Sabtu, 10 September 2016

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT MANGROVE DAN LAMUN




LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT
MANGROVE DAN LAMUN


DISUSUN OLEH :

Nama                           : Hendrik Agustian Anugrah
NPM                           : E1I015062
Prodi                          : Ilmu Kelautan
Kelas/ kelompok         : B/ 5
Dosen                          :  Ir.Dede Hartono
                                       Aradea Bujana Kusuma,S.si,M.si
Ko.Ass                        : 1.Heti Lesmiana
                                      2. Worken Malau
  3. Okawati Silitonga
  4. Dodi Handika


LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
            Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

            Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.







                                                                                       Bengkulu24, Mei 2016




                                                                                       Hendrik Agustian Anugrah









DAFTAR ISI
HalamanJudul
Kata Pengantar.........................................................................................          i
Daftar Isi....................................................................................................          ii
BAB I. PENDAHULUAN
      1.1.Latar Belakang......................................................................................          4
      1.2.Tujuan...................................................................................................          4
     
BAB II.  TINJAUAN PUSTAKA
      2.1.Mangrove .............................................................................................          5
      2.2.Lamun ..................................................................................................          6
     
BAB III. METODE PRAKTEK
      3.1.Waktu Dan Tempat...............................................................................          10
      3.2.Alat dan Bahan.....................................................................................          10
      3.3.Prosedur Kerja......................................................................................          10
               BAB  IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.
      4.1.Hasil Pengamatan.................................................................................          12
      4.2. Pembahasan.........................................................................................          17
               BAB  V.PENUTUP
      5.1.Kesimpulan...........................................................................................          48
      5.2.Saran.....................................................................................................          48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN









BAB 1
 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkap rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut yang jumlah jenisnya luar biasa besarnya dan keanekaragaman jenisnya luar biasa tingginya. Tingginya keanekaragaman jenis biota laut barangkali hanya dapat ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota di hutan hujan tropik di darat. Laut seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup.
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut, tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup di semua bagian lingkungan laut tersebut dan di segala kondisi lingkungan yang majemuk. Mereka dikelompok-kelompokkan oleh pengaruh sifat-sifat lingkungan yang berbeda-beda ke dalam lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau mintakat-mintakat menurut kriteria-kriteria yang berbeda-beda. (Romimohtarto, 2005)
Pemanfaatan biota laut yang makin hari makin meningkat dibarengi oleh kemajuan pengetahuan tentang kehidupan biologi yang tertampung dalam ilmu pengetahuan alam laut yang dinamakan biologi laut (marine biology). Sedangkan ilmu yang mempelajari hubungan antara biota laut dan lingkungannya dan antara mereka sendiri dinamakan ekologi (ecology). Biota yang ada di laut diantaranya terumbu karang, lamun, dan mangrove yang termasuk perpaduan antara laut dan daratan kata lain perairan payau.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum biologi laut ini adalah agar praktikan mampu mengidentifikasi dan mengklarifikasikan flora dan fauna yang ada di zona ekositem mangrove, ekosistem lamun.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MANGROVE
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai dimana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu   (Anonymousb, 2009).
Menurut Romimontarto (2005), mangrove umumnya berupa hutan yang terletak di tepi pantai laut di mintakat pasut. Hutan ini umumnya lebat dan berawa-rawa sehingga penelitian dengan menggunakan metode transek tidak mudah. Para peneliti harus bekerja keras untuk dapat melakukan penelitian dengan metode tersebut, tumbuh-tumbuhan mangrove yang khas kebanyakan beradaptasi seperti yang telah diterangkan. Beberapa jenis seperti Avicennia hidup di habitat yang berair lebih asin sedangkan Nypa fructicans terdapat pada habitat yang berair lebih tawar. Beberapa hewan mangrove beradaptasi hidup melekat pada akar Rizophora dan Bruguiera. Bersama mereka biasanya terdapat masyarakat kecil terdiri dari keong, kerang, kepiting, udang, teritip, isopoda, amphipoda, cacing, sepon dan ikan.
Menurut  Prajitno (2007) bahawa hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak-semak,semak yang terdiriitu Genera Tumbuhan Aegiatus Berbunga Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Xylocarpus, Langunculana, Aegiatus, Snaed, dan Conocarpus yang termasuk kedalam 8 familiy. Berdasarkan ketahanannya terhadap genangan pasang air laut, Prajitno (2007) mengelompokkan tumbuhan mangrove menjadi lima, yaitu:
1. Spesies tumbuhan yang selamanya tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang naik: pada umumnya tidak ada spesies dapat hidup pada kondisi seperti ini, kecuali Rhizophora mucronata
2.  Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan untuk semua pasang medium: spesies yang banyak hidup di sini adalah dari genera Avicennia, yaitu Avicennia alba, A. marine, A. intermedia, dan Sonneratia griffithi, serta spesies Rhizophora mucronata yang tumbuh di tepi sungai.
3. Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan pada pasang naik normal: umumnya tumbuhan mangrove dapat hidup di daerah ini. Namun yang paling dominan adalah spesies dari genera Rizhopora
4. Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan hanya pada pasang-naik tertinggi (spring-tide): cocok untuk spesies Bruguiera gymnorhiza dan B. cylindricat.
5. Spesies tumbuhan yang hanya tumbuh di daerah genangan pada pasang naik lainnya (kadang-kadang digenangi oleh pasang tertinggi): Bruguira gymnorhiza dominan, akan tetapi Rhizophora apiculata dan Xylocarpus granatus dapat tahan di daerah ini
Menurut  (Anonymous,  2009) hutan mangrove terdapat lima zona berdasarkan frekuensi air pasang yaitu:
1. Hutan yang paling dekat dengan laut ditumbuhi oleh Avicennia dan     Sonneratia.
2. Hutan pada substrat yang sedikit lebih tinggi yang biasanya dikuasai     oleh bruguiera cylindrical.
3.  Kearah daratan lagi hutan  dikuasai olah Rhizophora mucronata dan R.
 apiculata.
4. Hutan yang dikuasai oleh Bruguiera parviflora kadang  jumpai tanpa       jenis pohon lainnya.

