salah satu masalah
utama bagi setiap tanaman yang tumbuh dalam kondisi yang sangat garam dari rawa
mangrove adalah bagaimana untuk menyingkirkan kelebihan garam. bakau hitam
mencapai hal ini dengan mendepositokan garam di daun tua, yang akhirnya dibunuh
oleh terkonsentrasi "menolak" yang dikandungnya. Daun pergi kuning
dan jatuh, mengambil kelebihan garam dengan mereka, dan sehingga pengunjung ke
rawa mangrove akan melihat pohon-pohon yang sehat menjatuhkan daun pada setiap
dan sepanjang tahun. Hampir segera setelah daun jatuh, salah satu kepiting (Uca
spp., Dan mungkin orang lain) di rawa akan cepat muncul, ambil hadiah dan lari
kembali ke lubangnya, karena ini daun jatuh adalah barang utama dalam kepiting
' diet.
Jatuh daun, akar dan
mudskippers
Masalah lain dengan
menjadi bakau adalah bahwa akar mereka secara permanen terendam air lumpur,
tapi masih butuh udara untuk bertahan hidup. mangrove yang berbeda telah
berevolusi struktur yang berbeda untuk menangani hal ini, seperti prop-akar
Rhizophora atau pensil-akar (pneumatophores) Avicennia. Pada Bruguiera, yang
"bernapas akar" adalah struktur lutut seperti memproyeksikan sekitar
30 cm di atas lumpur dan didukung pada dua atau lebih akar. Bagian atas dari
masing-masing mengembangkan jaringan kalus seperti melalui pertukaran udara
yang diperlukan terjadi.
Sebuah laporan dari
Kepulauan Ryukyu (Jepang) menunjukkan bahwa Bruguiera gymnorrhiza adalah
burung-diserbuki, yang akan membuat rasa nektar berlebihan yang dikeluarkan
oleh bunga-bunga. Namun, tampaknya bahwa Black Mangrove di Inhaca Island,
Mozambik, diserbuki oleh lebah.
warga lain dari
rawa-rawa bakau lokal termasuk lumpur-udang (Upogebia africana) dan berbagai
siput, yang paling mencolok adalah Cerithidium decollata. Beberapa puluhan
individu spesies ini akan ditemukan setengah-a-meter dan lebih di atas
permukaan tanah pada setiap batang pohon. Meskipun buaya dan hiu dilaporkan
dari saluran air di rawa-rawa bakau, mungkin penghuni paling berbahaya adalah
Anopheles gambiae, salah satu vektor nyamuk utama malaria.
Penggunaan dan aspek
budaya
kayu bakau dikenal
karena tahan air, tahan terhadap penggerek, tangguh dan efektif bisa
dihancurkan. Hal ini membuat sangat berharga dan menambah besar terhadap tekanan
manusia pada rawa di seluruh jangkauan. Jadi itu sedih tapi tidak mengejutkan
pada baru-baru (November 2002) kunjungan ke rawa-rawa magrove di Xefina Pequena
Island (Maputo, Mozambik) bahwa satu-satunya Bruguiera kita lihat adalah
kerangka perahu kami menyewa untuk mencapai rawa. Semua pohon hidup telah
ditebang untuk kayu; selain membuat kapal, tiang digunakan untuk membuat
perangkap ikan dan frame dari pondok. Di Malaysia, kayu terkelupas untuk
pembuatan pulp dan rayon, dan fragmen kayu yang dibuat menjadi arang di banyak
tempat. Kulit yang tinggi tanin, dan telah digunakan untuk penyamakan. Hal ini
juga menghasilkan pewarna hitam. Di Hawaii, bunga yang digunakan untuk membuat
lei (kalung bunga, sebagian besar hari-hari ini disampirkan tiba turis).
Tumbuh Bruguiera
gymnorrhiza
Tahun yang lalu,
kemudian Universitas Durban-Westville memiliki deretan besar, pot hias
memisahkan jalan di luar herbarium mereka dari halaman luar. Dalam pot ini
mereka tumbuh Hitam Mangrove, dan ini tampaknya menjadi penggunaan yang ideal
dan habitat bagi pohon-pohon. Mereka membutuhkan sinar matahari penuh untuk
naungan parsial, banyak air dan lingkungan yang relatif hangat. Di alam,
tanaman pendamping dibatasi cukup baik untuk lebih mangrove dan glasswort
sesekali, tapi di taman mereka bisa ditanami apa pun yang menikmati hangat,
tanah tergenang air.
Siapa saja yang ingin
mengulang kesuksesan Durban-Westville akan disarankan untuk memulai dengan
waterproofing bagian dalam sesuai besar (minimal 1 m dan tidak banyak kurang di
bagian atas) pot; terpal plastik yang digunakan untuk bendungan akan bekerja
memperlakukan. Kemudian mengisi pot dengan warna hitam, lumpur-kompos yang
kaya. Sekarang sampai pada bagian yang paling sulit dari semua: menemukan
sumber hukum dari tanaman untuk tumbuh, karena kebanyakan rawa di KwaZulu-Natal
berada di cagar alam. Dengan asumsi Anda mengelola ini, menanam pohon Anda
dengan hati-hati di lumpur, mengingat bahwa pertumbuhan muda sangat rapuh, dan
tetap baik disiram. Bertahun-tahun yang lalu Prof. G.S. Naidoo menunjukkan
bahwa mangrove hitam benar-benar tumbuh lebih baik pada air keran dari air
laut, sehingga tidak perlu untuk membuat campuran eksotis untuk menjaga pohon
bahagia. pohon Anda akan tumbuh sangat lambat, mungkin hanya mengenakan sepasang
daun dalam satu tahun, tetapi akhirnya akan membentuk sangat atttractive, pohon
miniatur berbentuk kerucut dengan batang indah keriput dan kental.
Atau, jika seseorang
memiliki beberapa meter persegi di dalam ruangan (misalnya, di lobi sebuah blok
kantor largish) dan anggaran yang sangat besar, yang bisa membangun sebuah
muara ikan-tank dengan bakau hitam salah satu ujung, dan ikan yang lain.
persyaratan mutlak dalam hal ini akan menjadi area yang luas dari pandangan
untuk filter, protein-skimmer dan semua karya-karya lain dari tangki laut, bank
ikan-tank-siang hari lampu fluroescent, lantai mampu mendukung beberapa ton per
meter persegi dan banyak nasihat dari kiper ahli ikan laut tropis. Saya telah
melihat mudskippers tampaknya penangkaran (Periophthalmus sp.) Di pemasok
tropis-ikan di dekat Johannesburg pada sekitar sepuluh kali harga tetras
sedikit biasa. Menemukan kepiting, udang dan siput yang merupakan bagian
penting dari ekosistem mangrove akan lebih sulit.
Setelah tanaman mapan,
apa tentang hama dan penyakit? Satu-satunya bakau sakit rekan-rekan saya dan
pernah saya lihat jelas menderita kekeringan atau polusi, dan dalam pandangan
kekokohan kayu sangat mungkin bahwa pohon akan menderita dari hama penting atau
penyakit. Beberapa jamur braket tak dikenal telah terlihat di Isipingo (Durban,
Afrika Selatan), tetapi hanya pada kayu mati.
Mangrofe III (Sonneratia alba )
Pohon
selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu
berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar
berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang
berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm. Memiliki daun berkulit,
memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang
daun panjangnya 6-15 mm. Unit dan letaknya sederhana dan berlawanan.
Bentuk Sonneratia
alba bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm.
Bunganya Biseksual, gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di
ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per
kelompok). Daun mahkotanya berwarna putih, mudah rontok. Kelopak
bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng,
panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari banyak, ujungnya putih dan
pangkalnya kuning, mudah rontok. Buah Sonneratia alba seperti bola,
ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah
mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah
matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.
Ekologi Jenis
pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai
tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang-kadang pada batuan dan karang.
Sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang,
juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana jenis
tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang
padat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga hidup tidak terlalu lama dan
mengembang penuh di malam hari, mungkin diserbuki oleh ngengat, burung dan
kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir yang berkarang mereka tersebar secara
vegetatif. Kunang-kunang sering menempel pada pohon ini dikala malam. Buah
mengapung karena adanya jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar nafas
tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada substrat yang keras.
Penyebaran Sonneratia
alba Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh
Indonesia, Malaysia, Filipina, Australia Tropis, Kepulauan Pasifik barat dan
Oceania Barat Daya. Manfaat Sonneratia alba yaitu buahnya asam
dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau
sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Akar nafas digunakan
oleh orang Irian untuk gabus dan pelampung.
Sonneratia memiliki tebal pneumatophores berbentuk
kerucut. Mereka menggunakan ultrafiltrasi di tingkat akar untuk mengecualikan
garam. Sonneratia alba dapat mentolerir fluktuasi salinitas dan sering tumbuh
di terkena, lembut tapi stabil mudbanks rendah pada lumpur pasang surut. Hal
ini diyakini bahwa mereka menyimpan kelebihan garam dalam daun tua yang mereka
kemudian menumpahkan.
Kulit muda Sonneratia ditutupi dengan lapisan lilin,
mungkin untuk melindunginya dari kehilangan air dan serangan oleh makhluk besar
dan kecil.
Menggunakan sebagai makanan: Daun dapat dimakan
mentah atau dimasak. Buah yang matang yang dimakan oleh orang-orang dari Afrika
ke Melayu dan Jawa, dan dikatakan rasa seperti keju. Di Afrika Timur daun
digunakan pakan ternak unta.
Kegunaan lain: Sonneratia digunakan untuk kayu
bakar, tetapi tidak pohon bakau yang lebih disukai untuk tujuan ini. Meskipun
menghasilkan banyak panas, juga menghasilkan banyak abu dan garam.
Mangrove dan lahan basah satwa liar diSungei Buloh
Nature Park
Fitur utama: Tumbuh hingga 15m tinggi.
Bark: Cream, abu-abu untuk kulit coklat, celah
vertikal sedikit.
Akar: Tidak ada penopang atau akar prop. Memiliki
pneumatophores yang kerucut berbentuk (tidak seperti yang pensil seperti
Avicennia).
Daun: Bulat, kasar, sebaliknya, atas dan bawah daun
yang sama.
Bunga: Putih, pom-pom-seperti, terbuka hanya untuk
satu malam.
Buah: Large (4 cm) hijau, buah kasar dengan basis
berbentuk bintang. Mengandung 100-150 biji kecil yang berwarna putih, gepeng
dan apung.
Status di Singapura: Lebih umum pada habitat yang
cocok dibandingkan spesies lainnya Sonneratia.
Distribusi Dunia: S. alba adalah yang paling luas
dari Sonneratia. Mereka ditemukan dari Afrika Timur melalui anak benua India,
Asia Tenggara, Australia bagian utara, Kalimantan dan Kepulauan Pasifik.
2.
Ekosistem Lamum
Lamun
mempunyai perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang hidup terbenam dalam laut
lainnya, seperti makro-algae atau rumput laut (seaweeds). Tanaman lamun
memiliki bunga dan buah yang kemudian berkembang menjadi benih. Lamun juga
memiliki sistem perakaran yang nyata, dedaunan, sistem transportasi internal
untuk gas dan nutrien, serta stomata yang berfungsi dalam pertukaran gas. Akar
pada tumbuhan lamun tidak berfungsi penting dalam pengambilan air, karena daun
dapat menyerap nutrien secara langsung dari dalam air laut. Untuk menjaga agar
tubuhnya tetap mengapung di dalam kolom air tumbuhan ini dilengkapi dengan
ruang udara. Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan
perairan pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan
patahan karang mati dengan kedalaman sampai empat meter.
Lamun
I(Thalassia
hemprichii )
T. hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang tumbuh di perairan tropik
dan penyebarannya cukup luas (Thomascik et. al, 1997). Menurut
Kiswara (1992) lamun jenis ini sangat umum dan banyak ditemukan di daerah
rataan terumbu, baik yang tumbuh sendiri-sendiri (monospesifik) maupun yang
tumbuh bersama-sama dengan lamun jenis lain atau tumbuhan lain (mixed
vegetasi).
Fortes (1993 dalam Latuconsina,
2002) mengatakan bahwa T. hemprichii mempunyai rimpang
(rhizoma) yang berwarna coklat atau hitam dengan ketebalan 1 – 4 mm dan
panjang 3 – 6 cm. Setiap nodus ditumbuhi oleh satu akar dimana akar
dikelilingi oleh rambut kecil yang padat. Setiap tegakan mempunyai 2 – 5
helaian daun dengan apeks daun yang membulat, panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10
mm.
Menurut den Hartog (1970); Philips dan
Menez (1988 dalam Latuconsina, 2002),
Thalassia hemprichii dapat
diklasifikasikan kedalam :
Divisio : Anthophyta
Kelas : Monocotyledonia
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocaritaceae
Sub famili : Vallisnerioideae
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia
hemprichii
Sebaran kedalam relatif sempit, dari daerah
eulitoral sampai kedalaman 4 – 5m, walaupun juga ditemukan pada kedalaman 30 m.
sering merupakan spesies yang melimpah di daerah intertidal rataan terumbu
karang yang menerima hempasan energi yang tinggi dengan substrat pasir dan
pecahan-pecahan karang yang kasar (Thomascik et al, 1997). Philips dan Menez
(1988) dalam Latuconsina (2002) mengemukakan bahwa pada
prinsipnya jenis ini didapatkan di daerah sub tidal dari pasang rendah sampai
kedalaman 5 m. juga dapat tumbuh di daerah intertidal samapai pinggiran
mangrove.
Lamun
II (Enhalus acoroides)
Divisi :
Antophyta
Kelas :
Angiospermae
Sub kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Helobiae
Famili :
Hydrocaritaceae
Genus :
Enhalus
Spesies
: Enhalus acoroides
Nama
Lokal : Settu pita
Nama
Inggris : Tropical eelgrass
Tumbuh pada substrat berlumpur dan perairan
keruh, dapat membentuk padang lamun spesies tunggal, atau mendominasi komunitas
padang lamun.
Spesifikasi
Tanaman lurus, 2-5 daun muncul dari rimpang
yang tebal dan kasar dengan beberapa akar-akar kuat. Daun seperti pita atau
pita rambut (panjang 40-150 cm, lebar 1-5 cm); bergaris seluruhnya dan tebal,
lama terlepasnya dan serat kasar setelah pembusukan; ujung daun tumpul. Mempunyai urat daun yang banyak dan
mempunyai ruang udara, daun berwarna hijau umumnya berwarna gelap dan tebal.
Sebaran
Tumbuh pada pasir-lumpuran sampai pecahan
karang mulai dari surut terendah sampai ke surut tengah, bercampur dengan jenis
lamun lain, tetapi kadang-kadang ditemukan tumbuh sendiri. Jenis ini merupakan
lamun terbesar di Kuta dan tingginya sampai satu meter. Tersebar luas di bagian tropis Samudra
Hindia dan Pasifik Barat dan sangat umum di Kepulauan Indo-Melayu dan di
Filipina
Habitat
di daerah pasang surut yang dangkal dengan
substrat berpasir dan berlumpur, dan intensitas cahaya matahari cukup
Rimpang
Rimpang
merambat, kasar, tidak bercabang atau bercabang (diameter 1-3 cm), dikelilingi
oleh kulit luar yang tebal; akar panjang dan berbulu (panjang 5-15 cm, diameter
2-4 mm). Bunga jantan dan betina muncul pada tanaman yang berbeda. Bunga jantan
muncul pada dasar tanaman, butir serbuk besar. Bunga betina mempunyai tangkai
panjang, panjang 10-30 (40) cm. Buah bentuk telur dengan duri kasar (panjang
2-4 cm, lebar 2-3 cm); biji 6-12.
Para rimpang yang padat ditutupi dengan bulu
berserat hitam panjang yang merupakan sisa-sisa dari sarungnya daun.
penyebaran propagul
Buah bulat dan besar (4-6cm diameter) agak
gelap, mempunyai 6-7 biji putih. Ketika semburan buah yang matang, benih
dilepaskan dan mengambang hanya sekitar 5 jam sebelum mereka mulai tenggelam.
Benih diperkirakan akan dapat melakukan perjalanan 42 km. Ketika benih menetap,
akar berkembang cepat dan biji berkecambah cepat. Enhalus acoroides tersebar terutama melalui reproduksi
vegetative
Reproduksi
spesies ini mengalami penyerbukan permukaan
udara. Jika bertemua dengan spora betina dan mengendap di tenpat yang cocok
maka akan tumbuh menjadi individu baru. Enhalus
acoroides memiliki
bunga-bunga jantan putih kecil sementara bunga betina lebih besar.
Pentingnya / Nilai
N acoroides Daun yang lebat berfungsi penahan arus
ataupun gelombang sehingga memberi perlindungan pada tipe pantai terbuka.
vegetasi tebal tersebut juga menyediakan tempat persembunyian yang baik untuk
beberapa biota dari organisme lain. Sebagai makanan yang umum untuk dugong
tersebut.
Algae
sering tumbuh pada daun padang lamun ini, menyediakan makanan bagi makhluk
penggembalaan seperti siput. Buah dijual sebagai makanan manusia di pasar dan . N. acoroides sangat produktif dan berkontribusi
besar terhadap oksigenasi dari laut serta penyerapan karbon, yang mengarah ke
pengurangan dampak pemanasan global. Selain itu juga bisa di gunakan untul anti
fuoling pada dasar kapal.
PENGAMATAN
BIOTA DI EKOSITEM LAMUN
E
.fuscoguttatus
Kelasifikasi :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : E. fuscoguttatus
Morfologi Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan memiliki
bentuk tubuh agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar
diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik
putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan
poterior. Sirip dadanya berwarna merah, sedangkan sirip-sirip yang lain
mempunyai tepi coklat kemerahan. Pada garis rusuknya terdapat 110-114 buah
sisik (Ghufran, 2001).
Habitat dan Daerah
Penyebaran Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) hidup di habitat berkarang sehingga disebut juga ikan kerapu
karang, penyebarannya mulai daerah tropic sampai sub tropic. Di Indonesia ikan
kerapu macan terdapat hamper diseluruh wilayah perairan seperti: Teluk Banten,
Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura,
Kalimantan, dan Nusa Tenggara (Sugama dkk, 2001). Selain terumbu karang lokasi kapal
tenggelam juga menjadi rumpon yang nyaman bagi ikan kerapu macan. Ikan-ikan
tersebut akan berdiam dalam lubang-lubang karang atau rumpon dengan aktifitas
relatif rendah.
Ikan kerapu macan pada
umumnya hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,53-3 m. Pada umumnya
ikan kerapu macan menyenangi air laut dengan salinitas 33-35 ppt. suhu perairan
di Indonesia tidak menjadi masalah karena perubahan suhu, baik harian maupun
tahunan sangat kecil dan biasanya berkisar antara 27-320C. pada
lapisan permukaan air yang tidak tercemar biasanya mengandung oksihen terlarut
yang memadai untuk pertumbuhan ikan. kandungan oksigen terlarut dalam air laut
minimal 4 ppm. Air laut memiliki pH berkisar antara 7,6-8,7 dan mempunyai daya
penyangga yang besar terhadap perubahan keasaman.
Kebiasaan Makan Ikan Kerapu
Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) merupakan jenis ikan karnivora. Sifat kanibalnya muncul
apabila kekurangan pakan terutama terlihat pada stadia awal. Dari pengamatan
isi perut kerapu kecil diketahui kandungan didalamnya didominasi oleh
golongan Crustacea sebanyak 83% dan ikan-ikan 17%. Namun,
semakin besar ukuran ikan kerapu macan komposisi isi perutnya cenderung
didominasi oleh ikan-ikan. jenis udang-udangan yang banyak dijumpai dalam isi
perut ikan kerapu macan adalah jenis udang krosok (Parapeneus sp), udang
dogol (Metapeneus sp), dan udang jerbung (Penaeus merguiensis).
Sementara kelompok ikan yang ditemukan dalam isi perut ikan kerapu macan adalah
jenis ikan teri (Stelopterus sp), ikan baronang (Siganus sp),
ikan blanak (Mungil sp), dan cumi-cumi (Loligo sp) dalam jumlah
kecil (Akbar, 2000).
Ikan kerapu macan mempunyai
kebiasaan makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan menjelang matahari
tenggelam. Di alam ikan kerapu macan makan sambil berenang diantara batu-batu
karang, lubang atau celah-celah batu yang merupakan tempat persembunyiannya.
Dari tempat itulah ikan kerapu menuggu mangsanya, bila mangsa tampak dari jauh
ikan kerapu macan melesat cepat untuk menangkap dan menelannya, kemudian
kembali ketempat persembunyiannya (Akbar, 2000). Ikan kerapu macan yang
dibudidayakan secara terkontrol, saat akan memijah ditandai dengan nafsu makan
yang menurun jadi pada saat ikan akan memijah pemberian pakan dikurangi dan
saat memijah tidak diberi pakan.
Sistem Reproduksi Ikan
Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Reproduksi ikan kerapu macan bersifat
hermaprodit protogini, yakni pada tahap perkembangan mencapai dewasa (matang
gonad) berjenis klamin betina kemudian berubah menjadi jantan setelah tumbuh
besar atau ketika umurnya bertambah tua. Menentukan jenis klamin ikan kerapu
macan jantan dan betina dapat dilakukan dengan dua cara, yakni menggunakan
selang mikro (kanulasi) yang mampu menghisap telur atau sperma dan menggunakan
metode penggurutan. Ikan kerapu macan betina akan mengeluarkan telur jika
diurut, sementara yang jantan mengeluarkan sperma.
Pemijahan induk ikan kerapu
macan yang dibudidayakan secara terkontrol dilakukan dengan menggunakan tekhnik
rangsangan lingkungan. Keuntungan dari rangsangan lingkungan adalah
dihasilkannya telur yang rata-rata berkualitas baik, pemulihan induk cepat dan
pematangan gonad kembali teratur (Sudaryanto, 1999).
Fenomena perubahan klamin
pada ikan kerapu macan sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan,
umur, indeks klamin, dan ukuran (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003). Bobot induk
ikan kerapu macan betina mencapai 3-4,5 kg dan sedangkan induk kerapu macan
jantan mencapai 5-6 kg keatas atau ketika ikan kerapu macan jantan sudah mampu
menghasilkan sperma untuk membuahi telur ikan betina. Dihabitat aslinya ikan
kerapu macan melakukan pemijahan pada malam hari, yakni antara pukul 20.00
hingga pukul 03.00 pagi. Biasanya ikan kerapu jantan akan berenang
berputar-putar mengikuti ikan kerapu macan betina, dan setelah ikan kerapu
betina mengeluarkan telurnya maka ikan kerapu macan jantan akan mengeluarkan
spermanya sehingga telur akan dibuahi oleh sperma tersebut (Subyakto dan
Cahyaningsih, 2003).
Holothuria (Metriatyla)
Kelasifikasi
:
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Holothuroidea
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria .sp
Phylum : Echinodermata
Class : Holothuroidea
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria .sp
Habitat Teripang
Teripang adalah
hewan avertebrata (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di
lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam
terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.
Teripang merupakan
hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran
maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan 3 komponen
penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada
berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan
penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi
feeder).
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar
laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya
diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia
mengkerut.
Ciri-ciri umum:
1. Hewan jenis
ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis Echinodermata.
2. Hewan ini
sering ditemukan di tepi pantai.
3. Gerakannya
tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan.
4. Rangkanya
direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit.
5. Mulut terletak
pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut
terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah.
6. Beberapa
spesies mempunyai tangkai arah aboral
7. Kaki tabungnya
kurang mempunyai suber (alat isap).
8. Tidak memiliki
madreporit.
9. Sistem syaraf
berbentuk cincin yang selanjutnya bercabang-cabang pada tiap lengan.
10. Kulitnya tersusun dari zat kitin
Fungsi nya
Tentakel : kelamin
yang berfungsi sebagai penghasil hormon kelamin.
Saluran kelamin :Berfungsi
sebagai saluran menuju gonad.
Madreporit
: Lempeng tali lapisan pada berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Stomach/perut
: sebagai alat pencernaan.
Gonad :
kelenjar ujung saluran air.
Esofagus :
saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkanrngga mulut dan
lambung.
Dorsal
mesentery : berfungsi
sebagai pembungkus usus dan menggantungnya ke dinding tubuh pinggang.
Anus :
mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang
Cloaca :
sebagai alat pencernaan.
Intestin
: sebagai alat pencernaan yang letaknya di antara pilorus hingga usus.
Adapun sifat menarik yang terdapat pada timun laut, teripang yaitu jika teripang dipegang secara kasar dapat mengeluarkan sebagian besaar isi perutnya melalui anus atau mulut.
Siklus Hidup
Teripang
Seekor teripang betina
mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai
sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup hewan ini dimulai dengan
telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
Diskripsi
• Bagian
dorsal terdapat 2 kaki tabung untuk pernafasan & alat
peraba
• Bagian
ventral terdapat 3 kaki tabung mengandung alat penempel untuk alat
penggerak
• Letak mulut
di bagian anterior dikelilingi 10 – 30 buah tentakel / lengan peraba yang
berbentuk perisai, kadang bercabang
• Letak
anus di bagian prosterior terdapat 5 gigi berwarna orange atau kuning berbentuk
bintang
• Bentuknya
bulat-silindris
• Tubuh
lunak dilapisi kulit keras yang tersusun dari lempeng kapur dan panjang 10 cm
hingga 2 meter
• Warna :
hitam pekat, coklat, abu-abu, kadang ada bercak bintil pada punggung
Sistem Reproduksi :
Pada umumnya alat reproduksi
terpisah, tetapi ada beberapa jenis yang hermafrodit. Gonad bentuknya seperti
sikat dengan saluran penghubung yang terbuka di daerah tentakel
B.argus
Kelasifikasi :
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Class : Holothuroidea
Order : Aspidochirotida
Family : Holothuriidae
Genus : Bohadschia
Species : Bohadschia Argus
Habitat Teripang
Teripang adalah
hewan avertebrata (Bohadschia Argus)
yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai
dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik Barat.
Teripang merupakan
hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran
maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan 3 komponen
penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada
berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan
penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi
feeder).
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar
laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya
diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia
mengkerut.
Ciri-ciri umum:
1. Hewan jenis
ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis
Echinodermata.
2. Hewan ini
sering ditemukan di tepi pantai.
3. Gerakannya
tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan.
4. Rangkanya
direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit.
5. Mulut terletak
pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut
terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah.
6. Beberapa
spesies mempunyai tangkai arah aboral
7. Kaki tabungnya
kurang mempunyai suber (alat isap).
8. Tidak memiliki
madreporit.
9. Sistem syaraf
berbentuk cincin yang selanjutnya bercabang-cabang pada tiap lengan.
10. Kulitnya tersusun dari zat kitin
Fungsi nya
Tentakel : kelamin
yang berfungsi sebagai penghasil hormon kelamin.
Saluran
kelamin :Berfungsi
sebagai saluran menuju gonad.
Madreporit
: Lempeng tali lapisan pada berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Stomach/perut
: sebagai alat pencernaan.
Gonad :
kelenjar ujung saluran air.
Esofagus :
saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkanrngga mulut dan
lambung.
Dorsal
mesentery : berfungsi
sebagai pembungkus usus dan menggantungnya ke dinding tubuh pinggang.
Anus :
mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang
Cloaca :
sebagai alat pencernaan.
Intestin
: sebagai alat pencernaan yang letaknya di antara pilorus hingga usus.
Adapun sifat menarik yang terdapat pada timun laut, teripang yaitu jika teripang dipegang secara kasar dapat mengeluarkan sebagian besaar isi perutnya melalui anus atau mulut.
Siklus Hidup
Teripang
Seekor teripang betina
mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai
sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup hewan ini dimulai dengan
telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
Diskripsi
• Bagian
dorsal terdapat 2 kaki tabung untuk pernafasan & alat
peraba
• Bagian
ventral terdapat 3 kaki tabung mengandung alat penempel untuk alat
penggerak
• Letak mulut
di bagian anterior dikelilingi 10 – 30 buah tentakel / lengan peraba yang
berbentuk perisai, kadang bercabang
• Letak
anus di bagian prosterior terdapat 5 gigi berwarna orange atau kuning berbentuk
bintang
• Bentuknya
bulat-silindris
• Tubuh
lunak dilapisi kulit keras yang tersusun dari lempeng kapur dan panjang 10 cm
hingga 2 meter
• Warna :
hitam pekat, coklat, abu-abu, kadang ada bercak bintil pada punggung
Sistem Reproduksi :
Pada umumnya alat reproduksi
terpisah, tetapi ada beberapa jenis yang hermafrodit. Gonad bentuknya seperti
sikat dengan saluran penghubung yang terbuka di daerah tentakel
Actinopyga Palauensis
Filum:Echinodermata
Kelas:Holothuroidea
Ordo:Aspidochirotida
Famili:Holothuriiidae
Genus:Bohadschina
Spesies:Actinopyga Palauensis
Nama
Lokal:Teripang
Habitat Teripang
Teripang adalah
hewan avertebrata (Actinopyga
Palauensis) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut
diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.
Teripang merupakan
hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran
maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan 3 komponen
penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada
berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan
penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi
feeder).
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar
laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya
diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia
mengkerut.
Ciri-ciri umum:
1. Hewan jenis
ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis
Echinodermata.
2. Hewan ini
sering ditemukan di tepi pantai.
3. Gerakannya
tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan.
4. Rangkanya
direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit.
5. Mulut terletak
pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut
terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah.
6. Beberapa
spesies mempunyai tangkai arah aboral
7. Kaki tabungnya
kurang mempunyai suber (alat isap).
8. Tidak memiliki
madreporit.
9. Sistem syaraf
berbentuk cincin yang selanjutnya bercabang-cabang pada tiap lengan.
10. Kulitnya tersusun dari zat kitin
Fungsi nya
Tentakel : kelamin
yang berfungsi sebagai penghasil hormon kelamin.
Saluran
kelamin :Berfungsi
sebagai saluran menuju gonad.
Madreporit
: Lempeng tali lapisan pada berfungsi sebagai alat gerak ,merasa, memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Stomach/perut
: sebagai alat pencernaan.
Gonad :
kelenjar ujung saluran air.
Esofagus :
saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkanrngga mulut dan
lambung.
Dorsal
mesentery : berfungsi
sebagai pembungkus usus dan menggantungnya ke dinding tubuh pinggang.
Anus :
mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang
Cloaca :
sebagai alat pencernaan.
Intestin
: sebagai alat pencernaan yang letaknya di antara pilorus hingga usus.
Adapun sifat menarik yang terdapat pada timun laut, teripang yaitu jika teripang dipegang secara kasar dapat mengeluarkan sebagian besaar isi perutnya melalui anus atau mulut.
Siklus Hidup
Teripang
Seekor teripang betina
mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai
sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup hewan ini dimulai dengan
telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
Diskripsi
• Bagian
dorsal terdapat 2 kaki tabung untuk pernafasan & alat
peraba
• Bagian
ventral terdapat 3 kaki tabung mengandung alat penempel untuk alat
penggerak
• Letak mulut
di bagian anterior dikelilingi 10 – 30 buah tentakel / lengan peraba yang
berbentuk perisai, kadang bercabang
• Letak
anus di bagian prosterior terdapat 5 gigi berwarna orange atau kuning berbentuk
bintang
• Bentuknya
bulat-silindris
• Tubuh
lunak dilapisi kulit keras yang tersusun dari lempeng kapur dan panjang 10 cm
hingga 2 meter
• Warna :
hitam pekat, coklat, abu-abu, kadang ada bercak bintil pada punggung
Sistem Reproduksi :
Pada umumnya alat reproduksi
terpisah, tetapi ada beberapa jenis yang hermafrodit. Gonad bentuknya seperti
sikat dengan saluran penghubung yang terbuka di daerah tentakel
Glacilaria
Arcuata
Filum:
Rhodophyta
Kelas:Rhodophyceae
Ordo:
Gracilariales
Famili:
Gracilariaceae
Genus:
Gracilaria
Spesies:Glacilaria Arcuata
Ciri
Khusus:Memiliki warna coklat
Nama
Lokal:Alga Coklat
Alga coklat, alga pirang,atauPhaeophyceae adalah
salah satu kelas dari alga Heterokontophyta .Nama
alga ini diambil dari pigmen dominan yang dimiliki, yaitu xantofil yang
menyebabkan ganggang berwarna coklat.Pigmenlain yang dimiliki Phaeophyceae adalah
klorofil dan karotena.
Semua
alga coklat berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang menyerupai tumbuhan
tingkat tinggi dengan bagian-bagian serupa akar, batang dan daun. Umumnya
alga coklat bersifat makroskopis, dan dapat mencapai ukuran lebihdari 30 meter,
dan mempunyai gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung.
Hampir
semua alga coklat hidup di laut terutama di laut yang dingin.
Perkembangbiakan alga coklat
- Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan fragmentasii dan pembentukan spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang dihasilkan memilki dua flagela yang tidak sama panjang dan terletak di bagian lateral.
- Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan isogami,anisogami,atau oogami. Alga ini juga hidup di tepi pantai yang dangkal dan menempel pada bebatuan karang.
Contoh alga coklat
- Fucusvesiculosus, banyak terdapat di lautdalam. Alga ini berkembang biak secara oogami dengan menghasilkan sel gamet betina (ovum) dan sel gamet jantan (spermatozoid) .Sel gamet janjtan dan betina masing-masing dihasilkan oleh tumbuhan yang berbeda. Sel gametdihasilkan oleh alat pembiak yang disebut konseptakel. Konseptakel ini berkumpul dalam badan penghasil alat pembiak yang disebut reseptakel. Reseptakel dibentuk di ujung lembaran/talus fertil.
- Sargassum siliquosum, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya menempel pada batu karang. Di pantai yang bersuhu sedang, Sargassum tumbuh subur sehingga menutupi permukaan laut. Laut yang demikian disebut laut sargaso.
- Turbinariaaustralis, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya menempel pada batu karang.
- Fucusdistichus
- Laminaria
- Macrocystis
BIOTA YANG BERSIMBIOSIS DI MANGROVE
Periophthalmus
sp.
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Famili :
Gobiidae
Subfamili :
Oxudercinae
Genus : Periothalamus
Spesies : Periothalamus sp
Deskripsi :
1. Ikan
glodok bisa merangkak naik ke darat atau bertengger pada akar-akar pohon bakau.
itulah kemampuan luar biasa ikan glodok atau disebut juga ikan tembakul. Ikan
ini hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada pohon-pohon bakaunya.
2. Ikan
ini telah menyesuaikan diri untuk hidup di darat meskipun belum sepenuhnya.
Matanya besar dan mencuat keluar dari kepalanya. kalau berenang, matanya
biasanya berada di atas air.
3. Sirip
dadanya pada bagian pangkal berotot, dan sirip ini bisa ditekuk hingga
berfungsi seperti lengan yang dapat digunakan untuk merangkak atau melompat di
atas lumpur.
Reproduksi :
Ikan jantan memiliki
semacam alat kopulasi pada kelaminnya. Setelah perkawinan, telur-telur tembakul
disimpan dalam lubangnya itu dan dijaga oleh induk betinanya. Telur-telur itu
lengket dan melekat pada dinding lumpur. Periophthalmodon schlosseri
dapat bertelur hingga 70.000 butir.
Habitat :
Hidup di wilayah pasang
surut, tembakul biasa menggali lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya.
Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara
di ruang-ruang tertentu. Ketika air pasang naik, tembakul umumnya bersembunyi di
lubang-lubang ini untuk menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan
Scylla
serrata
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustaceae
Sub
kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub
ordo : Branchiura
Famili : Portunidae
Sub
famili : Lipilinae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serrata
MORFOLOGI DAN ANATOMI
Deskripsi kepiting bakau menurut Rosmaniar
(2008), Famili portumudae merupakan famili kepiting bakau yang mempunyai lima
pasang kaki. Pasangan kaki kelima berbentuk pipi dan melebar pada ruas
terakhir.karapas pipi atau cagak cembung berbentuk heksagonal atau agak
persegi. Bentuk ukuran bulat telur memanjang atau berbentuk kebulatan, tapi
anterolateral bergigi lima sampai sembilan buah. Dahi lebar terpisah dengan
jelas dari sudut intra orbital, bergigi dua sampai enam buah, bersungut kecil
terletak melintang atau menyerong. Pasangan kaki terakhir berbentuk pipih
menyerupai dayung. Terutama ruas terakhir, dan mempunyai tiga pasang kaki
jalan.
Kepiting bakau Scylla serrta memiliki bentuk morfologi yang
bergerigi, serta memiliki karapas dengan empat gigi depan tumpul dan setiap
margin anterolateral memiliki sembilan gigi yang berukuran sama. Kepiting bakau
memiliki capid yang kuat dan terdapat beberapa duri (Motoh 1979 dan Perry
2007).
Berdasarkan anatomi tubuh bagian dalam, mulut
kepiting terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh. Beberapa bagian yang
terdapat di sekitar mulut berfungsi dalam memegang makanan dan juga memompakan
air dari mulut ke insang. Kepiting memiliki rangka luar yang keras sehingga
mulutnya tidak dapat dibuka lebar. Hal ini menyebabkan kepiting lebih banyak
menggunakan sapit dalam memperoleh makanan. Makanan yang diperoleh dihancurkan
dengan menggunakan sapit, kemudian baru dimakan (Shimek, 2008).
HABITAT DAN DISTRIBUSI
Kepiting merupakan fauna yang habitat dan
penyebarannya terdapat di air tawar, payau dan laut. Jenis-jenisnya sangat
beragam dan dapat hidup di berbagai kolom di setiap perairan. Sebagaian besar
kepiting yang kita kenal banyak hidup di perairan payau terutama di dalam
ekosistem mangrove. Beberapa jenis yang hidup dalam ekosistem ini adalah Hermit Crab, Uca sp, Mud Lobster dan kepiting bakau. Sebagian besar kepiting merupakan fauna yang aktif
mencari makan di malam hari (nocturnal) (Prianto, 2007).
Kepiting pada fase larva (zoea dan megalopa) hidup di dalam air sebagai
plankton. Kepiting mulai kehidupan di darat setelah memasuki fase juvenil dan
dewasa seiring dengan pembentukan carapace. Ilustrasi ini dapat dilihat pada
Gambar 9, dimana yang menjadi contoh pada gambar tersebut adalah kepiting
kelapa. Sedangkan habitat dan penyebaran kepiting (dalam contoh kepiting merah Cancer magister) di estuary dan
zona intertidal terlihat pada Gambar 10.
Kepiting dan rajungan tergolong dalam satu suku (familia) yakni Portunidae
dan seksi (sectio) Brachyura. Cukup banyak jenis yang termasuk dalam suku ini.
Dr. kasim Moosa yang banyak menggeluti taksonomi kelompok ini mengemukakan
bahwa di Indo-Pasifik Barat saja diperkirakan ada 234 jenis, dan di Indonesia
ada 124 jenis. Di Teluk Jakarta dan
Kepulauan Seribu diperkirakan ada 46 jenis. Tetapi dari sekian jenis ini, hanya
ada beberapa saja yang banyak dikenal orang karena biasa dimakan, dan tentu
saja berukuran agak besar. Jenis yang tubuhnya berukuran kurang dari 6 cm tidak
lazim dimakan karena terlalu kecil dan hampir tidak mempunyai daging yang
berarti. Beberapa jenis yang dapat dimakan ternyata juga dapat menimbulkan
keracunan (Nontji, 2002).
Menurut Prianto (2007), bahwa di seluruh dunia terdapat lebih dari 1000
spesies kepiting yang dikelompokkan ke
dalam 50 famili. Sebagian besar kepiting hidup di laut, tersebar di seluruh
lautan mulai dari zona supratidal hingga di dasar laut yang paling dalam.
Sebagian jenis kepiting ada yang hidup di air tawar. Keanekaragaman kepiting
yang paling tinggi ada di daerah tropis dan di selatan Australia, disini lebih
dari 100 jenis kepiting telah diidentifikasi.
Konsentrasi maksimum kepiting terjadi pada malam hari pada saat air pasang.Kebanyakan kepiting
memanjat akar mangrove dan pohon untuk mencari makan. Pada saat siang hari,
waktu pasang terendah kebanyakan kepiting tinggal di dalam lubang untuk
berlindung dari serangan burung dan predator lainnya. Beberapa spesies sepertiSesarma
erythrodactyla dan Paragrapsus laevis pada saat air surut, turun ke
bawah untuk berasosiasi dengan telur-telur ikan.
Kepiting mangrove seperti Scylla
serrata (Mud Crab) merupakan hewan yang hidup di wilayah estuaria dengan didukung
oleh vegetasi mangrove. Hewan ini merupakan hewan omnivora dan kanibal, memakan
kepiting lainnya, kerang dan bangkai ikan. Kepiting ini dapat tumbuh sampai
ukuran 25 cm atau dengan berat mencapai 2 kg, dimana kepiting betina ukurannya
lebih besar dari yang jantan (DPI & F, 2003).
merupakan
salah satu jenis Gastropoda yang banyak hidup di air payau atau hutan manggrove
yang di dominasi oleh pohon bakau (Rhizopora sp) sehingga orang menyebutnya
sebagai keong bakau dan di kepilauan seribu dikenal dengan nama “blencong”,
sedangkan di sulawesi selatan dikenal dengan nama “burungan”.
Kindom : Animalia
Phylum: Molusca
Class :
Gastropoda
Subcelass : Probobranchia
Ordo : Mesogastropoda
Superfamily: Cerithioidea
Famili : Potamididae
Genus : Telescopium
Spesies: Telescopium
telescopium
Telescopium telescopium atau biasa disebut keong bakau memiliki cirri-ciri dengan panjang
maksimum 13 cm dan panjang umum biasanya 11 cm.
Cangkang hewan ini berbentuk kerucut, panjang, ramping dan agak mendatar
pada bagian dasarnya. Warna cangkang coklat keruh, coklat keunguan dan coklat
kehitaman, lapisan luar cangkang dilengkapi dengan garis-garis spiral yang
sangat rapat dan mempunyai jalur-jalur yang melengkung ke dalam(Bisa Dilihat
pada Gambar 2). Panjang cangkang berkisar antara 7.5-11 cm(Barnes,1974;Dharma,
1988;Sreenivasan and Nataraja,1991). Soekendarsi dan palinggi (1995) mengatakan
bahwa ukuran panjang cangkang yang ditemukan di daerah hutan manggrove mencapai
9,3 cm dan pada tambak ikan hanya berukuran 8,8 cm. Perbedaan ukuran yang di
temukan pada tiap-tiap habitat di sebabkan karena ketersediaan pakan di daerah
hutan manggrove lebih baik dari pada di tambak-tambak ikan, juga karena faktor
lingkungan.
Anatomi sitem pencernaan hewan ini adalah berbentuk kantong yang
bergulung-gulung. Oeseophagus berupa tabung yang berbanding tipis dan berbentuk
garis panjang, perutnya berbentuk bulat per yang mengangkat caccum yang terikat
pada kelenjar pencernaan setelah melewati perut, sistem pencernaan berputar
kembali dan kemudian membentuk rektum dan anus yang berubah menjadi lubang
belapis. Usus berbelit dan bentuk kantong bertambah besar dalam suatu jaringan
konveksi yang bermassa (Alexander dan Rac, 1979).
Menurut (Budiman, 1988; Sreenivasan dan Nataraja, 1991) bahwa Sistem
reproduksi hewan ini bersifat dioecious (terpisan), fertilisasi terjadi di
dalam tubuh. Aktivitas sexual dimulai ketika keong jantan dengan kakinya
memegang cangkang keong betina lalu membalikkan sehingga posisi aperatur betina
berhadapan aperatur jantan dan
selanjutnya jantan memasukan kepala dan kakinya kedalam aperatur betina yang
terbuka
Aspek-aspek utama dari siklus hidup gastropoda
meliputi:
* Bertelur dan telur
* pengembangan
embrio
* Stadion larva atau larva
* Estivation dan hibernasi
* Pertumbuhan gastropoda untuk Kawin
* dari gastropoda dan perkawinan gastropoda: terjadi
pembuahan internal atau eksternal sesuai dengan spesies. fertilisasi eksternal
umum di gastropoda
Hewan ini
hidup di daerah trumbu karang dan merupakan jenis hewan indopasifik yang mampu
hidup diperairan bakau tropis. Umumnya jenis ini ditemukan sangat dekat dengan
genangan air dan mampu bertahan pada rantang kadar garam air yang tinggi, yaitu
pada garam 15 – 34 ppt dan bentuknya
seperti kristal yang muncul di permukaan (Alexander, dan Rac, 1979). Hewan ini
sering ditemukan jumlah berlimpah didaerah pertambakan yang berbatasan dengan
hutan mangrofve, juga pada sungai yang dekat dengan daerah pertambakan. Meanurut soekendarsi, litaay dan matimmu
(1996), hewan ini banyak ditemukan didaerah pertambakan yang dekat dengan mulut
sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1 – 2 ppt, juga hewan ini lebih bahyak membenamkan diri
dalam lupur yang kaya bahan organik dari pada diatas subrat lumpur.
Menurut Robert, Soemiharjo dan Kastoro (1982), T.
telescopium mendiami tanah berluympur deket daerah pasang surut, mampu
hidup beberapa lama diluar air, hidup berkelompok serta termasuk habifora (pemakan tumbu –tumbuhan) dan detritus feder (pemakan detritus) . Carino, Casway dan Rifero (1993) menyatakan bahwa hewan ini
mempunyai habitat didaerah mangrove dan
kebanyakan bersifat pemakan detritus. Pada umumnya, makan biota dari family
potamidae ini terdiri atas : bahan organik halus, partikulat ditritus dan diatom yang menyedap dsi dasar perairan
secara berbagai jenis alga (Sreenivasan dan Natarajan, 1991).
Berdasarkan hasil penelitian Wells et al. (2003), Telescopium telescopium mempunyai tingkah laku lebih aktif pada
saat spring tide (pasang tinggi dan surut rendah) dari pada neap tide (pasang
rendah dan surut tinggi). Hal tersebut dikarenakan pada saat neap tide,
gastropoda tersebut cenderung untuk berlindung dari kekeringan dan bersembunyi
di dalam lumpur atau di bawah perakaran mangrove. Tingkah laku tersebut
merupakan salah satu pola adaptasi gastropoda terhadap adanya perubahan suhu
(suhu tinggi) dan kondisi kering (Bay et al., 1986 in Wells et al., 2003).
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan selama
praktikum biologi laut dapat disimpulkan bahwa : Zona mangrove adalah sebutan
umum yang digunnakan untuk menggambarkan varietas komunitas pantai tropic yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak yang mempunyai
kemampuan tumbuh dalam perairan asin. Sedangkan pada zona pantai lebih
didominasi kepiting, selain itu juga ditemukan biota lain, seperti udang; siput
dan akar napas yang bersubstrat lumpur pasir, tetepi dalam jumlah kecil. Dari
semua zona , jenis – jenis biota yang paling mendominasi adalah kepiting , hal
ini dipengaruhi oleh biota jenis ini dapat beradaftasi pada kondisi apapun.
Sedangkan Hutan bakau dan padang lamun berperan penting dalam melindungi pantai
dari arus dan hempasan ombak, selain itu juga berperan penting sebagai tempat
memijah, membesar dan mencari makan dari berbagai biota, Dan Lamun tumbuh
subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai atau goba
yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati dengan
kedalaman sampai empat meter.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan dalam pratikum ini
adalah pada saat pratikum menejemen waktu lebih diperhatikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous 2009. Ekosistem Perairan Mangrove http://www.
shantybio. Transdigit. com.Anonymous. 2009. Mengenal ekosistem Mangrove. Htpp://www. google.co.id
Anonymous. 2009. Pasang surut (tide). http://www.dyciil 26. blogspot. Com
Hutabarat,S. 1985. Pengantar Oceanografi. Jakarta. UI. Press Prajitno, A Diktat kuliah biologi laut. Malang-Unibraw.
Romimohtarto. 2005. Biologi Laut (Ilmu Pengetahuan Tentang biota laut). Jakarta. Ikar Mandiri Abadi.
Kusumawati, Rinta. Jenis dan Kandungan Kimiawi Lamun dan Potensi Pemaafaatanya Di Indonesia
Romimohtarto,K. dan S, Juwana. 1999.Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta ; Puslitbang Oseanologi – LIPI. Jakarta.
Tomascik et al., 1997, Wibowo et al, 1996. Oceanography an Introduction to the Marinne Environment. Wm. C. Browm Publisher: USA
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar