Senin, 10 Oktober 2016

UTS pengantar oseanografi

KAJIAN TIPE PASANG SURUT
DAN FAKTOR PEMBATAS
Oleh
Bagas Lazuardi1)*, Siti Maryam1), Hendrik Agustian Anugrah1), Wahyu Andika Permana Barus1), Muhammad Irwinsyah1), dan Yar Johan2)
1) Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu, Bengkulu
2) Dosen Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu, Bengkulu
ABSTRAK

Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda angkasa terutama oleh matahari, bumi, dan bulan. Terdapat tiga tipe pasang surut yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tides), harian ganda (semidiurnal tides), dan pasang surut campuran (mixed tides). Faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut yaitu rotasi bumi pada sumbunya, evolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari dan lain-lain.
Kata kunci : pasang surut, fackor pembatas, tipe

PENDAHULUAN

Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan air laut pada periode tertentu yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik benda-benda luar angkasa atau akibat gravitasi bulan. Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan air laut dengan periode sekitar 12,4 jam atau 24,8 jam. Fenomena pasang surut ini juga berpengaruh terhadap perubahan dari bentuk bumi dan atmosfer. Pengamatan pasang surut dilakukan untuk mendapatkan tinggi nol dari permukaan air laut yang nantinya kedalaman suatu titik didasar perairan atau ketinggian titik dipantai mengacu pada permukaan laut yang dianggap sebagai bidang referensi atau yang biasa disebut dengan datum vertical (Rampengan, 2009).
Arus pasang surut disebabkan oleh fenomena pasang surut yang dapat berubah sesuai dengan tipe dari pasang surut tersebut, sehingga arus pasang surut dapat memiliki tipe seperti tipe pasang surut diurnal atau harian tunggal dimana dalam satu hari terdapat satu kali perubahan arus, sedangkan tunggal dimana dalam satu hari terdapat satu kali perubahan arus, sedangkan untuk daerah yang memiliki tipe pasang surut semi diurnal atau harian ganda maka dalam satu hari akan mengalami dua kali perubahan arah arus. Arus pada sungai dan daerah perairan yang semi tertutup lebih dominan ditimbulkan oleh factor pasang surut. Karakteristik arus perairan mempengaruhi nilai sorting. Pergerakan sedimen dipengaruhi oleh kecepatan arus dan ukuran butiran sedimen, semakin besar ukuran butiran sedimen tersebut maka kecepatan arus yang dibutuhkan juga akan semakin besar untuk mengangkut partikel sedimen tersebut (Qhomariyah dan Yuwono, 2016).


PENGERTIAN PASANG SURUT

            Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda angkasa terutama oleh matahari, bumi, dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Bulan dan matahari memberikan gaya gravitasi terhadapa bumi yang besarnya tergantung pada besar massa benda yang saling tarik menarik tersebut. Massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadapa bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari. Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal yaitu dorongan kearah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat dari pada jarak matahari kebumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut kearah bulan dan matahari menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional dilaut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Anugrah. dkk, 2009).
            Tinggi pasang surut yaitu jarak vertical antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air teratas keposisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada mana muka air naik disebut pasang, sedangkan pada saat air turun disebut surut. Pasang surut tidak hanya mempengaruhi lapisan dibagian teratas saja, melainkan seluruh masa air dan energinyapun sangat besar. Diperairan pantai, terutama diteluk-teluk atau diselat-selat yang sempit, gerakan naik turun atau variasi muka air menimbulkan arus yang disebut dengan arus pasang surut, yang mengangkut massa air dalam jumlah sangat besar dan arahnya kurang lebih bolak-balik (Triatmodjo, 1999).
            Alat untuk mengukur pasang surut yaitu tide staff, alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centimeter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut dilapangan. Tide staff (papan pasang surut) merupakan alat pengukur pasang surut yang paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan  lain yang dicat anti karat (Evie. dkk, 2009).


FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS ATAU PENYEBAB PASANG SURUT

1. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
            Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa teori kesetimbangan ini menerangkan sifat-sifat pasang surut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembababan (intertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut untuk memahami gaya pembangkit pasang surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan system bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu system bumi-bulan dan system bumi-matahari.
2. Teori pasang surut Dinamika (Dynamica Theory)
            Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogeny masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya tarik periodic dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasang surut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar.Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasang surut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasang surut menghasilkan gelombang pasang surut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut, karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP, faktor-faktor tersebut seperti kedalaman perairan dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan gesekan dasar.
            Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak dipermukaan bumi akan berubah arah. Dibelahan bumi utara benda membelok kekanan, sedangkan dibelahan bumi selatan benda membelok kekiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Berkaitan dengan fenomena pasang surut, gaya coriolis mempengaruhi arus pasang surut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasang surut dan menyebabkan keterlambatan fase (phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasang surut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semakin besar pengaruh gesekannya (Pugh, 1978).
3. Faktor Non Astronomi Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Selain itu dari teori kesetimbangan dan teori pasang surut dinamika juga terdapat beberapa faktor local yang dapat mempengaruhi pasang surut disuatu perairan seperti topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagiannya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Pugh, 1978).


TIPE-TIPE PASANG SURUT

            Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal (diurnal tides). Jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasang surutnya disebut harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasang surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasang surut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal, bila bulan melintas khatulistiwa (deklinasi kecil) pasang surut menjadi semi diurnal dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuklah pasang surut diurnal. Pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu pasang surut harian tunggal, pasang surut harian ganda, pasang surut campuran dominan harian tunggal, dan pasang surut campuran dominan harian ganda, lihat gambar 4.1 (Fadilah dan Dwi, 2014).

Gambar 4.1 Pasang Surut Indonesia


PERBEDAAN PASANG SURUT PURNAMA DAN PERBANI

            Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Sedangkan pasang surut perbani (neep tide) terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4, lihat gambar 5.1, 5.2, dan 5.3 (Rampengan, 2009).

Gambar 5.1 Pasang Surut Purnama dan Perbani

Gambar 5.2 Pasang Purnama


Gambar 5.3 Pasang Perbani
KESIMPULAN

            Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda angkasa terutama oleh matahari, bumi, dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan atau ukurannya lebih kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, D.dkk.2009.Perbandingan Fluktuasi Muka Air Laut Rerata (MLR) Di
Perairan Pantai Utara Jawa Timur Dengan Perairan Pantai Selatan Jawa Timur.Jurnal Kelautan.2(1):3-39

Evie, H.S.2011.Studi Komponen Pasang Surut Perairan Dangkal (Over And
Compound Tides) Model Kanal 1 Dimensi Dengan Menggunakan Metode Asimilasi Data Variasional.Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Torpis.3(1):1-12

Lailatul, Qhomariyah dan Yuwono.2016.Analisan Hubungan Antara Pasang Surut
Air Laut Dengan Sedimentasi yang Terbentuk (Studi Kasus:Dermaga Pelabuhan Petikemas Surabaya).Jurnal Teknik ITS.5(1):1-3

Pond, S and G.L Pickard.1981.Introductory Dynamic Oceanography.Pergamon
Press.241 pp.UK

Pugh, D.T.1987.Tides, Surges And Mean Sea Level.John Wiley &
Sons.Chichester

Royke, M.Rampengan.2009.Pengaruh Pasang Surut Pada Pergerakan Arus
Permukaan Di Teluk Manado.Jurnal Perikanan Dan Kelautan.5(3):15-19


Triatmodjo, B.1999.Teknik Pantai.Beta Offset.Yogyakarta

Sabtu, 01 Oktober 2016

Quis ke 3 pengantar oseanografi

1. sebutkan minimal 1 parameter, sebutkan namanya dan tuliskan prosedur pengerjaannya!
jawab :
a. Refraktometer

langkah-langkah pengambilan sampel :
Hasil gambar untuk gambar refraktometer1. Tetesi refraktometer dengan aquadest 
2. Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal 
3. Teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya 
4. Lihat ditempat yang bercahaya
5. Akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih
6. Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya
7. Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan refraktometer di tempat kering ( Santoso, 2012 ).

b. Salinometer

langkah-langkah pengambilan sampel :
Hasil gambar untuk gambar salinometer
1. Ambil gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang akan diukur salinitasnya
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya ( Santoso, 2012 ).

soal Bonus :
sebutkan faktor pembatas parameter tersebut !
jawab :
Penguapan
Penguapan semakin besar maka salinitas semakin tinggi, kebalikannya makin kecil penguapan maka salinitasnya makin rendah.
Curah hujan
Makin banyak curah hujan maka salinitas makin rendah, kebalikannya makin rendah curah hujan maka salinitasnya makin tinggi.
Air sungai
Air sungai yang bermuara kelaut, makin banyak air sungai yang bermuara kelaut maka salinitas air laut tersebut rendah.
Letak dan ukuran laut
Laut laut yang tidak berhubungan dengan laut lepas dan terdapat di daerah arid maka salinitasnya tinggi.
Arus laut
Laut laut yang dipengaruhi arus panas maka salinitasnya akan naik dan kebalikannya laut-laut yang dipengaruhi oleh arus dingin maka salinitasnya akan turun (rendah).
Angin
Kelembaban udara diatasnya, ini berhubungan dengan dan penguapan berhubungan dengan besar kecilnya salinitas air laut.
Salinitas dipermukaan sangat khas dan berfariasilnilai-nilai salinitas padapermukaan dipengaruhi oleh proses fisik yang terjadi di perairanSalinitas akan meningkat karena penguapan dan pembekuan. Salinitas akan menurun akibat hujanaliran sungaidan mencairnya esPerbedaan antara penguapan dan curah hujan di lintang menyebabkan terjadinya perbeberbedaan tersebutPenurunansalinitas permukaan dekat khatulistiwa disebabkan oleh curah hujan yang lebih besar atau tinggi (Millero dan Sohn, 1992)

DAFTAR PUSTAKA
Millero dan Sohn. 1992. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Salinitas Air Laut. http://mytask-tugasku.blogspot.co.id/2016/05/faktor-yang-mempengaruhi-salinitas-air-laut.html. Diakses tanggal 20 september. Pukul : 12.40

Santoso, Putry. 2012. Alat Pengukur Salinitas, Tekanan, dan Suhu Lautan. http://rahayu-putrysantoso.blogspot.co.id/2012/03/alat-pengukur-salinitas-tekanandan-suhu.html. Diakses tanggal 20 september. Pukul : 11.41 

Quis ke 4

Nama:Hendrik Agustian Anugrah
Npm: E1I015062
Kelas: B
Dosen : Yarjohan,S.pi,M.si
Mata Kuliah: Dasar- dasar Penginderaan jauh

1.Sejarah Perkembangan Pengindraan Jauh dalam dunia kelautan?


Teknik pengindraan jauh (inderaja) sebenarnya sudah lama di gunakan, yaitu setelah di temukanya kamera. Percobaan pemotretan dari udara pernah di lakukan oleh seniman foto asal Prancis bernama Gaspard Felix Tournachon atau lebih di kenal dengan panggilan Felix Nadar (1858) memotret daerah Bievre, Prancis dari ketinggian 80 meter dengan bantuan balon udara, hasil pemotretan ternyata dapat di gunakan oleh ahli tata ruang kota untuk membuat peta penggunaan lahan dan peta morfologi daerah Bievre. Setelah eksperimen tersebut berhasil maka pemotretan dengan menggunakan wahana balon semakin berkembang, di Amerika foto udara pertama kali di buat oleh James Wallace Black tahun 1860, dengan sebuah balon dengan ketinggian 365 meter di atas kota Boston
Pemotretan udara juga pernah menggunakan wahan layang-layang yang pernah di lakukan oleh ED Archibalg (inggris) tahun1882 dengan tujuan untuk memperoleh data meteorologi. Selanjutnya tanggal 18 April 1906 pemotretan dengan layang-layang di lakukan oleh G.R. Lawrence dari Amerika Serikat untuk memotret daerah San Fransisco setelah kejadian bencana gempa bumi besar dan kebakaran yang melanda daerah tersebut.
Pada tahun 1903 pesawat udara baru di temukan dan uji coba terbang berhasil di lakukan, akan tetapi pemotretan dengan wahana pesawat terbang baru di mulai pada tahun 1909 di atas Centovelli, Italia, dengan pilotnya bernama Wilbur Wright, pemanfaatan citra inderaja banyak di gunakan juga selama perang dunia 1 maupun perang dunia ke II, saat itu penggunaan teknik inderaja sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suatu misi pertempuran. Era perkembangan inderaja yang spektakuler mulai terjadi saat di temukanya roket yang membawa satelit ke ruang angkasa. Hal ini di awali dengan peluncuran satelit TIROS ( Television and Infared Observation Satellite) pada tahun 1960. Yang merupakan satelit tak berawak khusus untuk pengembangan satelit cuaca. Pada perkembangan selanjutnya di luncurkan satelit berawak seperti Merkury, Gemini, dan Apollo,
Teknologi inderaja dan pemanfaatanya terus berkembang dengan pesat. Jika dahulu sensor yang di gunakan hanya kamera maka sekarang sudah banyak jenis sensor lain seperti Scanner, Magnetometer dan Sonar. Dalm disiplin ilmu geografi dan ilmu-ilmu kebumian yang lain, penggunaan tekik inderaja mejadi suatu kebutuhan. Hal ini karena citra inderaja dapat menyajikan gambaran permukaan bumi sacara nyata sehingga semua objek dan fenomena yang ada di pemukaan bumi terlihat dengan baik namun di batasi oleh ketajaman citra yang di gunakan. Keadaan ini sangat membantu sekali bagi seorang ahli geografi di dalam mempelajari objek kajian geografi seperti pola pemukiman, penggunaan lahan, hidrografi, geologi dan geomorfologi. Bahkan kajian tentang iklim di atas permukaan bumi.
2. Sebutkan jenis citra-citra dan resolusinya
Penginderaan Jauh dikelompokan menjadi dua macam yaitu satelit cuaca dan satelit sumberdaya alam.

Sistem Satelit Landsat
Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumber daya bumi yang dikembangkan oleh NASA dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Satelit ini terbagi dalam dua generasi yakni generasi pertama dan generasi kedua. Generasi pertama adalah satelit Landsat 1 sampai Landsat 3, generasi ini merupakan satelit percobaan (eksperimental) sedangkan satelit generasi kedua (Landsat 4 dan Landsat 5) merupakan satelit operasional (Lindgren, 1985), sedangkan Short (1982) menamakan sebagai satelit penelitian dan pengembangan (Sutanto, 1994). 

Satelit generasi pertama memiliki dua jenis sensor, yaitu penyiam multi spektral (MSS) dengan empat saluran dan tiga kamera RBV (Return Beam Vidicon).Satelit generasi kedua adalah satelit membawa dua jenis sensor yaitu sensor MSS dan sensor Thematic Mapper (TM). Perubahan tinggi orbit menjadi 705 km dari permukaan bumi berakibat pada peningkatan resolusi spasial menjadi 30 x30 meter untuk TM1 - TM5 dan TM7 , TM 6 menjadi 120 x 120 meter. Resolusi temporal menjadi 16 hari dan perubahan data dari 6 bits (64 tingkatan warna) menjadi 8 bits (256 tingkatan warna). Kelebihan sensor TM adalah menggunakan tujuh saluran, enam saluran terutama dititikberatkan untuk studi vegetasi dan satu saluran untuk studi geologi tabel (2.1) Terakhir kalinya akhir era 2000- an NASA menambahkan penajaman sensor band pankromatik yang ditingkatkan resolusi spasialnya menjadi 15m x 15m sehingga dengan kombinasi didapatkan citra komposit dengan resolusi 15m x 15 m.


Saluran Citra Landsat TM
Band
Panjang Gelombang
Keterangan
1
0,45 – 0,52
Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi. Pembedaan vegetasi dan lahan.
2
0,52 – 0,60
Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran hijau yang terletak diantara dua saluran penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis vegetasi dan untuk membedakan tanaman sehat terhadap tanaman yang tidak sehat
3
0,63 – 0,69
Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini terletak pada salah satu daerah penyerapan klorofil
4
0,76 – 0,90
Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air.
5
1,55 – 1,75
Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman, kondisi kelembapan tanah.
6
2,08 – 2,35
Untuk membedakan formasi batuan dan untuk pemetaan hidrotermal.
7
10,40 – 12,50
Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi. Pembedaan kelembapan tanah, dan keperluan lain yang berhubungan dengan gejala termal.
8
Pankromatik
Studi kota, penajaman batas linier, analisis tata ruang





2. 2. 2.SATELIT ASTER


Band
Panjang Gelombang
Keterangan
1 (VNIR)
0.520 - 0.600
Citra Aster dapat digunakan dengan baik untuk tujuan;
  1. Pemetaan Tata Guna Lahan
  2. Perencanaan Tata Ruang Wilayah (RUTR, RDTRK)
  3. Pemetaan dan Pemantauan Kondisi Kawasan Hutan
  4. Pemetaan Kawasan Pantai
  5. Pemantauan Perkembangan Kota
  6. Penataan dan Pemantauan Kawasan Pertambangan
  7. Perencanaan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
2 (VNIR)
0.630 - 0.690
3 (VNIR)
0.760 - 0.860
4 (SWIR)
1.600 - 1.700
5 (SWIR)
2.145 - 2.185
6 (SWIR)
2.185 - 2.225
7 (SWIR)
2.235 - 2.285
8 (SWIR)
2.295 - 2.365
9 (SWIR)
2.360 - 2.430
10 (TIR)
8.125 - 8.475
11 (TIR)
8.475 - 8.825
12 (TIR)
8.925 - 9.275
13 (TIR)
10.25 - 10.95
14 (TIR)
10.95 - 11.65

Jenis data lengkap yang dapat diperoleh dari citra TERRA/ASTER ditunjukkan dalam daftar di bawah ini. TERRA/ASTER mempunyai informasi lengkap dari citra optik biasa hingga Digital Terrain Model (DTM).

Nama Produk
Keterangan
Resolusi
Level 1A
Produk ini adalah data mentah langsung dari satelit. Koefisien kalibrasi radiometrik dan koreksi geometrik terlampir, tetapi tidak diterapkan dalam data. Produk ini tidak disesuaikan pada proyeksi peta tertentu.
V(15m)
S(30m)
T(90m)
Level 1B
Produk ini hasil proses penerapan koefisien koreksi radiometrik dan geometrik yang terlampir pada data level 1A. Pada produk ini juga diterapkan metoda proyeksi peta dalam proses L1B. Dari produk ini dapat diperoleh informasi fisik seperti radiance dan temperatur dengan menggunakan nilai digital (DN) dalam data.
V(15m)
S(30m)
T(90m)
Relative Spectral Emissivity (2A02)
Produk ini merupakan data hasil decorrelation stretched dari data ASTER TIR. Produk ini menunjukkan variasi emisi yang diperkuat (enhanced emissivity variations) yang diturunkan dari range TIR lemah.
90m
Relative Spectral Reflectance VNIR (2A03V)
Produk ini merupakan data hasil decorrelation stretched data ASTER VNIR untuk variasi pantulan yang diperkuat (enhance reflectance variations)
15m
Relative Spectral Reflectance SWIR (2A03S)
Produk ini merupakan data hasil decorrelation stretched data ASTER SWIR untuk variasi pantulan yang diperkuat (enhance reflectance variations)
30m
Surface Radiance VNIR (2B01V)
Produk ini dihasilkan melalui penerapan koreksi atmosfir kepada data ASTER VNIR.
15m
Surface Radiance SWIR (2B01S)
Produk ini dihasilkan melalui penerapan koreksi atmosfir kepada data ASTER SWIR.
30m
Surface Radiance TIR (2B01T)
Produk ini dihasilkan melalui penerapan koreksi atmosfir kepada data ASTER TIR.
90m
Surface Reflectance VNIR (2B05V)
Produk ini berisi pantulan permukaan (surface reflectance) yang diperoleh dari radiance terhadap ASTER VNIR setelah penerapan koreksi atmosfir.
15m
Surface Reflectance SWIR (2B05S)
Produk ini berisi pantulan permukaan (surface reflectance) yang diperoleh dari radiance terhadap ASTER SWIR setelah penerapan koreksi atmosfir.
30m
Surface Temperature (2B03)
Produk ini berisi temperatur permukaan dari 5 (lima) band thermal infra merah ASTER yang dihitung menggunakan temperature-emissivity-separation terhadap data radiance permukaan TIR (2B01T) yang sudah terkoreksi atmosfir.
T(90m)
Surface Emissivity (2B04)
Produk ini berisi emisi permukaan dari 5 (lima) band thermal infra merah ASTER yang dihitung menggunakan temperature-emissivity-separation terhadap data radiance permukaan TIR (2B01T) yang sudah terkoreksi atmosfir.
T(90m)
Orthographic Image (3A01)
Produk ini adalah data orthografik ASTER yang dihasilkan dari data relatif DEM (4A01), dan bebas dari distorsi geografik karena perbedaan ketinggian. Data ketinggian untuk posisi geografis pada setiap pixel juga terlampir.
V(15m)
DTMS(30m)
DTMT(90m)
DTM
Relative DEM Z (4A01Z)
Produk ini diperoleh dari data ketinggian yang diturunkan dari data stereoskopik. Dimana data stereoskopik ini diperoleh dari band VNIR 3N (nadir looking) dan 3B (backward looking).


Jumlah Pixel dalam Citra ASTER
HDF (Image size)
pixel
line
L1A
VNIR(1,2,3N)
4100
4200
VNIR(3B)
5000
4600
SWIR
2048
2100
TIR
700
700
L1B
VNIR(1,2,3N)
4980
4200
VNIR(3B)
4980
4600
SWIR
2490
2100
TIR
830
700













National Oceanic and Atmospheric Administration. Satelit berorbit sinkron matahari milik NOAA, Amerika Serikat yang misi utamanya adalah pemantauan cuaca. Satelit NOAA dikembangkan dari seri satelit TIROS (Television and Infrared Observation ). Satelit TIROS kemudian digantikanmenjadi TOS (TIROS Operational System) yang kemudian menjadi seri ESSA (Environmental Science Service Administration). ESSA kemudian dikembangkan menjadi seri ITOS (Improved TIROS Operational System) disusul seri NOAA. Seri satelit NOAA terdiri dari generasi I (TIROS-N/NOAA 1-5), generasi II (Advanced TIROS-N/ATN/NOAA 6-14) dan generasi III (NOAA K, L, M). Pengindera yang diusung satelit ini pada umumnya adalah AVHRR (pengembangan dari VHRR) dan TOVS (TIROS Operational Vertical Sounder). Setiap satelit biasanya juga masih mendapatkan tambahan perangkat pengindera lain sesuai dengan misi.
Konfigurasi satelit NOAA adalah pada ketinggian orbit 833-870 km, inklinasi sekitar 98,7 ° – 98,9 °, mempunyai kemampuan mengindera suatu daerah 2 x dalam 24 jam (sehari semalam).

 4. SATELIT I KONOS

Ikonos adalah satelit milik Space Imaging (USA) yang diluncurkan bulan September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000. Ikonos adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m (hitam-putih). Ini berarti Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image beresolusi tinggi.
Dengan kedetilan/resolusi yg cukup tinggi ini membuat satelit ini akan menyaingi pembuatan foto udara. Lah iaya ngapain lagi pakai foto udara wong yang ini sudah cukup detil, bahkan kalau memetakan kota bekasi bisa dengan skala 1:5000 bahkan 1:2000 untuk desain tata ruang.


Band Width
ResolusiSpasial
Panchromatic
0.45 - 0.90µm
1 meter
Band 1
0.45 - 0.53µm (blue)
4 meter
Band 2
0.52 - 0.61µm (green)
4 meter
Band 3
0.64 - 0.72µm (red)
4 meter
Band 4
0.77 - 0.88µm (near infra-red)
4 meter


Merupakan satelit resolusi tinggi dengan resolusi spasial 61 cm, mengorbit pada ketinggian 450km secara sinkron matahari, satelit ini memiliki dua sensor utama yaitu pankromatik dan multispektral. Quickbird diluncurkan pada bulan oktober 2001 di california AS. Quickbird memiliki empat saluran (band).


Satelit
Resolusi
Spektral
Resolusi
Spasial
Resolusi
Temporal
Resolusi
Radiometrik

QuickBird
Band 1 (0.45 – 0.52) µm
Band 2 (0.52 – 0.60) µm
Band 3 (0.63 – 0.69) µm
Band 4 (0.76 – 0.90) µm
Pan (0.45 – 0.90) µm
2.5 m x 2.5 m



0.6 m x 0.6 m
3 hari
16 bit


6. SATELIT SPOT

Satellite Pour l’Observation de la Terre (sebelum diluncurkan huruf P berarti Probatoire, setelah diluncurkan menjadi Pour). Seri satelit milik CNES, Perancis. Satelit ini mengusung pengindera HRV (SPOT 1,2,3,4) kemudian dikembangkan menjadi HRG (SPOT 5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830km, inklinasi 80

Satelit
Resolusi
Spektral
Resolusi
Spasial
Resolusi
Temporal
Resolusi
Radiometrik
SPOT HRV/XS
Band 1 (0.5 – 0.59) µm
Band 2 (0.61 – 0.68)µm
Band 3 (0.79 – 0.89)µm
Band 4 (0.51 – 0.73)µm
(pankromatik)
20 m x 20m


10 m x 10 m
26 hari
8 bit

  
7. 7.Satelit ALOS
Jepang menjadi salah satu negara yang paling inovatif dalam pengembangan teknologi satelit penginderajaan jarak jauh setelah diluncurkannya satelit ALOS (Advaced Land Observing Satellite) pada tanggal 24 Januari 2006. ALOS adalah satelit pemantau lingkungan yang busa dimanfaatkan untuk kepentingan kartografi, observasi wilayah, pemantauan bencana alam dan survey sumberdaya alam.

Satelit GeoEye
GeoEye-1 merupakan Satelit pengamat Bumi yang pembuatannya disponsori oleh Google dan National Geospatial-Intelligence Agency (NGA) yang diluncurkan pada 6 September 2008 dari Vandenberg Air Force Base, California, AS. Satelit ini mampu memetakan gambar dengan resolusi gambar yang sangat tinggi dan merupakan satelit komersial dengan pencitraan gambar tertinggi yang ada di orbit bumi saat ini.


8. Satelit WorldView
Satelit WorldView-2 adalah satelit generasi terbaru dari Digitalglobe yang diluncurkan pada tanggal 8 Oktober 2009. Citra Satelit yang dihasilkan selain memiliki resolusi spasial yang tinggi juga memiliki resolusi spectral yang lebih lengkap dibandingkan produk citra sebelumnya. Resolusi spasial yang dimiliki citra satelit WorldView-2 ini lebih tinggi, yaitu : 0.46 m – 0.5 m untuk citra pankromatik dan 1.84 m untuk citra multispektral. Citra multispektral dari WorldView-2 ini memiliki jumlah band sebanyak 8 band, sehingga sangat memadai bagi keperluan analisis-analisis spasial sumber daya alam dan lingkungan hidup.



Sumber: 
Kusumowidagdo, Mulyadi dkk. 2008. Pengindraan Jauh Dan Interpretasi Citra.     Semarang: Universitas Negeri Semarang dan LAPAN
http://mustikadewi51.blogspot.com/2013/04/macam-macam-citra-satelit-dan-fungsinya.html
https://selfaseptianiaulia.wordpress.com/2013/05/17/pertemuan-1-macam-macam-jenis-citra-satelit-dan-penggunaannya-serta-menggabungkan-band-pada-landsat/