2.2 LAMUN
Padang lamun adalah ekosistem yang ditumbuhi lamun sebagai vegetasi yang dominan (Tomascik et al., 1997, Wib,owo et al., 1996). Wilayah ini terdapat antara batas terendah daerah pasang surut sampai kedalaman tertentu di mana matahari masih dapat mencapai dasar laut. Padang lamun mendukung kehidupan biota yang cukup beragam dan berhubungan satu sama lain.
Di samping itu, padang lamun adalah “pengekspor” bahan organik ke ekosistem lain seperti ekosistem terumbu karang dan hutan bakau melalui hewan-hewan herbivora atau melaui proses dekomposisi sebagai serasah.
Keanekaragaman biota padang lamun adalah cukup tinggi. Sejumlah invertebrata: moluska (Pinna, Lambis, dan Strombus); Echinodermata (teripang – Holoturia, bulu babi – Diadema sp), dan bintang laut (Archaster, Linckia); serta Krustasea (udang dan kepiting). Di Indonesia, padang lamun sering di jumpai berdekatan dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang (Tomascik et al., 1997, Wibowo et al., 1996)
Sehingga interaksi ketiga ekosistem ini sangat erat. Struktur komunitas dan sifat fisik ketiga ekosistem ini saling medukung, sehingga bila salah satu ekosistem terganggu, ekosistem yang lain akan terpengaruh. Seperti terumbu karang, padang lamun memperlambat gerakan arus dan gelombang. Karenanya, sedimen yag tersuspensi dalam air akan mengendap dengan lebih cepat. (Kusumawati, Rinta).
Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun merupakan sumber pakan bagi invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan dan melindungi mereka dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi. Ekosistem Padang Lamun memiliki diversitas dan densitas fauna yang tinggi dikarenakan karena gerakan daun lamun dapat merangkap larva invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air.
Tumbuhan lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga dan  berpembuluh  (vascular plant)  yang  sudah  sepenuhnya  menyesuaikan  diri hidup  terbenam  di  dalam  air  laut.  Beberapa  jenis lamun  bahkan  ditemukan  tumbuh  sampai  8–15 meter  dan  40  meter.  Tumbuhan  lamun  jelas memiliki  akar,  batang,  daun,  buah  dan  biji.  Lamun  termasuk  dalam  kelas monocotyledoneae, anak kelas alismatidae, yang  terdiri  atas  2 famili,  yaitu  hydrocharitacheae  dan potamogetonaceae,  12  genera,  dan  60  spesies.  7 genera  diantaranya  berada  di  perairan  tropis,  dari famili  hydrocharitacheae  yaitu  enhalus  sp., halophila  sp.,  dan  thallassia  sp. sedangkan  dari famili  potamogetonaceae,  yaitu  chymodeceae  sp., halodule  sp.,  syringodium  sp.,  dan  thalassodendron sp. Lamun  termasuk  dalam  divisi  thallophys (tumbuhan  berthalus)  dengan  ciri  khas  memiliki akar, batang dan daun belum bias dibedakan. Reproduksi  lamun  dapat  dilakukan  secara aseksual  dan  seksual.  Reproduksi  aseksual  terjadi dengan  terbentuknya  stolon,  sedangkan  reproduksi seksual terjadi  dengan  terbentuknya  hydrophilus. Tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap  pada  lamun  efektif  sebagai  alat  berbiak. Berbeda  dengan  tumbuh-tumbuhan  laut  lainnya, lamun  dapat  berbunga,  berbuah  dan  menghasilkan biji (Rinta Kusumawati).
Secara  umum manfaat  lamun  terbagi  atas dua kelompok, yaitu manfaat ekologis dan manfaat ekonomis.  Manfaat  ekologis  lamun  lebih mengarah  kepada  fungsinya  sebagai  anggota ekosistem lamun yang dominant, yaitu sebagai:
1.  Tempat  berlindungnya  larva  ikan  dan  biota laut,  serta  sebagai   daerah  sumber  makanan bagi  ikan  dan  udang.
2.   Penahan  ombak  dan  memperlambat  aliran arus, atau sebagai pelindung pantai dari abrasi pantai.
Selanjutnya,  manfaat  ekonomis  lamun  lebih mengarah  pada  pemanfaatannya  untuk kepentingan hidup manusia, diantaranya:
1.  Bahan  baku  produk-produk  tradisional,  yaitu  bahan  baku kompos  (pupuk),  cerutu,  mainan,  keranjang anyaman,  tumpukan untuk pematang,  pengisi kasur, makanan, dan jaring ikan.
2.  Bahan baku produk-produk modern ,  yaitu  sebagai  penyaring limbah,  stabilizator  pantai,  bahan  baku  pada pabrik  kertas,  makanan,  obat-obatan,  dan sumber bahan kimia (Rinta Kusumawati).
Lamun  umumnya  teridentifikasi  tumbuh dengan subur di perairan yang terbuka dan memiliki dasar  perairan  pantai  yang  berpasir  mengandung lumpur,  pasir,  krikil,  dan  patahan  karang  mati. Pendukung  lain  adalah  kecerahan  perairan  yang tinggi, suhu yang stabil, dengan kedalaman sekitar 1 – 10 meter.
Ekosistem  lamun  dapat  berasosiasi  dengan baik  dengan  ekosistem  mangrove  dan  terumbu karang.  Terumbu  karang  berperan  sebagai penghalang  arus  air  laut  sehingga  memungkinkan komunitas  mangrove  dan  lamun  di  belakangnya dapat  tumbuh  dengan  baik.  Lamun,  kemudian berperan  untuk  menahan  sedimen  dan memperlambat  gerakan  air,  sehingga menguntungkan  bagi  terumbu  karang  yang  sangat rentan  terhadap  kelimpahan  sedimen. Mangrove juga  berperan  sebagai  penahan  sedimen,  terutama yang  berasal  dari  daratan,  sehingga  mengurangi kemungkinan  penutupan  lumpur  pada  terumbu karang dan padang lamun. Kumpulan sedimen yang terkumpul, pada  gilirannya  dapat  menjadi  substrat bagi komunitas mangrove (Hutabarat,S. 1985). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan lamun adalah sebagai berikut:
1.         Kecerahan
Lamun membutuhkan  intensitas  cahaya  untuk berfotosintesis. Hal ini menyebabkan sulitnya lamun tumbuh di  perairan  yang  lebih  dalam.  Intensitas cahaya   untuk  laju  fotosintesis  lamun  ditunjukkan dengan  peningkataan  suhu  dari  29–35°C  untuk Zostera  marina,  30°C  untuk  Cymidoceae   nodosa dan  25–30°C  untuk  Posidonia  oceanica  (Anonim,2009).
2.         Kekeruhan
Kekeruhan secara  tidak  langsung  lamun karena dapat menghalangi penetrasi cahaya  yang dibutuhkan  lamun  untuk  berfotosintesis. Kekeruhan dapat disebabkan karena partikel-partikel tersuspensi  dari  bahan  organik  atau  sedimen, terutama  dengan  ukuran  yang  halus  dan  dalam jumlah  yang  berlebih.  Pada perairan  pantai  yang keruh,  maka  cahaya  merupakan  faktor  pembatas pertumbuhan  dan  produksi  lamun.
3.         Temperatur
Suhu  optimal  untuk  pertumbuhan  lamun  yaitu 28  –  30°C. Kemampuan proses  fotosintesis akan menurun dengan tajam apabila temperatur perairan berada  di  luar  kisaran  optimal  tersebut. Suhu yang baik untuk mengontrol produktifitas  lamun pada air adalah  sekitar  20–30°C suntuk  jenis  Thalassia testudinum  dan  sekitar  30°C  untuk  Syringodium filiforme    (Anonim, 2009) .
























BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu
Pratek lapangan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 03 desember 2011, di Pulau Engano,Desa kahyapu, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktek lapangan biologi laut adalah sebagai berikut:
.1. Kamera digital
2. Buku identifikasi
3. Kantong sampel
4. Alat tulis menulis
5. Rol meter
6.Tali raffia dan patok.
Bahan yang digunakan pada praktek lapangan biologi laut adalah sebagai berikut.
1. Ekosistem mangrove
2. Ekosistem padang   lamum
3.3 Langkah Kerja
Prosedur kerja pada pratikum lapangan biologi laut adalah sebagai berikut:
1.   Ekosistem Mangrove
  • Membuat transek didaerah ekosistem mangrove dengan  menggunakan   tali rafia dengan ukuran yang telah ditentukan      10m x 10m.
  • Mengamati dan mencatat jenis jumlah mangrove yang ada di dalam  stasiun
  • Mengambil foto sebagai bukti untuk mengidentifikasi jenisnya
2.   Ekosistem Lamum
  • Dibentangan transek garis (meteran) dibuat  pengamatan (transek 50 cm x 50 cm).
  • Dilakukan Pengamatan pada tiap bagian transect kuadrat.
    • Diamati dan catat, tiap penutup spesies vegetasi lamun yang terdapat pada plot pengamatan, sesuai dengan kelas masing-masing
    • Setelah itu identifikasi lamun tersebut dan hitung indeks keanekaragaman.























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Data hasil pengamatan yang diperoleh pada pratikum lapangan adalah sebagai berikut:
4.1MANGROVE
Mangrove I (Rhizophora apiculata ).
                              



 
 





Mangrofe  II (Bruguiera gymnorrhiza  )
 





 









Mangrofe  III (Sonneratia alba )
 


 

 


   

Mangrove I (Rhizophora apiculata ).
 





4.2 LAMUN
Lamun I(Thalassia hemprichii )




 





Lamun II (Enhalus acoroides)



 







PENGAMATAN BIOTA DI EKOSITEM LAMUN
E .fuscoguttatus




Holothuria (Metriatyla)
 




B.argus





Actinopyga Palauensis
Glacilaria Arcuata
 




BIOTA YANG BERSIMBIOSIS DI MANGROVE
Periophthalmus sp.



 

Scylla Serrata





Potamididae




Pembahasaan
1.   Ekosistem Mangrove
Pada pengambilan data pada pohon mangrove, hal pertama yang dilakukan adalah membuat stasiun 10×10 meter persegi. selanjutnya mendata ekosistem yang ada didalam  stasiun,
Mangrove I (Rhizophora apiculata ).
Klasifikasi Rhizopora apiculata
Regnum           : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Myrtales
Famili              : Rhizophoraceae
Genus              : Rhizophora
Spesies            : Rhizophora apiculata Bl.
Deskripsi Rhizopora apiculata
Rhizopora apiculata memiliki ciri dengan akar tunjang yang menyolok dan bercabang-cabang. Batang berkayu dan berbentuk silindris. Daun tunggal, terletak berhadapan, terkumpul di ujung ranting, dengan kuncup tertutup daun penumpu yang menggulung runcing. Helai daun eliptis, tebal licin serupa kulit, hijau atau hijau muda kekuningan, berujung runcing, bertangkai. Daun penumpu cepat rontok, meninggalkan bekas serupa cincin pada buku-buku yang menggembung
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah.
Daun yang dimilikinya  warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.
Reproduksi secara Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak: Di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai.Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran: Hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
Ekologi :Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Habitat.
Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik.
Mangrofe  II (Bruguiera gymnorrhiza  )
Klasifikasi
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas              : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
 Sub Kelas       : Rosidae
 Ordo               : Myrtales
 Famili             : Rhizophoraceae
 Genus             : Bruguiera
 Spesies           : Bruguiera gymnorrhiza 
Bruguiera adalah nama marga tetumbuhan yang termasuk ke dalam suku Rhizophoraceae. Ini adalah marga kecil yang beranggotakan enam spesies pepohonan mangrove di wilayah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat; mulai dari pantai Afrika Timur danMadagaskar, menyusuri pesisir India, Sri Lanka dan wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara, Melanesia dan Polinesia. Beberapa jenisnya dikenal dengan nama-nama lokal seperti berus, kendeka, putut, tumu atau tongke.
Pohon sampai sekitar 10 m, tetapi sering kurang; mahkota berbentuk kerucut pada awalnya, tetapi kemudian lebih teratur; kulit hitam, kasar; dengan lutut-akar. green pertumbuhan baru menjadi abu-abu, mengkilap, berbulu.
Bunga soliter, hingga 40 mm panjang; kelopak dan sepal 8-18, kelopak berwarna putih krem, jatuh dengan benang sari; sepal hijau di tempat teduh, merah muda di bawah sinar matahari langsung. Buah berry berdaging hingga 25 mm panjang, berkecambah di pohon untuk membentuk ribbed, hipokotil coklat (baru jadi root) sekitar 110 mm panjang. Pohon tumbuh lambat dan mungkin cukup berumur panjang.
Marga ini dicirikan oleh kelopak bunga yang memiliki 8-16 taju runcing memanjang, 16-32 benang sari, pelepasan serbuk sari secara eksplosif, dan buah yang berkecambah ketika masih di pohon (propagul). Nama marga ini diberikan untuk menghormati Jean Guillaume Bruguière (1750–1798), seorang penjelajah dan biologiwan bangsa.
Daun berlawanan, ramai di ujung cabang, kira-kira elips, 60-120 x 20-60 mm, berbulu, mengkilap apel hijau ketika muda, menjadi kuning dengan usia; margin polos, tidak bergigi atau bergigi, sedikit digulung di bawah, tip menunjuk tapi tanpa tulang belakang, mendasarkan menyempit, tangkai hingga 30 mm panjang; dengan stipula interpetiolar yang jatuh awal. (Stipula Interpetiolar kecil, segitiga, outgrowths leaflike pada batang antara dan di sudut kanan ke batang daun yang berlawanan, mereka biasanya merek dagang dari keluarga kopi, Rubiaceae, dan mangrove adalah salah satu dari sangat sedikit kelompok lain dari tanaman untuk memiliki fitur ini.)
Status konservasi
habitat bakau dan penghuninya terancam hampir dimanapun mereka ditemukan oleh eksploitasi berlebihan. Di Afrika Selatan, Bruguiera gymnorrhiza dilindungi dalam hal UU Kehutanan Nasional (dan izin harus diperoleh sebelum tanaman atau bagian tanaman yang dikumpulkan). Namun, ancaman di negeri ini belum cukup berat bagi pohon ini untuk muncul di daftar Red Data.
Distribusi dan Habitat
Hitam treeBlack bakau bakau adalah salah satu pohon yang paling banyak didistribusikan di daerah tropis, dan terjadi di sepanjang pantai timur Afrika dari utara dari East London (Eastern Cape) ke Somalia, Madagaskar dan pulau-pulau di Samudra Hindia, pantai Asia selatan dari Iran ke China, utara Australia dan beberapa pulau kecil (dan besar) di Pasifik. Tumbuh di sisi arah laut dari muara di lumpur, di tempat-tempat yang disiram dengan baik dan es gratis. Ini tidak terjadi secara alami di Hawaii, jelas karena pulau-pulau yang terlalu jauh dari mana saja untuk propagul dijangkau oleh hanyut. Namun, tanaman diperkenalkan telah menjadi naturalisasi di sana.
Derivasi nama dan sejarah aspek
Theophrastus dari Eresus, menulis dalam buku botani pertama, ditulis tentang 330BC, mengulangi dongeng mengatakan kepadanya oleh seorang pelaut Yunani yang telah ke pulau Serendip sekitar hutan yang indah di sana yang berdiri di atas tanah surut, namun tenggelam di pasang (Enquiry ke Tanaman IV. vii. 4). rawa mangrove ini masih ada, dan masih mengandung populasi Bruguiera, di Colombo pelabuhan, Sri Lanka. Nama genus memperingati satu Jean Guillaume Bruguiere (s) (1750-1798), seniman botani dan kolektor tanaman, yang dikirim oleh pemerintah Perancis ke Madagaskar, Mauritius, Rodrigues dan Kepulauan Kerguelen, dan dikumpulkan di Cape pada tahun 1792. The spesifik kualifikasi berasal dari dua kata Yunani yang berarti akar telanjang, dan mengacu pada lutut-akar yang memproyeksikan atas lumpur rawa.

Ada 15 genera dan 120 spesies dalam keluarga Rhizophoraceae, dari yang empat marga dan 10 spesies di Afrika bagian selatan. Masing-masing dari genera pohon mangrove di keluarga di Afrika bagian selatan diwakili oleh spesies luas tunggal. Pusat utama keanekaragaman mangrove adalah di India, Malaysia, Indonesia dan Australia, dan sehingga tidak mengherankan untuk menemukan bahwa empat dari enam spesies Bruguiera dapat ditemukan di Australia, dan empat (beberapa yang berbeda) di India.
Ekologi
Bibit Ini adalah salah satu fitur penasaran mangrove bahwa objek satu dilihatnya menduduki tempat buah tampaknya matang bukanlah buah atau biji. Sejumlah besar buah-buahan mengembangkan dan sebagian besar matang berhasil. Tapi kemudian benih berkecambah dalam buah, dan mengembangkan hipokotil panjang, sehingga apa yang jatuh dari pohon itu baik disebut propagul (dalam efek, sebuah berkecambah bibit). Dalam bakau hitam hipokotil adalah tentang ukuran, bentuk dan warna dari Havana cerutu sederhana, sehingga tidak sempurna disesuaikan dengan membuat sebagian besar peluang untuk rooting di lumpur. Di hutan bakau lainnya, hipokotil berkembang sedemikian rupa sehingga berat di salah satu ujung, sehingga kemungkinan bahwa propagul akan mendarat tegak di lumpur, dengan kekuatan yang cukup untuk mengajukan aman agar tidak hanyut oleh arus dan pasang. Jika propagul (mangrove ada) tersapu ke laut, itu akan segera tumbuh beberapa pasang daun, yang bertindak sebagai layar ketika sedang dibawa ke pantai lain.
Salah satu masalah utama bagi setiap tanaman yang tumbuh dalam kondisi yang sangat garam dari rawa mangrove adalah bagaimana untuk menyingkirkan kelebihan garam. bakau hitam mencapai hal ini dengan mendepositokan garam di daun tua, yang akhirnya dibunuh oleh terkonsentrasi "menolak" yang dikandungnya. Daun pergi kuning dan jatuh, mengambil kelebihan garam dengan mereka, dan sehingga pengunjung ke rawa mangrove akan melihat pohon-pohon yang sehat menjatuhkan daun pada setiap dan sepanjang tahun. Hampir segera setelah daun jatuh, salah satu kepiting (Uca spp., Dan mungkin orang lain) di rawa akan cepat muncul, ambil hadiah dan lari kembali ke lubangnya, karena ini daun jatuh adalah barang utama dalam kepiting ' diet.
Jatuh daun, akar dan mudskippers
Masalah lain dengan menjadi bakau adalah bahwa akar mereka secara permanen terendam air lumpur, tapi masih butuh udara untuk bertahan hidup. mangrove yang berbeda telah berevolusi struktur yang berbeda untuk menangani hal ini, seperti prop-akar Rhizophora atau pensil-akar (pneumatophores) Avicennia. Pada Bruguiera, yang "bernapas akar" adalah struktur lutut seperti memproyeksikan sekitar 30 cm di atas lumpur dan didukung pada dua atau lebih akar. Bagian atas dari masing-masing mengembangkan jaringan kalus seperti melalui pertukaran udara yang diperlukan terjadi.
Sebuah laporan dari Kepulauan Ryukyu (Jepang) menunjukkan bahwa Bruguiera gymnorrhiza adalah burung-diserbuki, yang akan membuat rasa nektar berlebihan yang dikeluarkan oleh bunga-bunga. Namun, tampaknya bahwa Black Mangrove di Inhaca Island, Mozambik, diserbuki oleh lebah.
warga lain dari rawa-rawa bakau lokal termasuk lumpur-udang (Upogebia africana) dan berbagai siput, yang paling mencolok adalah Cerithidium decollata. Beberapa puluhan individu spesies ini akan ditemukan setengah-a-meter dan lebih di atas permukaan tanah pada setiap batang pohon. Meskipun buaya dan hiu dilaporkan dari saluran air di rawa-rawa bakau, mungkin penghuni paling berbahaya adalah Anopheles gambiae, salah satu vektor nyamuk utama malaria.
Penggunaan dan aspek budaya
kayu bakau dikenal karena tahan air, tahan terhadap penggerek, tangguh dan efektif bisa dihancurkan. Hal ini membuat sangat berharga dan menambah besar terhadap tekanan manusia pada rawa di seluruh jangkauan. Jadi itu sedih tapi tidak mengejutkan pada baru-baru (November 2002) kunjungan ke rawa-rawa magrove di Xefina Pequena Island (Maputo, Mozambik) bahwa satu-satunya Bruguiera kita lihat adalah kerangka perahu kami menyewa untuk mencapai rawa. Semua pohon hidup telah ditebang untuk kayu; selain membuat kapal, tiang digunakan untuk membuat perangkap ikan dan frame dari pondok. Di Malaysia, kayu terkelupas untuk pembuatan pulp dan rayon, dan fragmen kayu yang dibuat menjadi arang di banyak tempat. Kulit yang tinggi tanin, dan telah digunakan untuk penyamakan. Hal ini juga menghasilkan pewarna hitam. Di Hawaii, bunga yang digunakan untuk membuat lei (kalung bunga, sebagian besar hari-hari ini disampirkan tiba turis).
Tumbuh Bruguiera gymnorrhiza
Tahun yang lalu, kemudian Universitas Durban-Westville memiliki deretan besar, pot hias memisahkan jalan di luar herbarium mereka dari halaman luar. Dalam pot ini mereka tumbuh Hitam Mangrove, dan ini tampaknya menjadi penggunaan yang ideal dan habitat bagi pohon-pohon. Mereka membutuhkan sinar matahari penuh untuk naungan parsial, banyak air dan lingkungan yang relatif hangat. Di alam, tanaman pendamping dibatasi cukup baik untuk lebih mangrove dan glasswort sesekali, tapi di taman mereka bisa ditanami apa pun yang menikmati hangat, tanah tergenang air.
Siapa saja yang ingin mengulang kesuksesan Durban-Westville akan disarankan untuk memulai dengan waterproofing bagian dalam sesuai besar (minimal 1 m dan tidak banyak kurang di bagian atas) pot; terpal plastik yang digunakan untuk bendungan akan bekerja memperlakukan. Kemudian mengisi pot dengan warna hitam, lumpur-kompos yang kaya. Sekarang sampai pada bagian yang paling sulit dari semua: menemukan sumber hukum dari tanaman untuk tumbuh, karena kebanyakan rawa di KwaZulu-Natal berada di cagar alam. Dengan asumsi Anda mengelola ini, menanam pohon Anda dengan hati-hati di lumpur, mengingat bahwa pertumbuhan muda sangat rapuh, dan tetap baik disiram. Bertahun-tahun yang lalu Prof. G.S. Naidoo menunjukkan bahwa mangrove hitam benar-benar tumbuh lebih baik pada air keran dari air laut, sehingga tidak perlu untuk membuat campuran eksotis untuk menjaga pohon bahagia. pohon Anda akan tumbuh sangat lambat, mungkin hanya mengenakan sepasang daun dalam satu tahun, tetapi akhirnya akan membentuk sangat atttractive, pohon miniatur berbentuk kerucut dengan batang indah keriput dan kental.
Atau, jika seseorang memiliki beberapa meter persegi di dalam ruangan (misalnya, di lobi sebuah blok kantor largish) dan anggaran yang sangat besar, yang bisa membangun sebuah muara ikan-tank dengan bakau hitam salah satu ujung, dan ikan yang lain. persyaratan mutlak dalam hal ini akan menjadi area yang luas dari pandangan untuk filter, protein-skimmer dan semua karya-karya lain dari tangki laut, bank ikan-tank-siang hari lampu fluroescent, lantai mampu mendukung beberapa ton per meter persegi dan banyak nasihat dari kiper ahli ikan laut tropis. Saya telah melihat mudskippers tampaknya penangkaran (Periophthalmus sp.) Di pemasok tropis-ikan di dekat Johannesburg pada sekitar sepuluh kali harga tetras sedikit biasa. Menemukan kepiting, udang dan siput yang merupakan bagian penting dari ekosistem mangrove akan lebih sulit.
Setelah tanaman mapan, apa tentang hama dan penyakit? Satu-satunya bakau sakit rekan-rekan saya dan pernah saya lihat jelas menderita kekeringan atau polusi, dan dalam pandangan kekokohan kayu sangat mungkin bahwa pohon akan menderita dari hama penting atau penyakit. Beberapa jamur braket tak dikenal telah terlihat di Isipingo (Durban, Afrika Selatan), tetapi hanya pada kayu mati.
Mangrofe  III (Sonneratia alba )
Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadang-kadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm. Memiliki daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit dan letaknya sederhana dan berlawanan.
Bentuk Sonneratia alba bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm. Bunganya  Biseksual, gagang bunga tumpul panjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok). Daun mahkotanya berwarna  putih, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang sari  banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah rontok. Buah Sonneratia alba seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.
Ekologi  Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang padat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Bunga hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh di malam hari, mungkin diserbuki oleh ngengat, burung dan kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir yang berkarang mereka tersebar secara vegetatif. Kunang-kunang sering menempel pada pohon ini dikala malam. Buah mengapung karena adanya jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar nafas tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada substrat yang keras.
Penyebaran Sonneratia alba Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Australia Tropis, Kepulauan Pasifik barat dan Oceania Barat Daya. Manfaat Sonneratia alba  yaitu buahnya asam dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Akar nafas digunakan oleh orang Irian untuk gabus dan pelampung.
Sonneratia memiliki tebal pneumatophores berbentuk kerucut. Mereka menggunakan ultrafiltrasi di tingkat akar untuk mengecualikan garam. Sonneratia alba dapat mentolerir fluktuasi salinitas dan sering tumbuh di terkena, lembut tapi stabil mudbanks rendah pada lumpur pasang surut. Hal ini diyakini bahwa mereka menyimpan kelebihan garam dalam daun tua yang mereka kemudian menumpahkan.
Kulit muda Sonneratia ditutupi dengan lapisan lilin, mungkin untuk melindunginya dari kehilangan air dan serangan oleh makhluk besar dan kecil.
Menggunakan sebagai makanan: Daun dapat dimakan mentah atau dimasak. Buah yang matang yang dimakan oleh orang-orang dari Afrika ke Melayu dan Jawa, dan dikatakan rasa seperti keju. Di Afrika Timur daun digunakan pakan ternak unta.
Kegunaan lain: Sonneratia digunakan untuk kayu bakar, tetapi tidak pohon bakau yang lebih disukai untuk tujuan ini. Meskipun menghasilkan banyak panas, juga menghasilkan banyak abu dan garam.

Mangrove dan lahan basah satwa liar diSungei Buloh Nature Park
Fitur utama: Tumbuh hingga 15m tinggi.
Bark: Cream, abu-abu untuk kulit coklat, celah vertikal sedikit.
Akar: Tidak ada penopang atau akar prop. Memiliki pneumatophores yang kerucut berbentuk (tidak seperti yang pensil seperti Avicennia).
Daun: Bulat, kasar, sebaliknya, atas dan bawah daun yang sama.
Bunga: Putih, pom-pom-seperti, terbuka hanya untuk satu malam.
Buah: Large (4 cm) hijau, buah kasar dengan basis berbentuk bintang. Mengandung 100-150 biji kecil yang berwarna putih, gepeng dan apung.
Status di Singapura: Lebih umum pada habitat yang cocok dibandingkan spesies lainnya Sonneratia.
Distribusi Dunia: S. alba adalah yang paling luas dari Sonneratia. Mereka ditemukan dari Afrika Timur melalui anak benua India, Asia Tenggara, Australia bagian utara, Kalimantan dan Kepulauan Pasifik.
2.   Ekosistem Lamum
Lamun mempunyai perbedaan yang nyata dengan tumbuhan yang hidup terbenam dalam laut lainnya, seperti makro-algae atau rumput laut (seaweeds). Tanaman lamun memiliki bunga dan buah yang kemudian berkembang menjadi benih. Lamun juga memiliki sistem perakaran yang nyata, dedaunan, sistem transportasi internal untuk gas dan nutrien, serta stomata yang berfungsi dalam pertukaran gas. Akar pada tumbuhan lamun tidak berfungsi penting dalam pengambilan air, karena daun dapat menyerap nutrien secara langsung dari dalam air laut. Untuk menjaga agar tubuhnya tetap mengapung di dalam kolom air tumbuhan ini dilengkapi dengan ruang udara. Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati dengan kedalaman sampai empat meter.
Lamun I(Thalassia hemprichii )
T. hemprichii merupakan salah satu jenis lamun yang tumbuh di perairan tropik dan penyebarannya cukup luas  (Thomascik et. al, 1997). Menurut Kiswara (1992) lamun jenis ini sangat umum dan banyak ditemukan di daerah rataan terumbu, baik yang tumbuh sendiri-sendiri (monospesifik) maupun yang tumbuh bersama-sama dengan lamun jenis lain atau tumbuhan lain (mixed vegetasi).
Fortes (1993 dalam Latuconsina, 2002) mengatakan bahwa T. hemprichii mempunyai rimpang (rhizoma) yang berwarna coklat atau hitam dengan ketebalan 1 – 4 mm dan panjang  3 – 6 cm. Setiap nodus ditumbuhi oleh satu akar dimana akar dikelilingi oleh rambut kecil yang padat. Setiap tegakan mempunyai 2 – 5 helaian daun dengan apeks daun yang membulat, panjang 6 – 30 cm dan lebar 5 – 10 mm.
Menurut den Hartog (1970); Philips dan Menez (1988 dalam Latuconsina, 2002),



 Thalassia hemprichii dapat diklasifikasikan kedalam :

Divisio  : Anthophyta
Kelas   :  Monocotyledonia
Ordo    :  Helobiae
Famili  :  Hydrocaritaceae
Sub famili  :  Vallisnerioideae
Genus         : Thalassia
Spesies       : Thalassia hemprichii

Sebaran kedalam relatif sempit, dari daerah eulitoral sampai kedalaman 4 – 5m, walaupun juga ditemukan pada kedalaman 30 m. sering merupakan spesies yang melimpah di daerah intertidal rataan terumbu karang yang menerima hempasan energi yang tinggi dengan substrat pasir dan pecahan-pecahan karang yang kasar (Thomascik et al, 1997). Philips dan Menez (1988) dalam Latuconsina (2002) mengemukakan bahwa pada prinsipnya jenis ini didapatkan di daerah sub tidal dari pasang rendah sampai kedalaman 5 m. juga dapat tumbuh di daerah intertidal samapai pinggiran mangrove.

Lamun II (Enhalus acoroides)
Divisi               : Antophyta
Kelas               : Angiospermae
Sub kelas         : Monocotyledoneae
Ordo                : Helobiae
Famili              : Hydrocaritaceae
Genus              : Enhalus
Spesies            : Enhalus acoroides
Nama Lokal : Settu pita
Nama Inggris : Tropical eelgrass
Tumbuh pada substrat berlumpur dan perairan keruh, dapat membentuk padang lamun spesies tunggal, atau mendominasi komunitas padang lamun.
Spesifikasi 
Tanaman lurus, 2-5 daun muncul dari rimpang yang tebal dan kasar dengan beberapa akar-akar kuat. Daun seperti pita atau pita rambut (panjang 40-150 cm, lebar 1-5 cm); bergaris seluruhnya dan tebal, lama terlepasnya dan serat kasar setelah pembusukan; ujung daun tumpul. Mempunyai urat daun yang banyak dan mempunyai ruang udara, daun berwarna hijau umumnya berwarna gelap dan tebal.
Sebaran 
Tumbuh pada pasir-lumpuran sampai pecahan karang mulai dari surut terendah sampai ke surut tengah, bercampur dengan jenis lamun lain, tetapi kadang-kadang ditemukan tumbuh sendiri. Jenis ini merupakan lamun terbesar di Kuta dan tingginya sampai satu meter. Tersebar luas di bagian tropis Samudra Hindia dan Pasifik Barat dan sangat umum di Kepulauan Indo-Melayu dan di Filipina
Habitat
di daerah pasang surut yang dangkal dengan substrat berpasir dan berlumpur, dan intensitas cahaya matahari cukup
Rimpang
Rimpang merambat, kasar, tidak bercabang atau bercabang (diameter 1-3 cm), dikelilingi oleh kulit luar yang tebal; akar panjang dan berbulu (panjang 5-15 cm, diameter 2-4 mm). Bunga jantan dan betina muncul pada tanaman yang berbeda. Bunga jantan muncul pada dasar tanaman, butir serbuk besar. Bunga betina mempunyai tangkai panjang, panjang 10-30 (40) cm. Buah bentuk telur dengan duri kasar (panjang 2-4 cm, lebar 2-3 cm); biji 6-12.
Para rimpang yang padat ditutupi dengan bulu berserat hitam panjang yang merupakan sisa-sisa dari sarungnya daun.
penyebaran propagul
Buah bulat dan besar (4-6cm diameter) agak gelap, mempunyai 6-7 biji putih. Ketika semburan buah yang matang, benih dilepaskan dan mengambang hanya sekitar 5 jam sebelum mereka mulai tenggelam. Benih diperkirakan akan dapat melakukan perjalanan 42 km. Ketika benih menetap, akar berkembang cepat dan biji berkecambah cepat. Enhalus acoroides tersebar terutama melalui reproduksi vegetative
Reproduksi
spesies ini mengalami penyerbukan permukaan udara. Jika bertemua dengan spora betina dan mengendap di tenpat yang cocok maka akan tumbuh menjadi individu baru. Enhalus acoroides memiliki bunga-bunga jantan putih kecil sementara bunga betina lebih besar.
Pentingnya / Nilai
N acoroides Daun yang lebat berfungsi penahan arus ataupun gelombang sehingga memberi perlindungan pada tipe pantai terbuka. vegetasi tebal tersebut juga menyediakan tempat persembunyian yang baik untuk beberapa biota dari organisme lain. Sebagai makanan yang umum untuk dugong tersebut.
 Algae sering tumbuh pada daun padang lamun ini, menyediakan makanan bagi makhluk penggembalaan seperti siput. Buah dijual sebagai makanan manusia di pasar dan . N. acoroides sangat produktif dan berkontribusi besar terhadap oksigenasi dari laut serta penyerapan karbon, yang mengarah ke pengurangan dampak pemanasan global. Selain itu juga bisa di gunakan untul anti fuoling pada dasar kapal.
PENGAMATAN BIOTA DI EKOSITEM LAMUN
E .fuscoguttatus
Kelasifikasi :
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Perciformes
Famili              : Serranidae
Genus              : Epinephelus
Spesies            : E. fuscoguttatus
  Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan memiliki bentuk tubuh agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Sirip dadanya berwarna merah, sedangkan sirip-sirip yang lain mempunyai tepi coklat kemerahan. Pada garis rusuknya terdapat 110-114 buah sisik (Ghufran, 2001).

  Habitat dan Daerah Penyebaran Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup di habitat berkarang sehingga disebut juga ikan kerapu karang, penyebarannya mulai daerah tropic sampai sub tropic. Di Indonesia ikan kerapu macan terdapat hamper diseluruh wilayah perairan seperti: Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura, Kalimantan, dan Nusa Tenggara (Sugama dkk, 2001). Selain terumbu karang lokasi kapal tenggelam juga menjadi rumpon yang nyaman bagi ikan kerapu macan. Ikan-ikan tersebut akan berdiam dalam lubang-lubang karang atau rumpon dengan aktifitas relatif rendah.
Ikan kerapu macan pada umumnya hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,53-3 m. Pada umumnya ikan kerapu macan menyenangi air laut dengan salinitas 33-35 ppt. suhu perairan di Indonesia tidak menjadi masalah karena perubahan suhu, baik harian maupun tahunan sangat kecil dan biasanya berkisar antara 27-320C. pada lapisan permukaan air yang tidak tercemar biasanya mengandung oksihen terlarut yang memadai untuk pertumbuhan ikan. kandungan oksigen terlarut dalam air laut minimal 4 ppm. Air laut memiliki pH berkisar antara 7,6-8,7 dan mempunyai daya penyangga yang besar terhadap perubahan keasaman.

  Kebiasaan Makan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan jenis ikan karnivora. Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan terutama terlihat pada stadia awal. Dari pengamatan isi perut kerapu kecil diketahui kandungan didalamnya didominasi oleh golongan Crustacea sebanyak 83% dan ikan-ikan 17%. Namun, semakin besar ukuran ikan kerapu macan komposisi isi perutnya cenderung didominasi oleh ikan-ikan. jenis udang-udangan yang banyak dijumpai dalam isi perut ikan kerapu macan adalah jenis udang krosok (Parapeneus sp), udang dogol (Metapeneus sp), dan udang jerbung (Penaeus merguiensis). Sementara kelompok ikan yang ditemukan dalam isi perut ikan kerapu macan adalah jenis ikan teri (Stelopterus sp), ikan baronang (Siganus sp), ikan blanak (Mungil sp), dan cumi-cumi (Loligo sp) dalam jumlah kecil (Akbar, 2000).
Ikan kerapu macan mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan menjelang matahari tenggelam. Di alam ikan kerapu macan makan sambil berenang diantara batu-batu karang, lubang atau celah-celah batu yang merupakan tempat persembunyiannya. Dari tempat itulah ikan kerapu menuggu mangsanya, bila mangsa tampak dari jauh ikan kerapu macan melesat cepat untuk menangkap dan menelannya, kemudian kembali ketempat persembunyiannya (Akbar, 2000). Ikan kerapu macan yang dibudidayakan secara terkontrol, saat akan memijah ditandai dengan nafsu makan yang menurun jadi pada saat ikan akan memijah pemberian pakan dikurangi dan saat memijah tidak diberi pakan.


  Sistem Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
 Reproduksi ikan kerapu macan bersifat hermaprodit protogini, yakni pada tahap perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis klamin betina kemudian berubah menjadi jantan setelah tumbuh besar atau ketika umurnya bertambah tua. Menentukan jenis klamin ikan kerapu macan jantan dan betina dapat dilakukan dengan dua cara, yakni menggunakan selang mikro (kanulasi) yang mampu menghisap telur atau sperma dan menggunakan metode penggurutan. Ikan kerapu macan betina akan mengeluarkan telur jika diurut, sementara yang jantan mengeluarkan sperma.
Pemijahan induk ikan kerapu macan yang dibudidayakan secara terkontrol dilakukan dengan menggunakan tekhnik rangsangan lingkungan. Keuntungan dari rangsangan lingkungan adalah dihasilkannya telur yang rata-rata berkualitas baik, pemulihan induk cepat dan pematangan gonad kembali teratur (Sudaryanto, 1999).
Fenomena perubahan klamin pada ikan kerapu macan sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks klamin, dan ukuran (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003). Bobot induk ikan kerapu macan betina mencapai 3-4,5 kg dan sedangkan induk kerapu macan jantan mencapai 5-6 kg keatas atau ketika ikan kerapu macan jantan sudah mampu menghasilkan sperma untuk membuahi telur ikan betina. Dihabitat aslinya ikan kerapu macan melakukan pemijahan pada malam hari, yakni antara pukul 20.00 hingga pukul 03.00 pagi. Biasanya ikan kerapu jantan akan berenang berputar-putar mengikuti ikan kerapu macan betina, dan setelah ikan kerapu betina mengeluarkan telurnya maka ikan kerapu macan jantan akan mengeluarkan spermanya sehingga telur akan dibuahi oleh sperma tersebut (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003).

Holothuria (Metriatyla)
Kelasifikasi :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Echinodermata
Class                : Holothuroidea
Genus              : Holothuria
Spesies            : Holothuria .sp
Habitat Teripang
            Teripang adalah hewan avertebrata (Holothuroidea) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.
            Teripang merupakan hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan 3 komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder).
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia mengkerut.                                              
Ciri-ciri umum:
1.      Hewan jenis ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis Echinodermata.
2.      Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai.
3.      Gerakannya tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan.
4.      Rangkanya direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit.
5.      Mulut terletak pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah.
6.      Beberapa spesies mempunyai tangkai arah aboral
7.      Kaki tabungnya kurang mempunyai suber (alat isap).
8.      Tidak memiliki madreporit.
9.      Sistem syaraf berbentuk cincin yang selanjutnya bercabang-cabang pada tiap lengan.
10.  Kulitnya tersusun dari zat kitin
Fungsi nya
Tentakel                       : kelamin yang berfungsi sebagai penghasil hormon kelamin. 
 Saluran kelamin          :Berfungsi sebagai saluran menuju gonad. 
Madreporit                   : Lempeng tali lapisan pada berfungsi sebagai alat gerak ,merasa,      memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Stomach/perut              : sebagai alat pencernaan.
Gonad                          : kelenjar ujung saluran air.
Esofagus                      : saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkanrngga mulut dan lambung.
Dorsal mesentery         : berfungsi sebagai pembungkus usus dan menggantungnya ke dinding tubuh pinggang.
Anus                            : mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang
Cloaca                          : sebagai alat pencernaan.
Intestin                          : sebagai alat pencernaan yang letaknya di antara pilorus hingga usus.

            Adapun sifat menarik yang terdapat pada timun laut, teripang yaitu jika teripang dipegang secara kasar dapat mengeluarkan sebagian besaar isi perutnya melalui anus atau mulut.
 Siklus Hidup Teripang
            Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup  hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
Diskripsi
•       Bagian dorsal terdapat 2 kaki tabung  untuk pernafasan & alat peraba
•       Bagian ventral terdapat  3 kaki tabung mengandung alat penempel untuk alat penggerak
•       Letak  mulut di bagian anterior dikelilingi 10 – 30 buah tentakel / lengan peraba yang berbentuk perisai, kadang bercabang
•       Letak anus di bagian prosterior terdapat 5 gigi berwarna orange atau kuning berbentuk bintang
•       Bentuknya bulat-silindris
•       Tubuh lunak dilapisi kulit keras yang tersusun dari lempeng kapur dan panjang 10 cm hingga 2 meter
•       Warna : hitam pekat, coklat, abu-abu, kadang ada bercak bintil pada punggung
Sistem Reproduksi :
   Pada umumnya alat reproduksi terpisah, tetapi ada beberapa jenis yang hermafrodit. Gonad bentuknya seperti sikat dengan saluran penghubung yang terbuka di daerah tentakel
B.argus
Kelasifikasi :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Echinodermata
Class                : Holothuroidea
Order               : Aspidochirotida
Family             : Holothuriidae
Genus              : Bohadschia
Species            : Bohadschia Argus
Habitat Teripang
            Teripang adalah hewan avertebrata (Bohadschia Argus) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.
            Teripang merupakan hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan 3 komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder).
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia mengkerut.                                              

Ciri-ciri umum:
1.      Hewan jenis ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis Echinodermata.
2.      Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai.
3.      Gerakannya tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan.
4.      Rangkanya direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit.
5.      Mulut terletak pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah.
6.      Beberapa spesies mempunyai tangkai arah aboral
7.      Kaki tabungnya kurang mempunyai suber (alat isap).
8.      Tidak memiliki madreporit.
9.      Sistem syaraf berbentuk cincin yang selanjutnya bercabang-cabang pada tiap lengan.
10.  Kulitnya tersusun dari zat kitin
Fungsi nya
Tentakel                       : kelamin yang berfungsi sebagai penghasil hormon kelamin. 
 Saluran kelamin          :Berfungsi sebagai saluran menuju gonad. 
Madreporit                   : Lempeng tali lapisan pada berfungsi sebagai alat gerak ,merasa,      memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Stomach/perut              : sebagai alat pencernaan.
Gonad                          : kelenjar ujung saluran air.
Esofagus                      : saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkanrngga mulut dan lambung.
Dorsal mesentery         : berfungsi sebagai pembungkus usus dan menggantungnya ke dinding tubuh pinggang.
Anus                            : mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang
Cloaca                          : sebagai alat pencernaan.
Intestin                          : sebagai alat pencernaan yang letaknya di antara pilorus hingga usus.


            Adapun sifat menarik yang terdapat pada timun laut, teripang yaitu jika teripang dipegang secara kasar dapat mengeluarkan sebagian besaar isi perutnya melalui anus atau mulut.
 Siklus Hidup Teripang
            Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup  hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
Diskripsi
•       Bagian dorsal terdapat 2 kaki tabung  untuk pernafasan & alat peraba
•       Bagian ventral terdapat  3 kaki tabung mengandung alat penempel untuk alat penggerak
•       Letak  mulut di bagian anterior dikelilingi 10 – 30 buah tentakel / lengan peraba yang berbentuk perisai, kadang bercabang
•       Letak anus di bagian prosterior terdapat 5 gigi berwarna orange atau kuning berbentuk bintang
•       Bentuknya bulat-silindris
•       Tubuh lunak dilapisi kulit keras yang tersusun dari lempeng kapur dan panjang 10 cm hingga 2 meter
•       Warna : hitam pekat, coklat, abu-abu, kadang ada bercak bintil pada punggung
Sistem Reproduksi :
   Pada umumnya alat reproduksi terpisah, tetapi ada beberapa jenis yang hermafrodit. Gonad bentuknya seperti sikat dengan saluran penghubung yang terbuka di daerah tentakel







Actinopyga Palauensis
Filum:Echinodermata
Kelas:Holothuroidea
Ordo:Aspidochirotida
Famili:Holothuriiidae
Genus:Bohadschina
Spesies:Actinopyga Palauensis
Nama Lokal:Teripang
Habitat Teripang
            Teripang adalah hewan avertebrata (Actinopyga Palauensis) yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat.
            Teripang merupakan hewan yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan terumbu. Teripang merupakan 3 komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder).
Kebiasaan hewan ini meletakkan diri di atas dasar laut atau mengubur diri di dalam lumpur/pasir dan bagian akhir tubuhnya diperlihatkan. Jika Anda mengganggunya biasanya ia mengkerut.                                              

Ciri-ciri umum:
1.      Hewan jenis ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak tampak sebagai jenis Echinodermata.
2.      Hewan ini sering ditemukan di tepi pantai.
3.      Gerakannya tidak kaku, fleksibel, lembut dan tidak mempunyai lengan.
4.      Rangkanya direduksi berupa butir-butir kapur di dalam kulit.
5.      Mulut terletak pada ujung anterior dan anus pada ujung posterior (aboral). Di sekeliling mulut terdapat tentakel yang bercabang sebanyak 10 sampai 30 buah.
6.      Beberapa spesies mempunyai tangkai arah aboral
7.      Kaki tabungnya kurang mempunyai suber (alat isap).
8.      Tidak memiliki madreporit.
9.      Sistem syaraf berbentuk cincin yang selanjutnya bercabang-cabang pada tiap lengan.
10.  Kulitnya tersusun dari zat kitin
Fungsi nya
Tentakel                       : kelamin yang berfungsi sebagai penghasil hormon kelamin. 
 Saluran kelamin          :Berfungsi sebagai saluran menuju gonad. 
Madreporit                   : Lempeng tali lapisan pada berfungsi sebagai alat gerak ,merasa,      memeriksa dan alat penagkap mangsa.
Stomach/perut              : sebagai alat pencernaan.
Gonad                          : kelenjar ujung saluran air.
Esofagus                      : saluran di belakang rongga mulut berfungsi menghubungkanrngga mulut dan lambung.
Dorsal mesentery         : berfungsi sebagai pembungkus usus dan menggantungnya ke dinding tubuh pinggang.
Anus                            : mengeluarkan sisa metabolisme pada teripang
Cloaca                          : sebagai alat pencernaan.
Intestin                          : sebagai alat pencernaan yang letaknya di antara pilorus hingga usus.


            Adapun sifat menarik yang terdapat pada timun laut, teripang yaitu jika teripang dipegang secara kasar dapat mengeluarkan sebagian besaar isi perutnya melalui anus atau mulut.
 Siklus Hidup Teripang
            Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur hidup  hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas dalam waktu sekitar 2 hari.
Diskripsi
•       Bagian dorsal terdapat 2 kaki tabung  untuk pernafasan & alat peraba
•       Bagian ventral terdapat  3 kaki tabung mengandung alat penempel untuk alat penggerak
•       Letak  mulut di bagian anterior dikelilingi 10 – 30 buah tentakel / lengan peraba yang berbentuk perisai, kadang bercabang
•       Letak anus di bagian prosterior terdapat 5 gigi berwarna orange atau kuning berbentuk bintang
•       Bentuknya bulat-silindris
•       Tubuh lunak dilapisi kulit keras yang tersusun dari lempeng kapur dan panjang 10 cm hingga 2 meter
•       Warna : hitam pekat, coklat, abu-abu, kadang ada bercak bintil pada punggung
Sistem Reproduksi :
   Pada umumnya alat reproduksi terpisah, tetapi ada beberapa jenis yang hermafrodit. Gonad bentuknya seperti sikat dengan saluran penghubung yang terbuka di daerah tentakel
Glacilaria Arcuata
Filum: Rhodophyta
Kelas:Rhodophyceae
Ordo: Gracilariales
Famili: Gracilariaceae
Genus: Gracilaria
Spesies:Glacilaria Arcuata
Ciri Khusus:Memiliki warna coklat
Nama Lokal:Alga Coklat
Alga coklat, alga pirang,atauPhaeophyceae adalah salah satu kelas dari alga Heterokontophyta .Nama alga ini diambil dari pigmen dominan yang dimiliki, yaitu xantofil yang menyebabkan ganggang berwarna coklat.Pigmenlain yang dimiliki Phaeophyceae adalah klorofil dan karotena.
Semua alga coklat berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dengan bagian-bagian serupa akar, batang dan daun. Umumnya alga coklat bersifat makroskopis, dan dapat mencapai ukuran lebihdari 30 meter, dan mempunyai gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung.
Hampir semua alga coklat hidup di laut terutama di laut yang dingin.
Perkembangbiakan alga coklat
  • Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan fragmentasii dan pembentukan spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang dihasilkan memilki dua flagela yang tidak sama panjang dan terletak di bagian lateral.
  • Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan isogami,anisogami,atau oogami. Alga ini juga hidup di tepi pantai yang dangkal dan menempel pada bebatuan karang.
Contoh alga coklat
  • Fucusvesiculosus, banyak terdapat di lautdalam. Alga ini berkembang biak secara oogami dengan menghasilkan sel gamet betina (ovum) dan sel  gamet jantan (spermatozoid) .Sel gamet janjtan dan betina masing-masing dihasilkan oleh tumbuhan yang berbeda. Sel gametdihasilkan oleh alat pembiak yang disebut konseptakel. Konseptakel ini berkumpul dalam badan penghasil alat pembiak yang disebut reseptakel. Reseptakel dibentuk di ujung lembaran/talus fertil.
  • Sargassum siliquosum, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya menempel pada batu karang. Di pantai yang bersuhu sedang, Sargassum tumbuh subur sehingga menutupi permukaan laut. Laut yang demikian disebut laut sargaso.
  • Turbinariaaustralis, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya menempel pada batu karang.
  • Fucusdistichus
  • Laminaria
  • Macrocystis
BIOTA YANG BERSIMBIOSIS DI MANGROVE
Periophthalmus sp.
Kingdom      : Animalia
Filum            : Chordata
Kelas           : Actinopterygii
Ordo            : Perciformes
Famili          : Gobiidae
Subfamili    : Oxudercinae
Genus          : Periothalamus
Spesies        : Periothalamus sp
Deskripsi         :
1.      Ikan glodok bisa merangkak naik ke darat atau bertengger pada akar-akar pohon bakau. itulah kemampuan luar biasa ikan glodok atau disebut juga ikan tembakul. Ikan ini hidup di zona pasang surut di lumpur pantai yang ada pohon-pohon bakaunya.
2.      Ikan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup di darat meskipun belum sepenuhnya. Matanya besar dan mencuat keluar dari kepalanya. kalau berenang, matanya biasanya berada di atas air.
3.      Sirip dadanya pada bagian pangkal berotot, dan sirip ini bisa ditekuk hingga berfungsi seperti lengan yang dapat digunakan untuk merangkak atau melompat di atas lumpur.

Reproduksi      :
Ikan jantan memiliki semacam alat kopulasi pada kelaminnya. Setelah perkawinan, telur-telur tembakul disimpan dalam lubangnya itu dan dijaga oleh induk betinanya. Telur-telur itu lengket dan melekat pada dinding lumpur. Periophthalmodon schlosseri dapat bertelur hingga 70.000 butir.
Habitat                        :
Hidup di wilayah pasang surut, tembakul biasa menggali lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di ruang-ruang tertentu. Ketika air pasang naik, tembakul umumnya bersembunyi di lubang-lubang ini untuk menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan
Scylla serrata
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Crustaceae
Sub kelas         : Malacostraca
Ordo                : Decapoda
Sub ordo         : Branchiura
Famili              : Portunidae
Sub famili        : Lipilinae
Genus              : Scylla
Spesies            : Scylla serrata
MORFOLOGI DAN ANATOMI
Deskripsi kepiting bakau menurut Rosmaniar (2008), Famili portumudae merupakan famili kepiting bakau yang mempunyai lima pasang kaki. Pasangan kaki kelima berbentuk pipi dan melebar pada ruas terakhir.karapas pipi atau cagak cembung berbentuk heksagonal atau agak persegi. Bentuk ukuran bulat telur memanjang atau berbentuk kebulatan, tapi anterolateral bergigi lima sampai sembilan buah. Dahi lebar terpisah dengan jelas dari sudut intra orbital, bergigi dua sampai enam buah, bersungut kecil terletak melintang atau menyerong. Pasangan kaki terakhir berbentuk pipih menyerupai dayung. Terutama ruas terakhir, dan mempunyai tiga pasang kaki jalan.
Kepiting bakau Scylla serrta memiliki bentuk morfologi yang bergerigi, serta memiliki karapas dengan empat gigi depan tumpul dan setiap margin anterolateral memiliki sembilan gigi yang berukuran sama. Kepiting bakau memiliki capid yang kuat dan terdapat beberapa duri (Motoh 1979 dan Perry 2007).
Berdasarkan anatomi tubuh bagian dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh. Beberapa bagian yang terdapat di sekitar mulut berfungsi dalam memegang makanan dan juga memompakan air dari mulut ke insang. Kepiting memiliki rangka luar yang keras sehingga mulutnya tidak dapat dibuka lebar. Hal ini menyebabkan kepiting lebih banyak menggunakan sapit dalam memperoleh makanan. Makanan yang diperoleh dihancurkan dengan menggunakan sapit, kemudian baru dimakan (Shimek, 2008). 
 HABITAT DAN DISTRIBUSI
Kepiting merupakan fauna yang habitat dan penyebarannya terdapat di air tawar, payau dan laut. Jenis-jenisnya sangat beragam dan dapat hidup di berbagai kolom di setiap perairan. Sebagaian besar kepiting yang kita kenal banyak hidup di perairan payau terutama di dalam ekosistem mangrove. Beberapa jenis yang hidup dalam ekosistem ini adalah Hermit Crab, Uca sp, Mud Lobster dan kepiting bakau. Sebagian besar kepiting merupakan fauna yang aktif mencari makan di malam hari (nocturnal) (Prianto, 2007).
Kepiting pada fase larva (zoea dan megalopa) hidup di dalam air sebagai plankton. Kepiting mulai kehidupan di darat setelah memasuki fase juvenil dan dewasa seiring dengan pembentukan carapace. Ilustrasi ini dapat dilihat pada Gambar 9, dimana yang menjadi contoh pada gambar tersebut adalah kepiting kelapa. Sedangkan habitat dan penyebaran kepiting (dalam contoh kepiting merah Cancer magister) di estuary dan zona intertidal terlihat pada Gambar 10.   
Kepiting dan rajungan tergolong dalam satu suku (familia) yakni Portunidae dan seksi (sectio) Brachyura. Cukup banyak jenis yang termasuk dalam suku ini. Dr. kasim Moosa yang banyak menggeluti taksonomi kelompok ini mengemukakan bahwa di Indo-Pasifik Barat saja diperkirakan ada 234 jenis, dan di Indonesia ada 124 jenis. Di Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu diperkirakan ada 46 jenis. Tetapi dari sekian jenis ini, hanya ada beberapa saja yang banyak dikenal orang karena biasa dimakan, dan tentu saja berukuran agak besar. Jenis yang tubuhnya berukuran kurang dari 6 cm tidak lazim dimakan karena terlalu kecil dan hampir tidak mempunyai daging yang berarti. Beberapa jenis yang dapat dimakan ternyata juga dapat menimbulkan keracunan (Nontji, 2002).
Menurut Prianto (2007), bahwa di seluruh dunia terdapat lebih dari 1000 spesies kepiting yang dikelompokkan  ke dalam 50 famili. Sebagian besar kepiting hidup di laut, tersebar di seluruh lautan mulai dari zona supratidal hingga di dasar laut yang paling dalam. Sebagian jenis kepiting ada yang hidup di air tawar. Keanekaragaman kepiting yang paling tinggi ada di daerah tropis dan di selatan Australia, disini lebih dari 100 jenis kepiting telah diidentifikasi.
Konsentrasi maksimum kepiting terjadi pada malam hari pada saat air pasang.Kebanyakan kepiting memanjat akar mangrove dan pohon untuk mencari makan. Pada saat siang hari, waktu pasang terendah kebanyakan kepiting tinggal di dalam lubang untuk berlindung dari serangan burung dan predator lainnya. Beberapa spesies sepertiSesarma erythrodactyla dan Paragrapsus laevis pada saat air surut, turun ke bawah untuk berasosiasi dengan telur-telur ikan.
Kepiting mangrove seperti Scylla serrata (Mud Crab) merupakan hewan yang hidup di wilayah estuaria dengan didukung oleh vegetasi mangrove. Hewan ini merupakan hewan omnivora dan kanibal, memakan kepiting lainnya, kerang dan bangkai ikan. Kepiting ini dapat tumbuh sampai ukuran 25 cm atau dengan berat mencapai 2 kg, dimana kepiting betina ukurannya lebih besar dari yang jantan (DPI & F, 2003).
merupakan salah satu jenis Gastropoda yang banyak hidup di air payau atau hutan manggrove yang di dominasi oleh pohon bakau (Rhizopora sp) sehingga orang menyebutnya sebagai keong bakau dan di kepilauan seribu dikenal dengan nama “blencong”, sedangkan di sulawesi selatan dikenal dengan nama “burungan”.
Menurut (Linnaeus, 1758) klasifikasi Telescopium telescopium adalah sebagai berikut :
Kindom : Animalia
Phylum: Molusca
Class    : Gastropoda
Subcelass : Probobranchia
Ordo : Mesogastropoda
 Superfamily: Cerithioidea
Famili : Potamididae
Genus : Telescopium
Spesies: Telescopium telescopium
3. Ciri-ciri (Morfologi dan Anatomi) Telescopium telescopium
Telescopium telescopium atau biasa disebut keong bakau memiliki cirri-ciri dengan panjang maksimum 13 cm dan panjang umum biasanya 11 cm.
3.1. Morfologi Telescopium telescopium
Cangkang hewan ini berbentuk kerucut, panjang, ramping dan agak mendatar pada bagian dasarnya. Warna cangkang coklat keruh, coklat keunguan dan coklat kehitaman, lapisan luar cangkang dilengkapi dengan garis-garis spiral yang sangat rapat dan mempunyai jalur-jalur yang melengkung ke dalam(Bisa Dilihat pada Gambar 2). Panjang cangkang berkisar antara 7.5-11 cm(Barnes,1974;Dharma, 1988;Sreenivasan and Nataraja,1991). Soekendarsi dan palinggi (1995) mengatakan bahwa ukuran panjang cangkang yang ditemukan di daerah hutan manggrove mencapai 9,3 cm dan pada tambak ikan hanya berukuran 8,8 cm. Perbedaan ukuran yang di temukan pada tiap-tiap habitat di sebabkan karena ketersediaan pakan di daerah hutan manggrove lebih baik dari pada di tambak-tambak ikan, juga karena faktor lingkungan.

3.2. Anatomi  Telescopium telescopium
Anatomi sitem pencernaan hewan ini adalah berbentuk kantong yang bergulung-gulung. Oeseophagus berupa tabung yang berbanding tipis dan berbentuk garis panjang, perutnya berbentuk bulat per yang mengangkat caccum yang terikat pada kelenjar pencernaan setelah melewati perut, sistem pencernaan berputar kembali dan kemudian membentuk rektum dan anus yang berubah menjadi lubang belapis. Usus berbelit dan bentuk kantong bertambah besar dalam suatu jaringan konveksi yang bermassa (Alexander dan Rac, 1979).
4. Sistem Reproduksi dari Telescopium telescopium
Menurut (Budiman, 1988; Sreenivasan dan Nataraja, 1991) bahwa Sistem reproduksi hewan ini bersifat dioecious (terpisan), fertilisasi terjadi di dalam tubuh. Aktivitas sexual dimulai ketika keong jantan dengan kakinya memegang cangkang keong betina lalu membalikkan sehingga posisi aperatur betina berhadapan  aperatur jantan dan selanjutnya jantan memasukan kepala dan kakinya kedalam aperatur betina yang terbuka

5. Daur Hidup atau Siklus Hidup Dari  Telescopium telescopium
Aspek-aspek utama dari siklus hidup gastropoda meliputi:
* Bertelur dan telur
* pengembangan  embrio
* Stadion larva atau larva
 * Estivation dan hibernasi
* Pertumbuhan gastropoda untuk Kawin
* dari gastropoda dan perkawinan gastropoda: terjadi pembuahan internal atau eksternal sesuai dengan spesies. fertilisasi eksternal umum di gastropoda
6. Distribusi atau Penyebaran Telescopium telescopium
Hewan ini hidup di daerah trumbu karang dan merupakan jenis hewan indopasifik yang mampu hidup diperairan bakau tropis. Umumnya jenis ini ditemukan sangat dekat dengan genangan air dan mampu bertahan pada rantang kadar garam air yang tinggi, yaitu pada garam  15 – 34 ppt dan bentuknya seperti kristal yang muncul di permukaan (Alexander, dan Rac, 1979). Hewan ini sering ditemukan jumlah berlimpah didaerah pertambakan yang berbatasan dengan hutan mangrofve, juga pada sungai yang dekat dengan daerah pertambakan.   Meanurut soekendarsi, litaay dan matimmu (1996), hewan ini banyak ditemukan didaerah pertambakan yang dekat dengan mulut sungai dan dapat hidup pada kadar garam 1 – 2 ppt,  juga hewan ini lebih bahyak membenamkan diri dalam lupur yang kaya bahan organik dari pada diatas subrat lumpur.
Menurut Robert, Soemiharjo dan Kastoro (1982),  T. telescopium mendiami tanah berluympur deket daerah pasang surut, mampu hidup beberapa lama diluar air, hidup berkelompok serta termasuk habifora  (pemakan tumbu –tumbuhan) dan detritus feder  (pemakan detritus) . Carino, Casway  dan Rifero (1993) menyatakan bahwa hewan ini mempunyai habitat didaerah mangrove  dan kebanyakan bersifat pemakan detritus. Pada umumnya, makan biota dari family potamidae ini terdiri atas : bahan organik halus, partikulat ditritus  dan diatom yang menyedap dsi dasar perairan secara berbagai jenis alga (Sreenivasan dan Natarajan, 1991).
Berdasarkan hasil penelitian Wells et al. (2003), Telescopium telescopium mempunyai tingkah laku lebih aktif pada saat spring tide (pasang tinggi dan surut rendah) dari pada neap tide (pasang rendah dan surut tinggi). Hal tersebut dikarenakan pada saat neap tide, gastropoda tersebut cenderung untuk berlindung dari kekeringan dan bersembunyi di dalam lumpur atau di bawah perakaran mangrove. Tingkah laku tersebut merupakan salah satu pola adaptasi gastropoda terhadap adanya perubahan suhu (suhu tinggi) dan kondisi kering (Bay et al., 1986 in Wells et al., 2003).



BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah dilakukan selama praktikum biologi laut dapat disimpulkan bahwa : Zona mangrove adalah sebutan umum yang digunnakan untuk menggambarkan varietas komunitas pantai tropic yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak yang mempunyai kemampuan tumbuh dalam perairan asin. Sedangkan pada zona pantai lebih didominasi kepiting, selain itu juga ditemukan biota lain, seperti udang; siput dan akar napas yang bersubstrat lumpur pasir, tetepi dalam jumlah kecil. Dari semua zona , jenis – jenis biota yang paling mendominasi adalah kepiting , hal ini dipengaruhi oleh biota jenis ini dapat beradaftasi pada kondisi apapun. Sedangkan Hutan bakau dan padang lamun berperan penting dalam melindungi pantai dari arus dan hempasan ombak, selain itu juga berperan penting sebagai tempat memijah, membesar dan mencari makan  dari berbagai biota, Dan Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai atau goba yang dasarnya berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati dengan kedalaman sampai empat meter.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan dalam pratikum ini adalah pada saat pratikum menejemen waktu lebih diperhatikan.




                                          






DAFTAR PUSTAKA
Anonymous 2009. Ekosistem Perairan Mangrove http://www. shantybio.          Transdigit. com.
Anonymous. 2009. Mengenal ekosistem Mangrove. Htpp://www. google.co.id
Anonymous. 2009. Pasang surut (tide). http://www.dyciil 26. blogspot. Com
Hutabarat,S. 1985. Pengantar Oceanografi. Jakarta. UI. Press Prajitno, A Diktat kuliah biologi laut. Malang-Unibraw.
 Romimohtarto. 2005. Biologi Laut (Ilmu Pengetahuan Tentang biota laut). Jakarta. Ikar Mandiri Abadi.
Kusumawati, Rinta. Jenis dan Kandungan Kimiawi Lamun dan Potensi Pemaafaatanya Di Indonesia
Romimohtarto,K. dan S, Juwana. 1999.Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta ; Puslitbang Oseanologi – LIPI. Jakarta.
Tomascik et al., 1997, Wibowo et al, 1996. Oceanography an Introduction to the         Marinne Environment. Wm. C. Browm Publisher: USA














LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar