KAJIAN TIPE PASANG SURUT
DAN FAKTOR PEMBATAS
Oleh
Bagas Lazuardi1)*, Siti
Maryam1), Hendrik Agustian Anugrah1), Wahyu Andika
Permana Barus1), Muhammad Irwinsyah1), dan Yar Johan2)
1) Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas
Bengkulu, Bengkulu
2) Dosen Ilmu Kelautan Universitas
Bengkulu, Bengkulu
ABSTRAK
Pasang surut merupakan
suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda angkasa terutama oleh matahari, bumi, dan bulan. Terdapat tiga tipe
pasang surut yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tides), harian ganda
(semidiurnal tides), dan pasang surut campuran (mixed tides). Faktor yang
menyebabkan terjadinya pasang surut yaitu rotasi bumi pada sumbunya, evolusi
bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari dan lain-lain.
Kata kunci : pasang
surut, fackor pembatas, tipe
PENDAHULUAN
Pasang
surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan air laut pada periode tertentu
yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik benda-benda luar angkasa atau akibat
gravitasi bulan. Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan air
laut dengan periode sekitar 12,4 jam atau 24,8 jam. Fenomena pasang surut ini
juga berpengaruh terhadap perubahan dari bentuk bumi dan atmosfer. Pengamatan
pasang surut dilakukan untuk mendapatkan tinggi nol dari permukaan air laut
yang nantinya kedalaman suatu titik didasar perairan atau ketinggian titik
dipantai mengacu pada permukaan laut yang dianggap sebagai bidang referensi
atau yang biasa disebut dengan datum vertical (Rampengan, 2009).
Arus
pasang surut disebabkan oleh fenomena pasang surut yang dapat berubah sesuai
dengan tipe dari pasang surut tersebut, sehingga arus pasang surut dapat
memiliki tipe seperti tipe pasang surut diurnal atau harian tunggal dimana
dalam satu hari terdapat satu kali perubahan arus, sedangkan tunggal dimana
dalam satu hari terdapat satu kali perubahan arus, sedangkan untuk daerah yang
memiliki tipe pasang surut semi diurnal atau harian ganda maka dalam satu hari
akan mengalami dua kali perubahan arah arus. Arus pada sungai dan daerah
perairan yang semi tertutup lebih dominan ditimbulkan oleh factor pasang surut.
Karakteristik arus perairan mempengaruhi nilai sorting. Pergerakan sedimen
dipengaruhi oleh kecepatan arus dan ukuran butiran sedimen, semakin besar
ukuran butiran sedimen tersebut maka kecepatan arus yang dibutuhkan juga akan
semakin besar untuk mengangkut partikel sedimen tersebut (Qhomariyah dan
Yuwono, 2016).
PENGERTIAN PASANG SURUT
Pasang surut laut merupakan suatu
fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda angkasa terutama oleh matahari, bumi, dan bulan. Pengaruh benda angkasa
lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Bulan dan matahari memberikan gaya gravitasi terhadapa bumi yang besarnya
tergantung pada besar massa benda yang saling tarik menarik tersebut. Massa
bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap
bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadapa bumi lebih
besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang
mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar dari pada gaya tarik
matahari. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal yaitu dorongan kearah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik
terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik
gravitasi bulan dua kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari dalam
membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat dari pada jarak
matahari kebumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut kearah bulan dan
matahari menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut.
Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara
sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Anugrah. dkk, 2009).
Tinggi pasang surut yaitu jarak
vertical antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air
surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari
posisi muka air pada muka air teratas keposisi yang sama berikutnya. Periode
pasang surut tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada mana muka air naik
disebut pasang, sedangkan pada saat air turun disebut surut. Pasang surut tidak
hanya mempengaruhi lapisan dibagian teratas saja, melainkan seluruh masa air dan
energinyapun sangat besar. Diperairan pantai, terutama diteluk-teluk atau
diselat-selat yang sempit, gerakan naik turun atau variasi muka air menimbulkan
arus yang disebut dengan arus pasang surut, yang mengangkut massa air dalam
jumlah sangat besar dan arahnya kurang lebih bolak-balik (Triatmodjo, 1999).
Alat untuk mengukur pasang surut
yaitu tide staff, alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter
atau centimeter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut dilapangan.
Tide staff (papan pasang surut) merupakan alat pengukur pasang surut yang
paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut
atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari
kayu, alumunium atau bahan lain yang
dicat anti karat (Evie. dkk, 2009).
FAKTOR-FAKTOR
PEMBATAS ATAU PENYEBAB PASANG SURUT
1. Teori Kesetimbangan
(Equilibrium Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan
bahwa teori kesetimbangan ini menerangkan sifat-sifat pasang surut secara
kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi
oleh air dan pengaruh kelembababan (intertia) diabaikan. Teori ini menyatakan
bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang
surut untuk memahami gaya pembangkit pasang surut dilakukan dengan memisahkan
pergerakan system bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu system bumi-bulan dan
system bumi-matahari.
2.
Teori pasang surut Dinamika (Dynamica Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan
bahwa dalam teori ini lautan yang homogeny masih diasumsikan menutupi seluruh
bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya tarik periodic dapat membangkitkan
gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang
pasang surut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan,
pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar.Teori ini melengkapi teori
kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasang surut dapat diketahui secara
kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasang surut menghasilkan
gelombang pasang surut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya
pembangkit pasang surut, karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor
lain yang perlu diperhitungkan selain GPP, faktor-faktor tersebut seperti
kedalaman perairan dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan gesekan dasar.
Rotasi bumi menyebabkan semua benda
yang bergerak dipermukaan bumi akan berubah arah. Dibelahan bumi utara benda
membelok kekanan, sedangkan dibelahan bumi selatan benda membelok kekiri.
Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan
garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi
tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Berkaitan dengan fenomena
pasang surut, gaya coriolis mempengaruhi arus pasang surut. Faktor gesekan
dasar dapat mengurangi tunggang pasang surut dan menyebabkan keterlambatan fase
(phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasang surut menjadi non
linier semakin dangkal perairan maka semakin besar pengaruh gesekannya (Pugh,
1978).
3.
Faktor Non Astronomi Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Selain
itu dari teori kesetimbangan dan teori pasang surut dinamika juga terdapat
beberapa faktor local yang dapat mempengaruhi pasang surut disuatu perairan
seperti topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagiannya,
sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Pugh,
1978).
TIPE-TIPE
PASANG SURUT
Tipe pasang surut ditentukan oleh
frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena
perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika
suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari,
maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal (diurnal
tides). Jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe
pasang surutnya disebut harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasang surut
lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe
campuran (mixed tides) dan tipe pasang surut ini digolongkan menjadi dua bagian
yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal, bila
bulan melintas khatulistiwa (deklinasi kecil) pasang surut menjadi semi diurnal
dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuklah pasang surut diurnal.
Pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu pasang surut harian tunggal,
pasang surut harian ganda, pasang surut campuran dominan harian tunggal, dan
pasang surut campuran dominan harian ganda, lihat gambar 4.1 (Fadilah dan Dwi,
2014).
Gambar
4.1 Pasang Surut Indonesia
PERBEDAAN
PASANG SURUT PURNAMA DAN PERBANI
Pasang
purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam
suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat
tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama terjadi pada
saat bulan baru dan bulan purnama. Sedangkan pasang surut perbani (neep tide)
terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat
itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa
saat bulan 1/4 dan 3/4, lihat gambar 5.1, 5.2, dan 5.3 (Rampengan,
2009).
Gambar
5.1 Pasang Surut Purnama dan Perbani
Gambar
5.2 Pasang Purnama
Gambar
5.3 Pasang Perbani
KESIMPULAN
Pasang
surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda angkasa terutama oleh matahari, bumi, dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan atau
ukurannya lebih kecil.
DAFTAR
PUSTAKA
Anugrah,
D.dkk.2009.Perbandingan Fluktuasi Muka Air Laut Rerata (MLR) Di
Perairan Pantai Utara Jawa Timur
Dengan Perairan Pantai Selatan Jawa Timur.Jurnal Kelautan.2(1):3-39
Evie, H.S.2011.Studi
Komponen Pasang Surut Perairan Dangkal (Over And
Compound Tides) Model Kanal 1 Dimensi
Dengan Menggunakan Metode Asimilasi Data Variasional.Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kelautan Torpis.3(1):1-12
Lailatul, Qhomariyah dan
Yuwono.2016.Analisan Hubungan Antara Pasang Surut
Air Laut Dengan Sedimentasi yang
Terbentuk (Studi Kasus:Dermaga Pelabuhan Petikemas Surabaya).Jurnal Teknik
ITS.5(1):1-3
Pond, S and G.L
Pickard.1981.Introductory Dynamic Oceanography.Pergamon
Press.241
pp.UK
Pugh, D.T.1987.Tides,
Surges And Mean Sea Level.John Wiley &
Sons.Chichester
Royke,
M.Rampengan.2009.Pengaruh Pasang Surut Pada Pergerakan Arus
Permukaan
Di Teluk Manado.Jurnal Perikanan Dan Kelautan.5(3):15-19
Triatmodjo,
B.1999.Teknik Pantai.Beta Offset.Yogyakarta