Sabtu, 24 Desember 2016

laporan po



LAPORAN PENGANTAR OSEANOGRAFI
PENGUKURAN PARAMETER FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI

DISUSUN OLEH
NAMA                          : HENDRIK  AGUSTIAN ANUGRAH
 NPM                              : E1I015062
     KELOMPOK                : 6 (ENAM)
     DOSEN PENGAMPU  : YAR JOHAN, S.Pi, M.Si
                                 : ARADEA BUJANA KUSUMA, S.Si, M.Si
ASISTEN DOSEN :
1. KURNIAWAN SOLEH
2. HETI LESMIANA
3. DIANTY SIALLAGAN
4. FENNI AGUSTINA MARANTIKA
5. WIWIK AMBARWARTI


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016



KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami melaksanakan dan mengikuti  kegiatan praktikum mata kuliah pengantar oseanografi serta dapat menyelesaikan penulisan laporan sebagai bukti dan penanggung jawaban atas kegiatan prkatikum yang telah saya laksanakan pada hari minggu, 18 Desember 2016 yang berlokasikan di Pulau baii Bengkulu. Kepada semua pihak yang telah membantu saya ucapkan terima kasih, terutama kepada para dosen pengampuh mata kuliah yakni bapak Yar Johan S.Pi., M.Si dan bapak Aradea Bujana Kusuma, S,Si., M.S.i yang telah mengawasi berlangsungnya kegiatan praktikum kami. Kepada para asisiten dosen saya ucapkan terimakasih karena telah bersedia membimbing dan mengawasi kegiatan praktikum ini sehingga praktikum berjalan dengan baik. Saya berharap laporan yang saya tulis dapat bermanfaat terutama bagi saya penulis dalam memahami mengenai  materi pengantar oseanografi sehingga kedepannya saya dapat menambah wawasan saya . Apabila terdapat banyak kesalan baik dalam pelaksanaan kegiatan praktikum maupun dalam penulisan laporan ini saya mohon maaf dan mohon bimbingannya agar kiranya dapat saya lakukan perbaikan bagi saya kedepannya baik dalam pelaksanaan praktikum ataupun penulisan laopran dengan itu saya mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sekian dan terimakasih.


Bengkulu, 24 Desember 2016


HENDRIK AGUSTIAN ANUGRAH





DAFTAR ISI
Cover..........................................................................................................................          i
Kata pengantar...........................................................................................................          ii
Daftar isi.....................................................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2  Tujuan ........................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
2.1 Perairan Laut................................................................................................................. 4
2.2 Parameter Kimia............................................................................................................ 5
2.3 Parameter Fisika............................................................................................................ 6
BAB III METODOLOGI................................................................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................................................ 10
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................................. 10
3.3 Prosedur Kerja............................................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 13
4.1 Hasil............................................................................................................................... 13
4.2 Pembahasan................................................................................................................... 17
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 26
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... ......... 26
5.2 Saran.............................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayati (biology) dan ilmu iklim (metereology).
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap tekanan lingkungan yang baik yang berasal dari daratan maupun dari laut. Salah satu tekanan yang akhir-akhir ini mengancam keberlangsungan wiayah pesisir di seluruh belahan dunia adalah adanya kenaikan muka air laut. Selain itu juga, kandungan  yang seharusnya banyak dan melimpah di lautan sekarang sedikit demi sedikit hilang akibat pencemaran.
Dengan adanya pencemaran, kejernihan dan keaslian air laut  untuk sekarang ini harap di pertanyakan. Terutama perairan laut kota Bengkulu. Dapat dilihat dari hasil tangkapan nelayan yang tidak optimal dalam mendapatkan ikan. Untuk mengetahui kadar pencemaran  yang terjadi maka dapat kita tinjau dari perameter  fisika, parameter kimia dan parameter  biologi. Parameter fisika antara lain salinitas, suhu, kecerahan, kecepatan arus, pasang surut dan kedalaman, parameter kimia antara lain derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, kandungan nitrat dan fosfat, sedangkan parameter  biologi antara lain plankton dan ikan.
Perkembangan serta pembangunan suatu daerah pesisir memberikan dampak yang kurang menguntungkann terhadap keberlangsungan sumber daya alam. Adapun tingkat penentu kesuburan daerah perairan dapat dilihat dari kelimpahan fitoplankton dan kondisi kualitas fisika kimia perairan.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%.
Salinitas suatu kawasan menentukan dominansi makhluk hidup pada daerah tersebut. Suatu kawasan dengan salinitas tertentu didominasi oleh suatu spesies tertentu terkait dengan tingkat toleransi spesies tersebut terhadap salinitas yang ada. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup tingkat tinggi yang terpengaruh oleh salinitas. Spesies tumbuhan yang toleran terhadap salinitas tinggi (> 5‰) adalah mangrove, yaitu antara lain Avicenia. Sedangkan tanaman yang beradaptasi pada salinitas 0,5-5‰ antara lain Pluchea indica dan Chatarantus sp.
Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan diri organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak dijumpai berbagai macam jenis hewan di dunia. Sebagai contoh binatang karang dimana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik. Faktor yang mempengaruhi perbedaan pemanasan adalah sinar matahari yang merambat melalui dan perbedaan sudut datang sinar matahari ketika atmosfir mencapai permukaan bumi.
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme   organisme  biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40° C. Semua organisme laut, kecuali burung-burung dan mamalia laut bersifat poikilotermik atau ektotermik, artinya suhu tubuhya dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedang-panas, dan beriklim sedang dingin.
Kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi pada suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan dan absorbsi cahaya yang datang sehingga kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya yang menembus air. Kekeruhan menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam perairan.
Besarnya jumlah partikel tersuspensi menyebabkan pada waktu-waktu tertentu terutama pada saat musim penghujan dimana volume air tawar meningkat dan membawa material akibat erosi menyebabkan kekeruhan meningkat, demikian juga aktivitas pasang air laut. Kekeruhan biasanya minimum pada mulut muara dan semakin meningkat kea rah hulu sungai. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitankton dan tumbuhan bentik.
Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam permukaan air dan daya perambatan cahaya di dalam air. Masuknya cahaya matahari ke dalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity) .
Pasang surut laut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik menarik antara Bumi, Matahari dan Bulan. Ada tiga jenis pasang surut yang pokok yaitu pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type), pasang surut tipe harian ganda (semi diurnal type), dan pasang surut tipe campuran.
Nilai tertinggi dan nilai terendah kedudukan pasang surut terjadi pada saat bulan purnama atau bulan baru, dimana pengaruh gaya tarik bulan dan matahari maksimal yaitu matahari dan bulan sama-sama melakukan gaya tarik menarik terbesar. Keadaan pasang surut tersebut disebut spring tide dan pasang surut yang terjadi pada saat bulan berada pada kuartir pertama dan terakhir disebut neap tide, pada waktu spring tide didapatkan tunggang air yang terbesar sedangkan pada neap tide didapatkan tunggang air yang terkecil.
1.2.Tujuan
1.      Mengetahui dan mampu mengukur parameter fisika, kimia dan biologi seperti suhu, pH, Oksigen terlarut (DO), kecerahan, dan salinitas serta plankton yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik perairan laut serta mampu menganalisisa dan menampilkan dalam bentuk diagram-diagram baku dari parameter-parameter yang digunakan
2.      Mempelajari tata cara pengamatan pasang surut air laut






BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1    Perairan laut
Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat, 1985).
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto, 2001).
Oseanografi berasal dari bahasa yunani oceanos yang berarti laut dan graphos berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secarara sederhana oseanografi ilmu yang mempelajari tentang perairan laut, yang mencakup pengetahuan tentang faktor biotik dan abiotik serta interaksi yang terjadi diantaranya. perairan laut adalah suatu badan air yang berhubungan dengan lautan(Nontji,2007).
Keberadaan ekosistem yang kompleks dalam suatu perairan laut, pola aliran arus antar pulau yang dinamis dan aktifitas di kawasan laut mempunyai pengaruh terhadap kandungan zat hara serta pola sebarannya. Kandungan zat hara di suatu daerah perairan selain berasal dari perairan itu sendiri juga tergantung pada keadaan sekelilingnya, seperti sumbangan dari daratan melalui sungai serta serasah mangrove dan lamun. Zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti fitoplankton, terutama zat hara nitrat dan fosfat. Kedua zat hara ini berperan penting terhadap sel jaringan jasad hidup organisme serta dalam proses fotosintesis. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tergantung pada kandungan zat hara di perairan antara lain nitrat dan fosfat. Senyawa nitrat dan fosfat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan ataupun dekomposisi tumbuhtumbuhan, sisa-sisa organism mati dan buangan limbah baik limbah daratan seperti domestik, industri, pertanian, dan limbah peternakan ataupun sisa pakan yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat hara (Ulqodry,2011).
2.2 Parameter kimia
2.2.1 Salinitas
Salinitas merupakan parameter yang tidak dapat ditinggalkan dalam penelitian di laut. salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida (Siwi, 2011).
Salinitas adalah tingkat keasianan atau kadar garam terlarut dalam air. Pengertian yang lebih luas, salinitas adalah jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat   Salinitas biasanya dinyatakan dengan satuan (ppt) (Effendi, 2003). Air laut merupakan campuran dari 97% air dan 3% material terlarut. Satuan untuk salinitas adalah ‰ (per mil), Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di dunia berkisar antara 33 – 37 ‰ dengan nilai median 34,7 ‰, namun di Laut Merah dapat mencapai 40 ‰. Salinitas air laut tertinggi terjadi di sekitar wilayah ekuator, sedangkan terendah dapat terjadi di daerah kutub, walaupun pada kenyataannya sekitar 75 % air laut mempunyai salinitas antara 34,5‰ – 35 ‰ (Arindri, 2015).
Salinitas 30 ppt adalah tingkat kadar garam normal pada air laut, pada salinitas ini induk ikan bandeng dipelihara dan dipijahkan. Salinitas 23 ppt adalah kisaran salinitasi media air laut - payau, di mana nener (stadium akhir larva bandeng) dipelihara di bak- bak  hatchery bandeng. Sementara salinitas 16 ppt mewakili air payau, di alam kondisi ini dijumpai pada tambak-tambak dimana benih bandeng dipelihara atau dibesarkan mencapai ukuran konsumsi (Murtidjo,2002).
Toleransi terhadap salinitas tergantung pada umur stadium ikan. Salinitas berpengaruh terhadap reproduksi, distribusi, lama hidup serta orientasi migrasi. Variasi salinitas pada perairan yang jauh dari pantai akan relatif kecil dibandingkan dengan variasi salinitas di dekat pantai, terutama jika pemasukan air - air sungai. Perubahan salinitas tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku ikan atau distribusi ikan tetapi pada perubahan sifat kimia air laut (Brotowidjoyo et al, 1995).
2.2.2 Ph
Ph adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan dan didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Riyadi,2005).
Derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen. Derajat keasaman (pH) berpengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan ion mineral sehingga mempengaruhi penyerapannutrien oleh sel. Perubahan nilai pH yang signifikan dapat mempengaruhi kerja enzim dan menghambat proses fotosintesis dan pertumbuhan mikroalga (Gunawan,2012).
Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sestem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda reffernsi,dan alat pengukur impedansi tinggi. pH elektroda dapat diasumsikan sebagai battery, dengan voltase yang bervariasi hasil pengukuran dari pH larutan yang diukur (Efrizal, 2006).
2.3 Parameter Fisika
2.3.1 Gelombang
Gelombang-gelombang laut yang paling panjang adalah yang berhubungan dengan pasang surut, dan dikarakterisasi oleh naik dan turunnya permukaan laut yang berirama setelah periode beberapa jam. Pasang naik biasanya disebut sebagai aliran atau flow (flood), sedangkan  pasang turun dinamakan (ebb). Istilah surut dan aliran pada pasang surut juga biasa digunakan untuk mengartikan arus-arus pasang itu sendiri. Dari awal mulanya telah diketahui bahwa ada hubungan antara pasang surut dengan matahari dan bulan. Pasang surut dalam keadaan tertinggi pada saat bulan purnama atau baru, dan waktu-waktu pasang surut yang tinggi pada lokasi tertentu dapat diperkirakan dihubungkan dengan posisi bulan dilangit. Karena pergerakan relatif bumi, matahari, bulan cukup rumit, maka mengakibatkan pengaruh mereka akan peristiwa pasang surut menghasilkan pola-pola kompleks yang sama. Meskipun begitu, jarak gaya-gaya yang ditimbulkan oleh pasang surut dapat dirumuskan dengan tepat, walaupun respon lautan atas gaya-gaya ini dimodifikasi oleh efek-efek permanen topografi dan efek sementara dari pola-pola cuaca (Supangat, 2012).
Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukaan air laut dari ukuran kecil atau tidak sampai yang paling panjang (pasang surut) melalui suatu media yaitu air, sedangkan arus laut adalah pergerakan massa air secara vertical dan horizontal sehingga menuju keseimbangannya yang dikarenakan oleh tiupan angin, perbedaan densitas dan gelombang laut. (Baharudin, et al, 2009)
2.3.2 Temperatur
Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan diri organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak dijumpai berbagai macam jenis hewan di dunia. Sebagai contoh binatang karang dimana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik. Faktor yang mempengaruhi perbedaan pemanasan adalah sinar matahari yang merambat dan perbedaan sudut datang sinar matahari ketika atmosfir mencapai permukaan bumi (Hutabarat, 2008).
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme   organisme  biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40°C. Semua organisme laut, kecuali burung-burung dan mamalia laut bersifat poikilotermik atau ektotermik, artinya suhu tubuhya dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedang-panas, dan beriklim sedang dingin (Nybakken, 1985).
Faktor-faktor yang mempengeruhi suhu antara lain musim, ketinggian permukaan laut (attitude), waktu dalam hari,sirkulasi udara, penutup awan dan aliran serta kedalaman bahan air .Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme aquatic. Organisme aquatic mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC ( Nurhayati, 2006).
2.3.3 Kecerahan
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagai cahaya yang diteruskan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang di ungkapkan dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan padatan tersuspensi. Selain itu, kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi di jangkau oleh cahaya (Riyadi,2005).
Kecerahan suatu perairan menetukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlansung sempurna. Kecerahan yang mendukung apabila Seichi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya (Effendi, 2003).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Semakin besar sudut datang matahari  maka semakin besar sifat optis air yang dimiliki bahkan intensitas matahari yang semakin lama maka sifat optis air akan bervariasi (Nybakken,1985).
2.3.4 Fitoplankton
Plankton adalah jasad atau organisme yang hidup melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti pergerakan/ arus air. (Afrisha, 2015). Plankton yang tergolong fitoplankton adalah jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada pagi hingga siang hari. Hal ini dikarenakan fitoplankton merupakan jenis tumbuhan mikroskopis yang dapat berfotosintesis. Fitoplankton umumnya terdiri dari diatome dan dinoflagellata.
Fitoplanton atau kelompok  plankton tumbuhan merupakan mikroorganisme fotosintetik yang hidup melayang dan perpindahannya dalam air dipengaruhi oleh arus air ( Serly,2015). Kepadatan dan diversitas fotoplanton dalam perairan dipengaruhi oleh kondisi fisika kimia air terutama adalah cahaya, kandungan co2 bebas, suhu, ph dan zat hara (bahan nutrient). Fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator dalam mengetahui tinggi rendahnya produksi perikanan laut di perairan (Afrisha, 2015).
2.3.5 Pasang Surut
Pasang surut merupakan parameter oseanografi yang sangat berpengaruh di perairan. Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi (Adi, 2015). Pasang surut berkaitan dengan proses naik turunnya paras laut secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air di bumi. Proses pasut dapat dilihat secara nyata di daerah pantai, mempengaruhi irama kegiatan manusia yang hidup di daerah pantai, seperti pelayaran, dan penangkapan/budidaya sumberdaya hayati perairan (Triadmodjo, 2008).
Pasang surut (sering disingkat pasut) adalah gergakan naik turunnya muka laut ecara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan sebagai satelit kecil jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km). Triadmodjo (2008) mengemukakan dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan daripada massanya. Oleh karena itu, bulan mempunyai peranan yang lebih besar daripada matahari dalam menentukan pasang surut.
2.3.6 Arus
Arus adalah pergerakan massa air yang terjadi di lautan dalam skala yang sangat luas baik secara horizontal maupun vertikal ( Julian, 2015). Sistem arus utama umumnya terdapat di samudera-samudera dunia, tetapi pada skala yang lebih kecil juga terdapat arus-arus tertentu yang bergerak secara teratur. Arus-arus ini adalah bagian dari pengetahuan awal yang didapat manusia dari pelayaran.
Samudra pasifik ternyata memiliki arus laut yang kuat. Aliran arus laut karena pasang surut atau arus sungai menyimpan energi hidro kinetik yang dapat dikonversikan menjadi daya listrik. Perubahan kecepatan arus yang sangat besar dipengaruhi oleh gaya pasang surut yang bekerja menyebabkan pergerakan massa air. Perubakan kecepatan ini diakibatkan perbedaan batimetri dan pergerakan elevasi muka air (Purba, 2010).













BAB III
METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum pengantar oseanografi ini dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2016  pada pukul 07.00 – 15.00 WIB bertempat di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah papan skala, tali, sechi disk, kompas, grab sampler, refraktometer, aquades, pH meter, termometer, plantonet, parasut meter, botol UC dan perahu.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air laut (Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu).
3.3  Prosedur Kerja
3.3.1 Salinitas
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran salinitas yang berfungsi untuk mengetahui kadar garam dalam satu liter air laut adalah sebagai berikut :
1)     Menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahannya adalah refraktometer untuk mengukur salinitas air laut, pipet tetes untuk memindahkancairan dalam skala kecil, aquades sebagai kalibrasi refraktometer, tissu untuk mengeringkan refraktometer.
2)     Mengkalibrasi membran refraktometer dengan aquades dan dikeringkan menggunakan tissu secara searah.
3)     Mengambil air laut dengan menggunakan pipet tetes
4)     Meneteskannya sebanyak 1-2 tetes pada refraktometer
5)     Mencatat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan.
3.3.2        Suhu
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)      Mencelupkan thermometer secara langsung ke dalam perairan dan biarkan beberapa saat ( ± 2 menit )
2)      Secara cepat diangkat lalu dibaca nilai suhu pada skala thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar dan untuk memperoleh suhu yang maksimal.
3)      Melakukan pengukuran ini sebanyak 3 kali
4)      Catat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan tersebut.
3.3.3        pH
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran pH adalah sebagai berikut :
1)      Menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahannya yaitu kotak standar pH untuk menentukan nilai pH, pH meter digunakan untuk pH air laut.
2)      Menyiapkan ph meter dan menyelupkannya ke dalam sample air laut yang akan diukur derajat keasamannya
3)      Kemudian mengankatnya dan mengkibas-kibaskannyahingga setengah kering.
4)      Selanjutnya mengamati perubahan warna yang terjadi.
5)      Mencocokkan warnanya dengan kotak standar pH dan menentukan nilai pHnya sesuai dengan warna pada kotak standar pH sehingga didapat hasilnya.
6)      Mencatat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan
3.3.4        Kecerahan
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran kecerahan ada 2 cara yaitu :
Cara 1.
1)      Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan seperti sechi disk dan meteran.
2)      Menentukan lokasi pengukuran kecerahan
3)      Menurunkan sechi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada sechi disk tidak lagi terlihat.
4)      Kemudian mengukur panjangnya dengan meteran atau penggarispanjang.
5)      Setelah itu secara perlahan tarik sechi disk keatas hingga warna hitam pada sechi disk tersebut kembali terlihatlalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak.
6)      Setelah mendapatkan niai batas tidak tampak dan batas tampak, maka jumlahkan kedua nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini merupakan nilai kecerahan.
7)      Mencatat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan
Rumus untuk menghitung kecerahan adalah sebagai berikut:
Kecerahan air (cm) =
Cara 2.
Menentukan kecerahan parairan dapat dilakukan dengan menggunakan alat sechi disk. Alat ini diturunkan ke dalam perairan,kemudian mengukur kedalaman menghilang sechi disk. Untuk mendapatkan nilai kecerahan menggunakan rumus :
Kecerahan air (cm) =
3.3.5        Fitoplankton
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)      Melakukan pengambilan sample plankton pada saat – saat tertentu, yaitu pada pukul 08.00 ; 00.00 ; 06.00 dan 12.00 WIB.
2)      Memasukkan 1 ember air ke dalam planktonnet
3)      Kemudian memasukkan hasil penyaringan dimasukkan ke dalam botol film dan dan diberi formalin.
4)      Mengamati sampel yang telah diambil menggunakn mikroskop.
3.3.6        Pasang Surut
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)      Mengukur pasang surut menggunakan tidal pasut.
2)      Melakukakn pengukuran setiap 30 menit dengan lama pengamatan 10 jam. Catat tinggi pasang surut tiap 30 menit.
3)      Catat pengamatan sebanyak 6 kali pengulangan.
3.3.7        Arus
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran arus  adalah sebagai berikut:
1)      Sediakan tali sepaanjang 5 meter untuk mengikat botol, parasut arus dan pelampung yang dipasang pada tali, stopwatch untuk menghitung lamanya tali menegang dan kompas sebagai penunjuk arah.
2)      Parasut arus dihubungkan dengan tali sepanjang ± 30 cm, kemudian hubungkan lagi dengan tali sepanjang 5 meter.
3)      Menghanyutkan parasut meter mengikuti arus bersamaan dengan menyalakan stopwatch.
4)      Setelah tali meneganga maka stopwatch dimatikan dan mencatat lama waktu yang digunakann untuk menegangkan tali yang sepanjang 5 meter tersebut.
5)      Menghitung kecepatan arus  : waktu tempuh dan dicatat dalam satuan meter/detik.
6)      Catat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
4.1.1 Titik Koordinat
Tabel 1. Titik koordinat praktikum berdasarkan GPS
No
Wilayah
Lokasi
1
Pulau baai Bengkulu
S : 030  54.314”
E : 1020 17. 739”

4.1.2  Tabel Hasil Pengukuran Salinitas
Pengulangan
Salinitas
1
30
2
30
3
31
Rata-rata
30,333333

4.1.3 Tabel Hasil Pengukuran Suhu
Pengulangan
Kel.6
1
27
2
26
3
26
Rata- rata
26,33333

4.1.4 Tabel Hasil Pengukuran Ph
Pengulangan
Kel.6
1
6,7
2
6,7
3
6,7
Rata- rata
6,7





4.1.5 tabel Hasil Pengukuran Kecerahan
Pengulangan
Waktu Nampak
Waktu tidak nampak
Hasil kecerahan (m)
1
30 s
61 s
300
2
27 s
70 s
305
3
29 s
72 s
220
4.1.6 Tabel Hasil Pengukuran Arus
Kelompok
Pengulangan
waktu (s)
kedalaman (M)
6
1
142
2

2
150
2

3
139
2

Rata-rata
143,6667


Kelompok
Panjang tali (m)
rata2 waktu(s)
kec.arus (m/s)
6
10
143.66
0,069
4.1.7 Tabel Hasil Pengukuran Pasang Surut
Waktu pengamatan
6 kali pengamatan
Pasang
Surut
08.30-09.00
08.30-08.35
128
124
kelompok 1
08.35-08.40
130
127

08.40-08.45
132
129

08.45-08.50
131
129

08.50-08.55
132
128

08.55-09.00
134
128

Rata-rata
131
127
09.00-09.30
09.00-09.05
136
128
Kelompok 2
09.05-09.10
140
128

09.10-09.15
136
126

09.15-09.20
136
128

09.20-09.25
136
130

09.25-09.30
143
128

Rata-rata
137
128
09.30-10.00
09.30-09.35
136
132
Kelompok 3
09.35-09.40
134
130

09.40-09.45
132
130

09.45-09.50
134
132

09.50-09.55
136
132

09.55-10.00
130
128

Rata-rata
133
130
10.00-10.30
10.30-10.35
134
130
Kelompok 4
10.35-10.40
132
128

10.40-10.45
132
128

10.45-10.50
134
130

10.50-10.55
134
128

10.55-11.00
134
128

Rata-rata
133
128
11.00-11.30
11.00-11.05
123
119
Kelompok 5
11.05-11.10
125
119

11.10-11.15
124
118

11.15-11.20
123
112

11.20-11.25
120
112

11.25-11.30
122
112

Rata-rata
122
115
11.30-12.00
11.30-11.35
120
116
Kelompok 6
11.35-11.40
120
118

11.40-11.45
122
116

11.45-11.50
124
112

11.50-11.55
126
110

11.55-12.00
124
108

Rata-rata
122
113
12.00-12.30
12.00-12.05
135
125
Kelompok 7
12.05-12.10
130
120

12.10-12.15
120
116

12.15-12.20
115
110

12.20-12.25
110
101

12.25-12.30
105
99

Rata-rata
119
111
12.30-13.00
12.30-12.35
100
92
Kelompok 8
12.35-12.40
102
90

12.40-12.45
100
92

12.45-12.50
102
90

12.50-12.55
100
90

12.55-13.00
100
94

Rata-rata
100
91
13.00-13.30
13.00-13.05
104
89
Kelompok 9
13.05-13.10
109
90

13.10-13.15
98
90

13.15-13.20
92
90

13.20-13.25
94
88

13.25-13.30
92
89

Rata-rata
98
89
13.30-14.00
13.30-13.05
88
81
Kelompok 10
13.05-13.10
86
79

13.10-13.15
84
78

13.15-13.20
82
76

13.20-13.25
84
76

13.25-13.30
84
76

Rata-rata
84
77
14.00-14.30
14.00-14.05
82
80
Kelompok 11
14.05-14.10
82
80

14.10-14.15
82
80

14.15-14.20
82
80

14.20-14.25
82
80

14.25-14.30
82
80

Rata-rata
82
80



4.2 Pembahasaan
Pada praktikum lapangan Pengantar Osenografi ini dilakukan di pulau Baai. Ada beberapa parameter fisika, kimia dan biologi yang kami ukur yaitu dintaranya suhu, derajat keasaman (pH), salinitas, kecerahan, dan pasang surut (pasut).
4.2.1        Salinitas
Menurut Stiyono(1996), nilai salinitas air laut berkisar antara 33 – 38 ppt. Pada saat penelitian di perairan Pelabuhan Pulau baai menunjukkan bahwa pengukuran salinitas menggunakan refraktometer didapatkan rata- rata adalah 30,3 ppt. Jadi dari data tersebut salinitas perairan adalah normal.
Salinitas merupakan kadar gram  garam yang terlarut dalam 1 liter air dengan satuan PPT. Untuk menghitung salinitas menggunakan alat refraktometer jenis GMK105. Akan tetapi untuk salinitas pada praktikum ini tidak sempat dihitung dikarenakan alat yang dibawa itu rusak. Dan untuk melakukan penghitungan di laboraturium perikanan ilmu kelautan universitas bengkulu waktunya tidak cukup.
Salinitas merupakan jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, yang biasanya di nyatakan dalam satua ppt. Salinitas dapat di pengaruhi oleh beberapa factor anatara lain adalah volume air sungai yang masuk ke dalam laut dan terjadinya proses penguapan di perairan. Alat yang di gunakan dalam pengukuran salinitas adalah refraktometer (alat konvensional) dan salinometer (alat modern). Dimana skelma kerja dari pengukuran salinitas adalahmenkaliberasi salinometer dengan aquades lalu tekan tombal on/off pada salinometer, setelah itu diteteskan 3 tetes sampel air laut di senor salinometer dan tekan tombal start, di tekan tombal zero hingga muncul nilai salinitas dan mencatat hasil yang di dapatkan. Dari pengujian sempel air laut di pulau Baai hasil yang di dapat kan adalah 30,33 ppt.
Salinitas 30 ppt adalah tingkat kadar garam normal pada air laut, pada salinitas ini induk ikan bandeng dipelihara dan dipijahkan. Salinitas 23 ppt adalah kisaran salinitasi media air laut – payau, sementara salinitas 16 ppt mewakili air payau (Murtidjo,2002).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu sebagai berikut : Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
Zona dimana salinitas bekurang terhadap kedalaman ditemukan pada lintang rendah dan menengah, yaitu antara lapisan permukaan campuran dan bagian atas lapisan dalam dimana salinitas konstan. Zona tersebut dikenal sebagai haloklin.
Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Salinitas air media pemeliharaan yang tinggi (> 30 ppt) kurang begitu menguntungkan untuk kegiatan budidaya windu. Karena jenis udang windu akan lebih cocok untuk pertumbuhan optimal berkisar 15 ppt (Wibisono, 2005).
Seperti halnya dengan suhu, perubahan salinitas akan menyebabkan berubahnya kondisi lingkungan hidup ikan .perubahan tersebut meliputi perubahan densitas air, kecerahan air, daya penyerapan radiasi matahari, perubahan penghantaran suara,  serta perubahan daya hantar listrik. Beberapa spesies ikan dapat hidup pada salinitas yang berbeda-beda, tetapi ada pula yang hanya dapat hidup paa kisaran salinitas tertentu saja (Rahardjo dan Harpasis ,1983).
Salah satu di antara besaran yang berperan penting dalam sistem ekologi laut adalah salinitas air laut. Beberapa jenis organisme ada yang tahan dengan perubahan nilai salinitas yang besar dan ada pula yang hanya menghendaki perubahan nilai salinitas kecil saja. Perbedaan salinitas antara dua perairan dapat menyebabkan perbedaan yang besar dari sistem ekologi kedua perairan tersebut, Peranan salinitas ini akan menjadi penting misalnya dalam pembiakan dan pemeliharaan udang yang sekarang ini sudah mulaiberkembang di Indonesia. Pengetahuan mengenai sifat udang terhadap salinitas dan kemampuan mengatur nilai salinitas dari kolam pemeliharaan udang tersebut dapat menentukan berhasil tidaknya usaha tersebut (dharma arief, 1984).
Menurut Robert (2005) dalam Kusumah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas (heat flux), curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkullasi arus. Perubahan pada suhu dan salinitas akan menaikkan atau mengurangi densitas air laut di lapisan permukaan sehingga memicu terjadinya konveksi ke lapisan bawah.
Kadar salinitas yang baik disepakan kurangnya pengaruh dari ekosistem daratan seperti aliran sungai, semakin banyak sungai dan curah yang bermura ke laut maka semakin rendah salinitas pada peraira. Tidak hanya itu, faktor cuaca yang mendukung pada saat melakukan pengukuran mengkibatkan kadar salinitas yang di teliti sangat baik.
Kadar salinitas suat perairan pesisisir dapat saja berubah sewaktu-waktu apabila kondisi lingkungan pada wilaya perairan tersebut menbawa dampak bagi perairan tersebut, perubahan cuaca seperti pada musim hujan, semakin besar curah hujan di suatu perairan maka salinitas akan rendah begitupun sebaliknya.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan (turbulensi) di lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen yang bergantung intensitas pengadukan. Pada  perairan dangkal, lapisan lapisan yang di hasilkan akibat dari turbelensi hampir sama dengan lapisan di dasar perairan.
4.2.2        Suhu
Untuk mengukur suhu air laut pada percobaan ini kami melakukannya dengan menggunakan Thermometer, yaitu dengan cara mencelupkannya langsung kedalam perairan yang ingin dilihat suhunya. Terlihat dari hasil yang didapatkan untuk kelompok 6  rata-rata suhunya adalah 26,30 C. Suhu berbeda-beda bisa disebabkan karna faktor cuaca, dan juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti serasah dan bisa juga terkontaminasi dengan tangan manusia pada saat mengkur dengan alat termometer. Dimana hasil ini didapatkan melalui pengukuran sebanya tiga kali, karena untuk mendapatkan hasil yang akurat jadi pengukuran di lakukan sebanyak 3 kali.
Merupakan salah satu parameter fisiska yang di ukar pada saat praktikum oceaografi, merupakan salah satu parameter penting dalam lingkungan perairan baik tawar ataupun asin. Dimana suhu merupakan parameter fisisk yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan dan mempengaruhi kadungan kadar oksigen terlarut yang ada di dalam perairan.
Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat sangat penting bagi kehidupan organisme laut karena suhu mempengaruhi metabolisme maupun perkembangan organisme, disamping itu suhu sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut. Baik laut maupun daratan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu proses yang dinamakan insolation (Andi, 2006).
Suhu merupakan parameter yang penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan di laut. Pengaruh suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut adalah dalam hal laju fotosintesa tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologi hewan, khususnya aktivitas metabolisme dan siklus reproduksi. Secara tidak langsung suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Daya larut oksigen berkurang, jika suhu naik, dan sebaliknya kandungan kabondioksida bertambah (Dahuri, 2001).
Suhu air yang layak untuk budidaya air laut adalah 27-320 .Di Indonesia suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar antara 28,20C sampai 34,60C dan pada malam hari suhu berkisar antara 12,80C sampai 300C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat relatif rendah dibanding suhu udara di sekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi pengembang budidaya perairan (Asyari, 2011).
Suhu merupakan ukuran energi gerakan molekul secara horizontal yang sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal yang sesuai dengan kedalaman perairan. Suhu merupakan ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme   organisme  biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40° C (Nybakken, 1985).
Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara absolut juga nol (dalam skala Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d. 35oC (Rahmad, 1992).
Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).
Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, litang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman perairan.Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan pelarutan gas did ala  air. (Effendi, 2003)
Suhu sangat mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organism di perairan. Dan baik lautan maupun daratan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu proses dinamakan insolation. (Hutabarat dan Evans, 1985).
4.2.3        Ph
Pada percobaan untuk pH atau derajat keasaman diukur dengan menggunakan ph meter, percobaan dilakukan dalam 3 kali pengulangan yaitu didapat dari tiga titik pengamatan rata-rata nilai pH yang didapat adalah berkisar 6,7 dari literatur yang didapatkan perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif stabil dan berada dalam kisaran yang sempit. Biasanya berkisar antara 7,7-8,4 pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya. Kemudian keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Untuk keasaman tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air yang akan membentuk H2SO4 dan ion Fe2+ (larut dalam air). PH merupakan tingkat keasaman dari suatu zat.
Nilai pH sangat berpengaruh terhadap proses biokimia suatu perairan. Pengaruh nilai pH terhadap komunitas biologi perairan antara lain dapat menyebabkan keanekaragaman plankton dan benthos menurun, menyebabkan kelimpahan total, biomas, dan produktivitas tidak mengalami perubahan.
Air laut mengandung alkali 1 dan alkali 2 yang mengikat OH- , hal inilah yang menyebabkan air laut terasa asin. Perubahan pH berkaitan dengan kandungan oksigen dan CO2 dalam air. Pada siang hari jika O2 naik akibat fotosintesis  fitoplankton, maka pH juga naik. Kestabilan pH perlu dipertahankan karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air.Peranan penting pH terhadap suatu perairan, yaitu pH yang terlalu rendah ataupun yang terlalu tinggi dapat mematikan ikan, dan pH antara 5-6 dapat memperlambat pertumbuhan ikan tersebut. pH dapat diukur dengan pH paper (konvensional) ataupun pH meter (modern).
4.2.4        Kecerahan
Pengukuran kecerahan pada praktikum oceanografi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada pukul 13.05 WIB diperoleh bahwa kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) sebesar 61 s kemudian kedalaman secchi disk (mulai tampak) sebesar 30 s sehingga diperoleh nilai rata-rata pengukuran kecerahan perairan sebesar 300 m. Sedangkan pukul 13.10 WIB diperoleh bahwa kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) sebesar 70 s kemudian kedalaman secchi disk (mulai tampak) sebesar 27 s sehingga diperoleh nilai rata-rata pengukuran kecerahan perairan sebesar 305 dan Pukul 13.10 WIB diperoleh bahwa kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) sebesar 72 s kemudian kedalaman secchi disk (mulai tampak) sebesar 29 s sehingga diperoleh nilai rata-rata pengukuran kecerahan perairan sebesar 305.Dengan kenaikan sudut datang semakin kecil terjadi kenaikan kecerahan yang berarti intensitas cahaya matahari yang masuk di perairan semakin meningkat.
sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Semakin besar sudut datang matahari  maka semakin besar sifat optis air yang dimiliki bahkan intensitas matahari yang semakin lama maka sifat optis air akan bervariasi (Nybakken,1985).
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan dimana kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam perairan. Hubungan antara kecerahan dan fotosintesis, yaitu semakin banyak cahaya matahari yang masuk maka semakin besar fitoplankton berfotosintesis. Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Menurut Asmawi (1986) faktor-faktor kekeruhan air disebabkan oleh benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb), jasad-jasad renik yang merupakan plankton, warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun tumbuhan).
Nilai kecerahan dinyatakan dengan satuan meter, dan sebaiknya pengukuran kecerahan dilakukan pada saat cuaca cerah. Tujuan mengukur kecerahan yaitu untuk mengukur kualitas perairan dimana ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi dalam air , lapisan manakah yang keruh dan tidak keruh (Kordi dan Andi,2007). Kecerahan optimal disuatu perairan berkisar  1-2m , sedangkan kisaran maksimal 1-5m. jika kurang dari 1m maka perairan tersebut mengalami booming phytoplankton.
Stratifikasi kecerahan pada perairan ada 3, lapisan pertama disebut fotik dimana semua kolom perairan terkena radiasi matahari, lapisan kedua disebut difotik dimana sebagian kolom perairan terkena radiasi matahari, dan lapisan yang paling dalam disebut  afotik dimana kolom perairan sama sekali tidak menerima radiasi matahari. Faktor yang mempengaruhi kecerahan antara lain, intensitas cahaya matahari (semakin banyak intensitas cahaya yang masuk semakin dalam kecerahan disuatu perairan),fitoplankton  , jumlah partikel yang tersuspensi, kedalaman, garis lintang, waktu pengukuran.
   Alat untuk mengukur kecerahan disebut Secchi Disk. Secchi Disk mempunyai desain berbentuk lingkaran atau lempengan dengan empat warna, yaitu hitam-putih-hitam-putih dengan tujuan agar warna hitam itu menyerap cahaya sedangkan warna putih memantulkan cahaya. Cara menghitung kecerahan:
D = D1 + D2
2

4.2.5        Fitoplankton
Pada hasil yang didapat pada lokasi tersebut terdapat plankto hanya saja yang membedakan adalah jumlah atau banyak sedikitnya hasil yang didapatkan. Menurut pengamatan yang dilakukan hasil plankton paling banyak ditemukan di pulau Baai. Plankton hidup di pesisir pantai dimana ia mendapat bekal garam mineral cahaya matahari yang mencukupi, plakton merupakan makanan ikan. Jadi dengan melihat banyak sedikitnya plankton disuatu kawasan dapat menjadi acuan dalam menentukan daerah penangkapan.
Fitoplankton banyak ditemukan di pelabuhan pulau baai karena pada waktu pengambilannya dilakukan pada waktu pagi hari. Dimana pada waktu pagi hari  fitoplankton bersiap-siap dalam melakukan fotosintesis
4.2.6        Arus
Berdasarkan data pengukuran kecepatan arus saat praktikum oceanografi diperoleh bahwa panjang tali yang digunakan adalah 10 meter  sehingga diperoleh kecepatan arus perairan laut tersebut adalah 143,6 m/s dengan arah arus dari timur ke barat.Arus di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya arus yakni tiupan angin musim dan suhu permukaan laut yang berubah – ubah Arus air laut juga dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu air baik secara vertikal maupun horizontal, tinggi permukaan laut, dan pasang-surut (Wibisono, 2005).
Arus ukur dengan menggunakan alat yaitu parasut meter, dengan panjang tali 5 meter. Parasut dilakukan dengan melepaskan parasut meter dan pelampung dibiarkan mengikuti arus dan barengan dengan menyalakan stopwach dan kompas untuk melihat berpa lama waktu yang dibutuhkan dan dimana arah arus melaju. Rumus  yang digunakan untuk menghitung arus adalah panjang tali dibagi waktu tempuh dengan satuan meter/detik.
Sementara itu gaya coriolis juga berpengaruh pada arus air laut. Sebab gaya ini   mempengaruhi aliran massa air dimana air yang lurus akan belok akibat gaya ini.  Gaya ini akibat dari rotasi pada poros bumi seperti yang dikatakan Hutabarat(1985).
Arus adalah gerakan air yang menyebabkan perpindahan horizontal massa air dari suatu ke tempat lain. Arus disebabkan oleh angin tetapi penyebab utamanya adalah radiasi matahari pada siang hari, sedangkan pada malam hari disebabkan oleh bulan. Disamping itu, gaya Coriolis juga dapat menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya. Gaya Coriolis sendiri yaitu gaya yang disebabkan oleh rotasi bumi yang mengakibatkan pembelokan arah angin. Angin juga dapat menyebabkan timbulnya arus vertical yang dikenal sebagai upwelling dan downwelling (Hutabarat, 1985).  Hal ini biasanya terjadi karena adanya perbedaan densitas dan suhu.
Ada dua macam arus yaitu pertama, arus permukaan yang disebabkan oleh angin. Ke dua, arus kedalaman yang disebabkan oleh densitas. Adapun manfaat arus adalah sebagai transportasi unsur hara, penyegaran dan pencucian karang, distribusi migrasi ikan, sebagai arah pelayaran, dan sebagai energy alternative (pembangkit listrik).kecepatan arus dapat dihitung dengan rumus :
V=  s
     T
           Keterangan :
           v = kecepatan arus
           s = panjang tali yang terpakai (m)
           t = waktu tempuh (s)

4.2.7        Pasang Surut
Pasang surut (pasut) air laut dilakukan didermaga Pulau Baai provinsi bengkulu dengan menggunakan alat papan skala. Pengambilan data pasang surut dilakukan dari pukul 8:30-14:30 WIB. Data diambil setiap 5 menit oleh 3-4 orang. Berikut adalah diagram rata-rata data pasang surut yang didapatkan.
Dari grafik diatas terlihat untuk pasang tertinggi yaitu 137 cm dan untuk surut terendah 77 cm, semua pengamatan dilakukan pada titik lokasi yang sama yaitu di Pulau Baai.
Menurut Widarno(2011), tipe pasang surut adalah dibagi menjadi tiga. Adalah yang pertama yaitu pasang surut harian. Kedua yaitu pasang surut purnama dan yang terakhir adalah pasang surut perbani. Pada saat pengamatan praktikum, yang dilakukan di Pelabuhan pulau baai yang terjaadi adalah pasang surut harian. Karena pada saat itu tidak terjadi bulan purnama ataupun gerhana.
Pasang Surut adalah pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara rata-rata dan dalam periode tertentu, yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi-bulan-matahari. Waktu antara puncak atau lembah ke puncak atau lembah gelombang berikutnya disebut periode. Di dalam pasang surut juga terkenal istilah tidal range yaitu jarak antara pasang tertinggi dibanding dengan surut terendah periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pasang surut mempunyai tiga tipe dasar, yaitu :
1.   Pasang surut harian (diurnal). Mekanisme pasang surut harian adlah satu kali pasang, satu kali suru, dengan periode 24 jam 50 menit.
2.   Pasang surut tengah harian (semi diurnal). Hampir sama seperti diurnal namun semi diurnal ini hanya terjadi setengah hari.
3.   Pasang surut campuran (mixed tide). Pasang surut ini terdiri dari diurnal dan semi diurnal. Sehingga terjadi satu kali pasang, dua kali surut dengan periode yang sangat berbeda.
Adapun macam Pasang Surut yaitu :
1.   Pasang surut perbani, dimana posisi bulan bumi matahari tegak lurus
2.   Pasang surut purnama, dimana posisi bumi bulan matahri sejajar
Alat untuk mengukur pasang surut disebut tide staff yang nantinya ditempeli dengan meteran.
Pasang surut laut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik menarik antara Bumi, Matahari dan Bulan. Ada tiga jenis pasang surut yang pokok yaitu pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type), pasang surut tipe harian ganda (semi diurnal type), dan pasang surut tipe campuran (Wibisono, 2005).
BAB V
Penutup
5.1. Kesimpulan
Dari beberapa percobaan yang dilakukan baik mengukur parameter fisika, kimia dan biologi kita dapat melihat atau menentukan karakteristik dari perairan. Sebagai contoh dalam pengamatan plankton dapat kita jadikan sebagai bahan acuan fishing ground atau daerah penangkapan karena plankton merupakan makanan ikan dan plankton juga sangat memiliki peranan penting dalam ekosistem laut karena sangat penting dalam rantai makanan dan menggambarkan karakteristik perairan laut serta mampu menganalisa dan menampilkan dalam bentuk diagram-diagram baku dari parameter-parameter yang digunakan. Para meter yang digunakan adalah planktonet, parasut meter, refraktometer, secchi disk, termometer, dan ph meter.
Cara pengamatan pasang surut air laut dengan menggunakan alat papan skala atau tide staff . Data diambil setiap 5 menit oleh 3-4 orang praktikan . Serta pasang surut yang terjadi di pesisir kota bengkulu adalah pasang surut tipe pasang surut harian tunggal.
5.2. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum seharusnya semua asisten  sudah benar-benar mengetahui prosedur percobaan yang akan dilakukan sehingga ada beberapa praktikum yang seharusnya dilakukan 3 kali pengulangan hanya dilakukan 1 kali, untuk meminimalisir sehingga tidak ada kesalahpahaman antara asisten dengan praktikan.















LAPORAN PENGANTAR OSEANOGRAFI
PENGUKURAN PARAMETER FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI

DISUSUN OLEH
    NAMA                          : HENDRIK  AGUSTIAN ANUGRAH
 NPM                              : E1I015062
     KELOMPOK                : 6 (ENAM)
     DOSEN PENGAMPU  : YAR JOHAN, S.Pi, M.Si
                                 : ARADEA BUJANA KUSUMA, S.Si, M.Si
ASISTEN DOSEN :
1. KURNIAWAN SOLEH
2. HETI LESMIANA
3. DIANTY SIALLAGAN
4. FENNI AGUSTINA MARANTIKA
5. WIWIK AMBARWARTI


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016



KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami melaksanakan dan mengikuti  kegiatan praktikum mata kuliah pengantar oseanografi serta dapat menyelesaikan penulisan laporan sebagai bukti dan penanggung jawaban atas kegiatan prkatikum yang telah saya laksanakan pada hari minggu, 18 Desember 2016 yang berlokasikan di Pulau baii Bengkulu. Kepada semua pihak yang telah membantu saya ucapkan terima kasih, terutama kepada para dosen pengampuh mata kuliah yakni bapak Yar Johan S.Pi., M.Si dan bapak Aradea Bujana Kusuma, S,Si., M.S.i yang telah mengawasi berlangsungnya kegiatan praktikum kami. Kepada para asisiten dosen saya ucapkan terimakasih karena telah bersedia membimbing dan mengawasi kegiatan praktikum ini sehingga praktikum berjalan dengan baik. Saya berharap laporan yang saya tulis dapat bermanfaat terutama bagi saya penulis dalam memahami mengenai  materi pengantar oseanografi sehingga kedepannya saya dapat menambah wawasan saya . Apabila terdapat banyak kesalan baik dalam pelaksanaan kegiatan praktikum maupun dalam penulisan laporan ini saya mohon maaf dan mohon bimbingannya agar kiranya dapat saya lakukan perbaikan bagi saya kedepannya baik dalam pelaksanaan praktikum ataupun penulisan laopran dengan itu saya mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sekian dan terimakasih.


Bengkulu, 24 Desember 2016


HENDRIK AGUSTIAN ANUGRAH





DAFTAR ISI
Cover..........................................................................................................................          i
Kata pengantar...........................................................................................................          ii
Daftar isi.....................................................................................................................          iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2  Tujuan ........................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 4
2.1 Perairan Laut................................................................................................................. 4
2.2 Parameter Kimia............................................................................................................ 5
2.3 Parameter Fisika............................................................................................................ 6
BAB III METODOLOGI................................................................................................... 10
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................................................ 10
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................................. 10
3.3 Prosedur Kerja............................................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 13
4.1 Hasil............................................................................................................................... 13
4.2 Pembahasan................................................................................................................... 17
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 26
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... ......... 26
5.2 Saran.............................................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayati (biology) dan ilmu iklim (metereology).
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap tekanan lingkungan yang baik yang berasal dari daratan maupun dari laut. Salah satu tekanan yang akhir-akhir ini mengancam keberlangsungan wiayah pesisir di seluruh belahan dunia adalah adanya kenaikan muka air laut. Selain itu juga, kandungan  yang seharusnya banyak dan melimpah di lautan sekarang sedikit demi sedikit hilang akibat pencemaran.
Dengan adanya pencemaran, kejernihan dan keaslian air laut  untuk sekarang ini harap di pertanyakan. Terutama perairan laut kota Bengkulu. Dapat dilihat dari hasil tangkapan nelayan yang tidak optimal dalam mendapatkan ikan. Untuk mengetahui kadar pencemaran  yang terjadi maka dapat kita tinjau dari perameter  fisika, parameter kimia dan parameter  biologi. Parameter fisika antara lain salinitas, suhu, kecerahan, kecepatan arus, pasang surut dan kedalaman, parameter kimia antara lain derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, kandungan nitrat dan fosfat, sedangkan parameter  biologi antara lain plankton dan ikan.
Perkembangan serta pembangunan suatu daerah pesisir memberikan dampak yang kurang menguntungkann terhadap keberlangsungan sumber daya alam. Adapun tingkat penentu kesuburan daerah perairan dapat dilihat dari kelimpahan fitoplankton dan kondisi kualitas fisika kimia perairan.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%.
Salinitas suatu kawasan menentukan dominansi makhluk hidup pada daerah tersebut. Suatu kawasan dengan salinitas tertentu didominasi oleh suatu spesies tertentu terkait dengan tingkat toleransi spesies tersebut terhadap salinitas yang ada. Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup tingkat tinggi yang terpengaruh oleh salinitas. Spesies tumbuhan yang toleran terhadap salinitas tinggi (> 5‰) adalah mangrove, yaitu antara lain Avicenia. Sedangkan tanaman yang beradaptasi pada salinitas 0,5-5‰ antara lain Pluchea indica dan Chatarantus sp.
Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan diri organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak dijumpai berbagai macam jenis hewan di dunia. Sebagai contoh binatang karang dimana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik. Faktor yang mempengaruhi perbedaan pemanasan adalah sinar matahari yang merambat melalui dan perbedaan sudut datang sinar matahari ketika atmosfir mencapai permukaan bumi.
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme   organisme  biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40° C. Semua organisme laut, kecuali burung-burung dan mamalia laut bersifat poikilotermik atau ektotermik, artinya suhu tubuhya dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedang-panas, dan beriklim sedang dingin.
Kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi pada suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan dan absorbsi cahaya yang datang sehingga kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya yang menembus air. Kekeruhan menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam perairan.
Besarnya jumlah partikel tersuspensi menyebabkan pada waktu-waktu tertentu terutama pada saat musim penghujan dimana volume air tawar meningkat dan membawa material akibat erosi menyebabkan kekeruhan meningkat, demikian juga aktivitas pasang air laut. Kekeruhan biasanya minimum pada mulut muara dan semakin meningkat kea rah hulu sungai. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitankton dan tumbuhan bentik.
Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam permukaan air dan daya perambatan cahaya di dalam air. Masuknya cahaya matahari ke dalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity) .
Pasang surut laut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik menarik antara Bumi, Matahari dan Bulan. Ada tiga jenis pasang surut yang pokok yaitu pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type), pasang surut tipe harian ganda (semi diurnal type), dan pasang surut tipe campuran.
Nilai tertinggi dan nilai terendah kedudukan pasang surut terjadi pada saat bulan purnama atau bulan baru, dimana pengaruh gaya tarik bulan dan matahari maksimal yaitu matahari dan bulan sama-sama melakukan gaya tarik menarik terbesar. Keadaan pasang surut tersebut disebut spring tide dan pasang surut yang terjadi pada saat bulan berada pada kuartir pertama dan terakhir disebut neap tide, pada waktu spring tide didapatkan tunggang air yang terbesar sedangkan pada neap tide didapatkan tunggang air yang terkecil.
1.2.Tujuan
1.      Mengetahui dan mampu mengukur parameter fisika, kimia dan biologi seperti suhu, pH, Oksigen terlarut (DO), kecerahan, dan salinitas serta plankton yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik perairan laut serta mampu menganalisisa dan menampilkan dalam bentuk diagram-diagram baku dari parameter-parameter yang digunakan
2.      Mempelajari tata cara pengamatan pasang surut air laut






BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1    Perairan laut
Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat, 1985).
Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto, 2001).
Oseanografi berasal dari bahasa yunani oceanos yang berarti laut dan graphos berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secarara sederhana oseanografi ilmu yang mempelajari tentang perairan laut, yang mencakup pengetahuan tentang faktor biotik dan abiotik serta interaksi yang terjadi diantaranya. perairan laut adalah suatu badan air yang berhubungan dengan lautan(Nontji,2007).
Keberadaan ekosistem yang kompleks dalam suatu perairan laut, pola aliran arus antar pulau yang dinamis dan aktifitas di kawasan laut mempunyai pengaruh terhadap kandungan zat hara serta pola sebarannya. Kandungan zat hara di suatu daerah perairan selain berasal dari perairan itu sendiri juga tergantung pada keadaan sekelilingnya, seperti sumbangan dari daratan melalui sungai serta serasah mangrove dan lamun. Zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme seperti fitoplankton, terutama zat hara nitrat dan fosfat. Kedua zat hara ini berperan penting terhadap sel jaringan jasad hidup organisme serta dalam proses fotosintesis. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton di suatu perairan tergantung pada kandungan zat hara di perairan antara lain nitrat dan fosfat. Senyawa nitrat dan fosfat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri melalui proses-proses penguraian pelapukan ataupun dekomposisi tumbuhtumbuhan, sisa-sisa organism mati dan buangan limbah baik limbah daratan seperti domestik, industri, pertanian, dan limbah peternakan ataupun sisa pakan yang dengan adanya bakteri terurai menjadi zat hara (Ulqodry,2011).
2.2 Parameter kimia
2.2.1 Salinitas
Salinitas merupakan parameter yang tidak dapat ditinggalkan dalam penelitian di laut. salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida (Siwi, 2011).
Salinitas adalah tingkat keasianan atau kadar garam terlarut dalam air. Pengertian yang lebih luas, salinitas adalah jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat   Salinitas biasanya dinyatakan dengan satuan (ppt) (Effendi, 2003). Air laut merupakan campuran dari 97% air dan 3% material terlarut. Satuan untuk salinitas adalah ‰ (per mil), Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di dunia berkisar antara 33 – 37 ‰ dengan nilai median 34,7 ‰, namun di Laut Merah dapat mencapai 40 ‰. Salinitas air laut tertinggi terjadi di sekitar wilayah ekuator, sedangkan terendah dapat terjadi di daerah kutub, walaupun pada kenyataannya sekitar 75 % air laut mempunyai salinitas antara 34,5‰ – 35 ‰ (Arindri, 2015).
Salinitas 30 ppt adalah tingkat kadar garam normal pada air laut, pada salinitas ini induk ikan bandeng dipelihara dan dipijahkan. Salinitas 23 ppt adalah kisaran salinitasi media air laut - payau, di mana nener (stadium akhir larva bandeng) dipelihara di bak- bak  hatchery bandeng. Sementara salinitas 16 ppt mewakili air payau, di alam kondisi ini dijumpai pada tambak-tambak dimana benih bandeng dipelihara atau dibesarkan mencapai ukuran konsumsi (Murtidjo,2002).
Toleransi terhadap salinitas tergantung pada umur stadium ikan. Salinitas berpengaruh terhadap reproduksi, distribusi, lama hidup serta orientasi migrasi. Variasi salinitas pada perairan yang jauh dari pantai akan relatif kecil dibandingkan dengan variasi salinitas di dekat pantai, terutama jika pemasukan air - air sungai. Perubahan salinitas tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku ikan atau distribusi ikan tetapi pada perubahan sifat kimia air laut (Brotowidjoyo et al, 1995).
2.2.2 Ph
Ph adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan dan didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Riyadi,2005).
Derajat keasaman atau pH digambarkan sebagai keberadaan ion hidrogen. Derajat keasaman (pH) berpengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan ion mineral sehingga mempengaruhi penyerapannutrien oleh sel. Perubahan nilai pH yang signifikan dapat mempengaruhi kerja enzim dan menghambat proses fotosintesis dan pertumbuhan mikroalga (Gunawan,2012).
Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sestem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda reffernsi,dan alat pengukur impedansi tinggi. pH elektroda dapat diasumsikan sebagai battery, dengan voltase yang bervariasi hasil pengukuran dari pH larutan yang diukur (Efrizal, 2006).
2.3 Parameter Fisika
2.3.1 Gelombang
Gelombang-gelombang laut yang paling panjang adalah yang berhubungan dengan pasang surut, dan dikarakterisasi oleh naik dan turunnya permukaan laut yang berirama setelah periode beberapa jam. Pasang naik biasanya disebut sebagai aliran atau flow (flood), sedangkan  pasang turun dinamakan (ebb). Istilah surut dan aliran pada pasang surut juga biasa digunakan untuk mengartikan arus-arus pasang itu sendiri. Dari awal mulanya telah diketahui bahwa ada hubungan antara pasang surut dengan matahari dan bulan. Pasang surut dalam keadaan tertinggi pada saat bulan purnama atau baru, dan waktu-waktu pasang surut yang tinggi pada lokasi tertentu dapat diperkirakan dihubungkan dengan posisi bulan dilangit. Karena pergerakan relatif bumi, matahari, bulan cukup rumit, maka mengakibatkan pengaruh mereka akan peristiwa pasang surut menghasilkan pola-pola kompleks yang sama. Meskipun begitu, jarak gaya-gaya yang ditimbulkan oleh pasang surut dapat dirumuskan dengan tepat, walaupun respon lautan atas gaya-gaya ini dimodifikasi oleh efek-efek permanen topografi dan efek sementara dari pola-pola cuaca (Supangat, 2012).
Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukaan air laut dari ukuran kecil atau tidak sampai yang paling panjang (pasang surut) melalui suatu media yaitu air, sedangkan arus laut adalah pergerakan massa air secara vertical dan horizontal sehingga menuju keseimbangannya yang dikarenakan oleh tiupan angin, perbedaan densitas dan gelombang laut. (Baharudin, et al, 2009)
2.3.2 Temperatur
Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan diri organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak dijumpai berbagai macam jenis hewan di dunia. Sebagai contoh binatang karang dimana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik. Faktor yang mempengaruhi perbedaan pemanasan adalah sinar matahari yang merambat dan perbedaan sudut datang sinar matahari ketika atmosfir mencapai permukaan bumi (Hutabarat, 2008).
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme   organisme  biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40°C. Semua organisme laut, kecuali burung-burung dan mamalia laut bersifat poikilotermik atau ektotermik, artinya suhu tubuhya dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedang-panas, dan beriklim sedang dingin (Nybakken, 1985).
Faktor-faktor yang mempengeruhi suhu antara lain musim, ketinggian permukaan laut (attitude), waktu dalam hari,sirkulasi udara, penutup awan dan aliran serta kedalaman bahan air .Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme aquatic. Organisme aquatic mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC ( Nurhayati, 2006).
2.3.3 Kecerahan
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagai cahaya yang diteruskan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang di ungkapkan dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan padatan tersuspensi. Selain itu, kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi di jangkau oleh cahaya (Riyadi,2005).
Kecerahan suatu perairan menetukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlansung sempurna. Kecerahan yang mendukung apabila Seichi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya (Effendi, 2003).
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Semakin besar sudut datang matahari  maka semakin besar sifat optis air yang dimiliki bahkan intensitas matahari yang semakin lama maka sifat optis air akan bervariasi (Nybakken,1985).
2.3.4 Fitoplankton
Plankton adalah jasad atau organisme yang hidup melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti pergerakan/ arus air. (Afrisha, 2015). Plankton yang tergolong fitoplankton adalah jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada pagi hingga siang hari. Hal ini dikarenakan fitoplankton merupakan jenis tumbuhan mikroskopis yang dapat berfotosintesis. Fitoplankton umumnya terdiri dari diatome dan dinoflagellata.
Fitoplanton atau kelompok  plankton tumbuhan merupakan mikroorganisme fotosintetik yang hidup melayang dan perpindahannya dalam air dipengaruhi oleh arus air ( Serly,2015). Kepadatan dan diversitas fotoplanton dalam perairan dipengaruhi oleh kondisi fisika kimia air terutama adalah cahaya, kandungan co2 bebas, suhu, ph dan zat hara (bahan nutrient). Fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator dalam mengetahui tinggi rendahnya produksi perikanan laut di perairan (Afrisha, 2015).
2.3.5 Pasang Surut
Pasang surut merupakan parameter oseanografi yang sangat berpengaruh di perairan. Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi (Adi, 2015). Pasang surut berkaitan dengan proses naik turunnya paras laut secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air di bumi. Proses pasut dapat dilihat secara nyata di daerah pantai, mempengaruhi irama kegiatan manusia yang hidup di daerah pantai, seperti pelayaran, dan penangkapan/budidaya sumberdaya hayati perairan (Triadmodjo, 2008).
Pasang surut (sering disingkat pasut) adalah gergakan naik turunnya muka laut ecara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan sebagai satelit kecil jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km). Triadmodjo (2008) mengemukakan dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan daripada massanya. Oleh karena itu, bulan mempunyai peranan yang lebih besar daripada matahari dalam menentukan pasang surut.
2.3.6 Arus
Arus adalah pergerakan massa air yang terjadi di lautan dalam skala yang sangat luas baik secara horizontal maupun vertikal ( Julian, 2015). Sistem arus utama umumnya terdapat di samudera-samudera dunia, tetapi pada skala yang lebih kecil juga terdapat arus-arus tertentu yang bergerak secara teratur. Arus-arus ini adalah bagian dari pengetahuan awal yang didapat manusia dari pelayaran.
Samudra pasifik ternyata memiliki arus laut yang kuat. Aliran arus laut karena pasang surut atau arus sungai menyimpan energi hidro kinetik yang dapat dikonversikan menjadi daya listrik. Perubahan kecepatan arus yang sangat besar dipengaruhi oleh gaya pasang surut yang bekerja menyebabkan pergerakan massa air. Perubakan kecepatan ini diakibatkan perbedaan batimetri dan pergerakan elevasi muka air (Purba, 2010).













BAB III
METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum pengantar oseanografi ini dilaksanakan pada tanggal 18 Desember 2016  pada pukul 07.00 – 15.00 WIB bertempat di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah papan skala, tali, sechi disk, kompas, grab sampler, refraktometer, aquades, pH meter, termometer, plantonet, parasut meter, botol UC dan perahu.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air laut (Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu).
3.3  Prosedur Kerja
3.3.1 Salinitas
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran salinitas yang berfungsi untuk mengetahui kadar garam dalam satu liter air laut adalah sebagai berikut :
1)     Menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahannya adalah refraktometer untuk mengukur salinitas air laut, pipet tetes untuk memindahkancairan dalam skala kecil, aquades sebagai kalibrasi refraktometer, tissu untuk mengeringkan refraktometer.
2)     Mengkalibrasi membran refraktometer dengan aquades dan dikeringkan menggunakan tissu secara searah.
3)     Mengambil air laut dengan menggunakan pipet tetes
4)     Meneteskannya sebanyak 1-2 tetes pada refraktometer
5)     Mencatat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan.
3.3.2        Suhu
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)      Mencelupkan thermometer secara langsung ke dalam perairan dan biarkan beberapa saat ( ± 2 menit )
2)      Secara cepat diangkat lalu dibaca nilai suhu pada skala thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar dan untuk memperoleh suhu yang maksimal.
3)      Melakukan pengukuran ini sebanyak 3 kali
4)      Catat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan tersebut.
3.3.3        pH
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran pH adalah sebagai berikut :
1)      Menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahannya yaitu kotak standar pH untuk menentukan nilai pH, pH meter digunakan untuk pH air laut.
2)      Menyiapkan ph meter dan menyelupkannya ke dalam sample air laut yang akan diukur derajat keasamannya
3)      Kemudian mengankatnya dan mengkibas-kibaskannyahingga setengah kering.
4)      Selanjutnya mengamati perubahan warna yang terjadi.
5)      Mencocokkan warnanya dengan kotak standar pH dan menentukan nilai pHnya sesuai dengan warna pada kotak standar pH sehingga didapat hasilnya.
6)      Mencatat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan
3.3.4        Kecerahan
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran kecerahan ada 2 cara yaitu :
Cara 1.
1)      Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan seperti sechi disk dan meteran.
2)      Menentukan lokasi pengukuran kecerahan
3)      Menurunkan sechi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada sechi disk tidak lagi terlihat.
4)      Kemudian mengukur panjangnya dengan meteran atau penggarispanjang.
5)      Setelah itu secara perlahan tarik sechi disk keatas hingga warna hitam pada sechi disk tersebut kembali terlihatlalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak.
6)      Setelah mendapatkan niai batas tidak tampak dan batas tampak, maka jumlahkan kedua nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini merupakan nilai kecerahan.
7)      Mencatat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan
Rumus untuk menghitung kecerahan adalah sebagai berikut:
Kecerahan air (cm) =
Cara 2.
Menentukan kecerahan parairan dapat dilakukan dengan menggunakan alat sechi disk. Alat ini diturunkan ke dalam perairan,kemudian mengukur kedalaman menghilang sechi disk. Untuk mendapatkan nilai kecerahan menggunakan rumus :
Kecerahan air (cm) =
3.3.5        Fitoplankton
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)      Melakukan pengambilan sample plankton pada saat – saat tertentu, yaitu pada pukul 08.00 ; 00.00 ; 06.00 dan 12.00 WIB.
2)      Memasukkan 1 ember air ke dalam planktonnet
3)      Kemudian memasukkan hasil penyaringan dimasukkan ke dalam botol film dan dan diberi formalin.
4)      Mengamati sampel yang telah diambil menggunakn mikroskop.
3.3.6        Pasang Surut
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)      Mengukur pasang surut menggunakan tidal pasut.
2)      Melakukakn pengukuran setiap 30 menit dengan lama pengamatan 10 jam. Catat tinggi pasang surut tiap 30 menit.
3)      Catat pengamatan sebanyak 6 kali pengulangan.
3.3.7        Arus
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran arus  adalah sebagai berikut:
1)      Sediakan tali sepaanjang 5 meter untuk mengikat botol, parasut arus dan pelampung yang dipasang pada tali, stopwatch untuk menghitung lamanya tali menegang dan kompas sebagai penunjuk arah.
2)      Parasut arus dihubungkan dengan tali sepanjang ± 30 cm, kemudian hubungkan lagi dengan tali sepanjang 5 meter.
3)      Menghanyutkan parasut meter mengikuti arus bersamaan dengan menyalakan stopwatch.
4)      Setelah tali meneganga maka stopwatch dimatikan dan mencatat lama waktu yang digunakann untuk menegangkan tali yang sepanjang 5 meter tersebut.
5)      Menghitung kecepatan arus  : waktu tempuh dan dicatat dalam satuan meter/detik.
6)      Catat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Pengamatan
4.1.1 Titik Koordinat
Tabel 1. Titik koordinat praktikum berdasarkan GPS
No
Wilayah
Lokasi
1
Pulau baai Bengkulu
S : 030  54.314”
E : 1020 17. 739”

4.1.2  Tabel Hasil Pengukuran Salinitas
Pengulangan
Salinitas
1
30
2
30
3
31
Rata-rata
30,333333

4.1.3 Tabel Hasil Pengukuran Suhu
Pengulangan
Kel.6
1
27
2
26
3
26
Rata- rata
26,33333

4.1.4 Tabel Hasil Pengukuran Ph
Pengulangan
Kel.6
1
6,7
2
6,7
3
6,7
Rata- rata
6,7





4.1.5 tabel Hasil Pengukuran Kecerahan
Pengulangan
Waktu Nampak
Waktu tidak nampak
Hasil kecerahan (m)
1
30 s
61 s
300
2
27 s
70 s
305
3
29 s
72 s
220
4.1.6 Tabel Hasil Pengukuran Arus
Kelompok
Pengulangan
waktu (s)
kedalaman (M)
6
1
142
2

2
150
2

3
139
2

Rata-rata
143,6667


Kelompok
Panjang tali (m)
rata2 waktu(s)
kec.arus (m/s)
6
10
143.66
0,069
4.1.7 Tabel Hasil Pengukuran Pasang Surut
Waktu pengamatan
6 kali pengamatan
Pasang
Surut
08.30-09.00
08.30-08.35
128
124
kelompok 1
08.35-08.40
130
127

08.40-08.45
132
129

08.45-08.50
131
129

08.50-08.55
132
128

08.55-09.00
134
128

Rata-rata
131
127
09.00-09.30
09.00-09.05
136
128
Kelompok 2
09.05-09.10
140
128

09.10-09.15
136
126

09.15-09.20
136
128

09.20-09.25
136
130

09.25-09.30
143
128

Rata-rata
137
128
09.30-10.00
09.30-09.35
136
132
Kelompok 3
09.35-09.40
134
130

09.40-09.45
132
130

09.45-09.50
134
132

09.50-09.55
136
132

09.55-10.00
130
128

Rata-rata
133
130
10.00-10.30
10.30-10.35
134
130
Kelompok 4
10.35-10.40
132
128

10.40-10.45
132
128

10.45-10.50
134
130

10.50-10.55
134
128

10.55-11.00
134
128

Rata-rata
133
128
11.00-11.30
11.00-11.05
123
119
Kelompok 5
11.05-11.10
125
119

11.10-11.15
124
118

11.15-11.20
123
112

11.20-11.25
120
112

11.25-11.30
122
112

Rata-rata
122
115
11.30-12.00
11.30-11.35
120
116
Kelompok 6
11.35-11.40
120
118

11.40-11.45
122
116

11.45-11.50
124
112

11.50-11.55
126
110

11.55-12.00
124
108

Rata-rata
122
113
12.00-12.30
12.00-12.05
135
125
Kelompok 7
12.05-12.10
130
120

12.10-12.15
120
116

12.15-12.20
115
110

12.20-12.25
110
101

12.25-12.30
105
99

Rata-rata
119
111
12.30-13.00
12.30-12.35
100
92
Kelompok 8
12.35-12.40
102
90

12.40-12.45
100
92

12.45-12.50
102
90

12.50-12.55
100
90

12.55-13.00
100
94

Rata-rata
100
91
13.00-13.30
13.00-13.05
104
89
Kelompok 9
13.05-13.10
109
90

13.10-13.15
98
90

13.15-13.20
92
90

13.20-13.25
94
88

13.25-13.30
92
89

Rata-rata
98
89
13.30-14.00
13.30-13.05
88
81
Kelompok 10
13.05-13.10
86
79

13.10-13.15
84
78

13.15-13.20
82
76

13.20-13.25
84
76

13.25-13.30
84
76

Rata-rata
84
77
14.00-14.30
14.00-14.05
82
80
Kelompok 11
14.05-14.10
82
80

14.10-14.15
82
80

14.15-14.20
82
80

14.20-14.25
82
80

14.25-14.30
82
80

Rata-rata
82
80



4.2 Pembahasaan
Pada praktikum lapangan Pengantar Osenografi ini dilakukan di pulau Baai. Ada beberapa parameter fisika, kimia dan biologi yang kami ukur yaitu dintaranya suhu, derajat keasaman (pH), salinitas, kecerahan, dan pasang surut (pasut).
4.2.1        Salinitas
Menurut Stiyono(1996), nilai salinitas air laut berkisar antara 33 – 38 ppt. Pada saat penelitian di perairan Pelabuhan Pulau baai menunjukkan bahwa pengukuran salinitas menggunakan refraktometer didapatkan rata- rata adalah 30,3 ppt. Jadi dari data tersebut salinitas perairan adalah normal.
Salinitas merupakan kadar gram  garam yang terlarut dalam 1 liter air dengan satuan PPT. Untuk menghitung salinitas menggunakan alat refraktometer jenis GMK105. Akan tetapi untuk salinitas pada praktikum ini tidak sempat dihitung dikarenakan alat yang dibawa itu rusak. Dan untuk melakukan penghitungan di laboraturium perikanan ilmu kelautan universitas bengkulu waktunya tidak cukup.
Salinitas merupakan jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, yang biasanya di nyatakan dalam satua ppt. Salinitas dapat di pengaruhi oleh beberapa factor anatara lain adalah volume air sungai yang masuk ke dalam laut dan terjadinya proses penguapan di perairan. Alat yang di gunakan dalam pengukuran salinitas adalah refraktometer (alat konvensional) dan salinometer (alat modern). Dimana skelma kerja dari pengukuran salinitas adalahmenkaliberasi salinometer dengan aquades lalu tekan tombal on/off pada salinometer, setelah itu diteteskan 3 tetes sampel air laut di senor salinometer dan tekan tombal start, di tekan tombal zero hingga muncul nilai salinitas dan mencatat hasil yang di dapatkan. Dari pengujian sempel air laut di pulau Baai hasil yang di dapat kan adalah 30,33 ppt.
Salinitas 30 ppt adalah tingkat kadar garam normal pada air laut, pada salinitas ini induk ikan bandeng dipelihara dan dipijahkan. Salinitas 23 ppt adalah kisaran salinitasi media air laut – payau, sementara salinitas 16 ppt mewakili air payau (Murtidjo,2002).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu sebagai berikut : Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
Zona dimana salinitas bekurang terhadap kedalaman ditemukan pada lintang rendah dan menengah, yaitu antara lapisan permukaan campuran dan bagian atas lapisan dalam dimana salinitas konstan. Zona tersebut dikenal sebagai haloklin.
Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Salinitas air media pemeliharaan yang tinggi (> 30 ppt) kurang begitu menguntungkan untuk kegiatan budidaya windu. Karena jenis udang windu akan lebih cocok untuk pertumbuhan optimal berkisar 15 ppt (Wibisono, 2005).
Seperti halnya dengan suhu, perubahan salinitas akan menyebabkan berubahnya kondisi lingkungan hidup ikan .perubahan tersebut meliputi perubahan densitas air, kecerahan air, daya penyerapan radiasi matahari, perubahan penghantaran suara,  serta perubahan daya hantar listrik. Beberapa spesies ikan dapat hidup pada salinitas yang berbeda-beda, tetapi ada pula yang hanya dapat hidup paa kisaran salinitas tertentu saja (Rahardjo dan Harpasis ,1983).
Salah satu di antara besaran yang berperan penting dalam sistem ekologi laut adalah salinitas air laut. Beberapa jenis organisme ada yang tahan dengan perubahan nilai salinitas yang besar dan ada pula yang hanya menghendaki perubahan nilai salinitas kecil saja. Perbedaan salinitas antara dua perairan dapat menyebabkan perbedaan yang besar dari sistem ekologi kedua perairan tersebut, Peranan salinitas ini akan menjadi penting misalnya dalam pembiakan dan pemeliharaan udang yang sekarang ini sudah mulaiberkembang di Indonesia. Pengetahuan mengenai sifat udang terhadap salinitas dan kemampuan mengatur nilai salinitas dari kolam pemeliharaan udang tersebut dapat menentukan berhasil tidaknya usaha tersebut (dharma arief, 1984).
Menurut Robert (2005) dalam Kusumah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas (heat flux), curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkullasi arus. Perubahan pada suhu dan salinitas akan menaikkan atau mengurangi densitas air laut di lapisan permukaan sehingga memicu terjadinya konveksi ke lapisan bawah.
Kadar salinitas yang baik disepakan kurangnya pengaruh dari ekosistem daratan seperti aliran sungai, semakin banyak sungai dan curah yang bermura ke laut maka semakin rendah salinitas pada peraira. Tidak hanya itu, faktor cuaca yang mendukung pada saat melakukan pengukuran mengkibatkan kadar salinitas yang di teliti sangat baik.
Kadar salinitas suat perairan pesisisir dapat saja berubah sewaktu-waktu apabila kondisi lingkungan pada wilaya perairan tersebut menbawa dampak bagi perairan tersebut, perubahan cuaca seperti pada musim hujan, semakin besar curah hujan di suatu perairan maka salinitas akan rendah begitupun sebaliknya.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan (turbulensi) di lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen yang bergantung intensitas pengadukan. Pada  perairan dangkal, lapisan lapisan yang di hasilkan akibat dari turbelensi hampir sama dengan lapisan di dasar perairan.
4.2.2        Suhu
Untuk mengukur suhu air laut pada percobaan ini kami melakukannya dengan menggunakan Thermometer, yaitu dengan cara mencelupkannya langsung kedalam perairan yang ingin dilihat suhunya. Terlihat dari hasil yang didapatkan untuk kelompok 6  rata-rata suhunya adalah 26,30 C. Suhu berbeda-beda bisa disebabkan karna faktor cuaca, dan juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti serasah dan bisa juga terkontaminasi dengan tangan manusia pada saat mengkur dengan alat termometer. Dimana hasil ini didapatkan melalui pengukuran sebanya tiga kali, karena untuk mendapatkan hasil yang akurat jadi pengukuran di lakukan sebanyak 3 kali.
Merupakan salah satu parameter fisiska yang di ukar pada saat praktikum oceaografi, merupakan salah satu parameter penting dalam lingkungan perairan baik tawar ataupun asin. Dimana suhu merupakan parameter fisisk yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan dan mempengaruhi kadungan kadar oksigen terlarut yang ada di dalam perairan.
Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat sangat penting bagi kehidupan organisme laut karena suhu mempengaruhi metabolisme maupun perkembangan organisme, disamping itu suhu sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut. Baik laut maupun daratan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu proses yang dinamakan insolation (Andi, 2006).
Suhu merupakan parameter yang penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan di laut. Pengaruh suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut adalah dalam hal laju fotosintesa tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologi hewan, khususnya aktivitas metabolisme dan siklus reproduksi. Secara tidak langsung suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Daya larut oksigen berkurang, jika suhu naik, dan sebaliknya kandungan kabondioksida bertambah (Dahuri, 2001).
Suhu air yang layak untuk budidaya air laut adalah 27-320 .Di Indonesia suhu udara rata-rata pada siang hari di berbagai tempat berkisar antara 28,20C sampai 34,60C dan pada malam hari suhu berkisar antara 12,80C sampai 300C. Keadaan suhu tersebut tergantung pada ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Suhu air umumnya beberapa derajat relatif rendah dibanding suhu udara di sekitarnya. Secara umum, suhu air di perairan Indonesia sangat mendukung bagi pengembang budidaya perairan (Asyari, 2011).
Suhu merupakan ukuran energi gerakan molekul secara horizontal yang sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal yang sesuai dengan kedalaman perairan. Suhu merupakan ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme   organisme  biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40° C (Nybakken, 1985).
Dalam oseanografi dikenal dua istilah untuk menentukan temperatur air laut yaitu temperatur insitu (selanjutnya disebut sebagai temperatur saja) dan temperatur potensial. Temperatur adalah sifat termodinamis cairan karena aktivitas molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitas (energi), semakin tinggi pula temperaturnya. Temperatur menunjukkan kandungan energi panas. Energi panas dan temperatur dihubungkan oleh energi panas spesifik. Energi panas spesifik sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur dari satu satuan massa fluida sebesar 1o. Jika kandungan energi panas nol (tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam fluida) maka temperaturnya secara absolut juga nol (dalam skala Kelvin). Jadi nol dalam skala Kelvin adalah suatu kondisi dimana sama sekali tidak ada aktivitas atom dan molekul dalam suatu fluida. Temperatur air laut di permukaan ditentukan oleh adanya pemanasan (heating) di daerah tropis dan pendinginan (cooling) di daerah lintang tinggi. Kisaran harga temperatur di laut adalah -2o s.d. 35oC (Rahmad, 1992).
Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).
Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh musim, litang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman perairan.Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan pelarutan gas did ala  air. (Effendi, 2003)
Suhu sangat mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organism di perairan. Dan baik lautan maupun daratan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu proses dinamakan insolation. (Hutabarat dan Evans, 1985).
4.2.3        Ph
Pada percobaan untuk pH atau derajat keasaman diukur dengan menggunakan ph meter, percobaan dilakukan dalam 3 kali pengulangan yaitu didapat dari tiga titik pengamatan rata-rata nilai pH yang didapat adalah berkisar 6,7 dari literatur yang didapatkan perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif stabil dan berada dalam kisaran yang sempit. Biasanya berkisar antara 7,7-8,4 pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya. Kemudian keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Untuk keasaman tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air yang akan membentuk H2SO4 dan ion Fe2+ (larut dalam air). PH merupakan tingkat keasaman dari suatu zat.
Nilai pH sangat berpengaruh terhadap proses biokimia suatu perairan. Pengaruh nilai pH terhadap komunitas biologi perairan antara lain dapat menyebabkan keanekaragaman plankton dan benthos menurun, menyebabkan kelimpahan total, biomas, dan produktivitas tidak mengalami perubahan.
Air laut mengandung alkali 1 dan alkali 2 yang mengikat OH- , hal inilah yang menyebabkan air laut terasa asin. Perubahan pH berkaitan dengan kandungan oksigen dan CO2 dalam air. Pada siang hari jika O2 naik akibat fotosintesis  fitoplankton, maka pH juga naik. Kestabilan pH perlu dipertahankan karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air.Peranan penting pH terhadap suatu perairan, yaitu pH yang terlalu rendah ataupun yang terlalu tinggi dapat mematikan ikan, dan pH antara 5-6 dapat memperlambat pertumbuhan ikan tersebut. pH dapat diukur dengan pH paper (konvensional) ataupun pH meter (modern).
4.2.4        Kecerahan
Pengukuran kecerahan pada praktikum oceanografi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada pukul 13.05 WIB diperoleh bahwa kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) sebesar 61 s kemudian kedalaman secchi disk (mulai tampak) sebesar 30 s sehingga diperoleh nilai rata-rata pengukuran kecerahan perairan sebesar 300 m. Sedangkan pukul 13.10 WIB diperoleh bahwa kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) sebesar 70 s kemudian kedalaman secchi disk (mulai tampak) sebesar 27 s sehingga diperoleh nilai rata-rata pengukuran kecerahan perairan sebesar 305 dan Pukul 13.10 WIB diperoleh bahwa kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) sebesar 72 s kemudian kedalaman secchi disk (mulai tampak) sebesar 29 s sehingga diperoleh nilai rata-rata pengukuran kecerahan perairan sebesar 305.Dengan kenaikan sudut datang semakin kecil terjadi kenaikan kecerahan yang berarti intensitas cahaya matahari yang masuk di perairan semakin meningkat.
sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Semakin besar sudut datang matahari  maka semakin besar sifat optis air yang dimiliki bahkan intensitas matahari yang semakin lama maka sifat optis air akan bervariasi (Nybakken,1985).
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan dimana kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam perairan. Hubungan antara kecerahan dan fotosintesis, yaitu semakin banyak cahaya matahari yang masuk maka semakin besar fitoplankton berfotosintesis. Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity). Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam perairan. Menurut Asmawi (1986) faktor-faktor kekeruhan air disebabkan oleh benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb), jasad-jasad renik yang merupakan plankton, warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun tumbuhan).
Nilai kecerahan dinyatakan dengan satuan meter, dan sebaiknya pengukuran kecerahan dilakukan pada saat cuaca cerah. Tujuan mengukur kecerahan yaitu untuk mengukur kualitas perairan dimana ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi dalam air , lapisan manakah yang keruh dan tidak keruh (Kordi dan Andi,2007). Kecerahan optimal disuatu perairan berkisar  1-2m , sedangkan kisaran maksimal 1-5m. jika kurang dari 1m maka perairan tersebut mengalami booming phytoplankton.
Stratifikasi kecerahan pada perairan ada 3, lapisan pertama disebut fotik dimana semua kolom perairan terkena radiasi matahari, lapisan kedua disebut difotik dimana sebagian kolom perairan terkena radiasi matahari, dan lapisan yang paling dalam disebut  afotik dimana kolom perairan sama sekali tidak menerima radiasi matahari. Faktor yang mempengaruhi kecerahan antara lain, intensitas cahaya matahari (semakin banyak intensitas cahaya yang masuk semakin dalam kecerahan disuatu perairan),fitoplankton  , jumlah partikel yang tersuspensi, kedalaman, garis lintang, waktu pengukuran.
   Alat untuk mengukur kecerahan disebut Secchi Disk. Secchi Disk mempunyai desain berbentuk lingkaran atau lempengan dengan empat warna, yaitu hitam-putih-hitam-putih dengan tujuan agar warna hitam itu menyerap cahaya sedangkan warna putih memantulkan cahaya. Cara menghitung kecerahan:
D = D1 + D2
2

4.2.5        Fitoplankton
Pada hasil yang didapat pada lokasi tersebut terdapat plankto hanya saja yang membedakan adalah jumlah atau banyak sedikitnya hasil yang didapatkan. Menurut pengamatan yang dilakukan hasil plankton paling banyak ditemukan di pulau Baai. Plankton hidup di pesisir pantai dimana ia mendapat bekal garam mineral cahaya matahari yang mencukupi, plakton merupakan makanan ikan. Jadi dengan melihat banyak sedikitnya plankton disuatu kawasan dapat menjadi acuan dalam menentukan daerah penangkapan.
Fitoplankton banyak ditemukan di pelabuhan pulau baai karena pada waktu pengambilannya dilakukan pada waktu pagi hari. Dimana pada waktu pagi hari  fitoplankton bersiap-siap dalam melakukan fotosintesis
4.2.6        Arus
Berdasarkan data pengukuran kecepatan arus saat praktikum oceanografi diperoleh bahwa panjang tali yang digunakan adalah 10 meter  sehingga diperoleh kecepatan arus perairan laut tersebut adalah 143,6 m/s dengan arah arus dari timur ke barat.Arus di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya arus yakni tiupan angin musim dan suhu permukaan laut yang berubah – ubah Arus air laut juga dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu air baik secara vertikal maupun horizontal, tinggi permukaan laut, dan pasang-surut (Wibisono, 2005).
Arus ukur dengan menggunakan alat yaitu parasut meter, dengan panjang tali 5 meter. Parasut dilakukan dengan melepaskan parasut meter dan pelampung dibiarkan mengikuti arus dan barengan dengan menyalakan stopwach dan kompas untuk melihat berpa lama waktu yang dibutuhkan dan dimana arah arus melaju. Rumus  yang digunakan untuk menghitung arus adalah panjang tali dibagi waktu tempuh dengan satuan meter/detik.
Sementara itu gaya coriolis juga berpengaruh pada arus air laut. Sebab gaya ini   mempengaruhi aliran massa air dimana air yang lurus akan belok akibat gaya ini.  Gaya ini akibat dari rotasi pada poros bumi seperti yang dikatakan Hutabarat(1985).
Arus adalah gerakan air yang menyebabkan perpindahan horizontal massa air dari suatu ke tempat lain. Arus disebabkan oleh angin tetapi penyebab utamanya adalah radiasi matahari pada siang hari, sedangkan pada malam hari disebabkan oleh bulan. Disamping itu, gaya Coriolis juga dapat menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan arah arus yang kompleks susunannya. Gaya Coriolis sendiri yaitu gaya yang disebabkan oleh rotasi bumi yang mengakibatkan pembelokan arah angin. Angin juga dapat menyebabkan timbulnya arus vertical yang dikenal sebagai upwelling dan downwelling (Hutabarat, 1985).  Hal ini biasanya terjadi karena adanya perbedaan densitas dan suhu.
Ada dua macam arus yaitu pertama, arus permukaan yang disebabkan oleh angin. Ke dua, arus kedalaman yang disebabkan oleh densitas. Adapun manfaat arus adalah sebagai transportasi unsur hara, penyegaran dan pencucian karang, distribusi migrasi ikan, sebagai arah pelayaran, dan sebagai energy alternative (pembangkit listrik).kecepatan arus dapat dihitung dengan rumus :
V=  s
     T
           Keterangan :
           v = kecepatan arus
           s = panjang tali yang terpakai (m)
           t = waktu tempuh (s)

4.2.7        Pasang Surut
Pasang surut (pasut) air laut dilakukan didermaga Pulau Baai provinsi bengkulu dengan menggunakan alat papan skala. Pengambilan data pasang surut dilakukan dari pukul 8:30-14:30 WIB. Data diambil setiap 5 menit oleh 3-4 orang. Berikut adalah diagram rata-rata data pasang surut yang didapatkan.
Dari grafik diatas terlihat untuk pasang tertinggi yaitu 137 cm dan untuk surut terendah 77 cm, semua pengamatan dilakukan pada titik lokasi yang sama yaitu di Pulau Baai.
Menurut Widarno(2011), tipe pasang surut adalah dibagi menjadi tiga. Adalah yang pertama yaitu pasang surut harian. Kedua yaitu pasang surut purnama dan yang terakhir adalah pasang surut perbani. Pada saat pengamatan praktikum, yang dilakukan di Pelabuhan pulau baai yang terjaadi adalah pasang surut harian. Karena pada saat itu tidak terjadi bulan purnama ataupun gerhana.
Pasang Surut adalah pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara rata-rata dan dalam periode tertentu, yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi-bulan-matahari. Waktu antara puncak atau lembah ke puncak atau lembah gelombang berikutnya disebut periode. Di dalam pasang surut juga terkenal istilah tidal range yaitu jarak antara pasang tertinggi dibanding dengan surut terendah periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pasang surut mempunyai tiga tipe dasar, yaitu :
1.   Pasang surut harian (diurnal). Mekanisme pasang surut harian adlah satu kali pasang, satu kali suru, dengan periode 24 jam 50 menit.
2.   Pasang surut tengah harian (semi diurnal). Hampir sama seperti diurnal namun semi diurnal ini hanya terjadi setengah hari.
3.   Pasang surut campuran (mixed tide). Pasang surut ini terdiri dari diurnal dan semi diurnal. Sehingga terjadi satu kali pasang, dua kali surut dengan periode yang sangat berbeda.
Adapun macam Pasang Surut yaitu :
1.   Pasang surut perbani, dimana posisi bulan bumi matahari tegak lurus
2.   Pasang surut purnama, dimana posisi bumi bulan matahri sejajar
Alat untuk mengukur pasang surut disebut tide staff yang nantinya ditempeli dengan meteran.
Pasang surut laut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik menarik antara Bumi, Matahari dan Bulan. Ada tiga jenis pasang surut yang pokok yaitu pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type), pasang surut tipe harian ganda (semi diurnal type), dan pasang surut tipe campuran (Wibisono, 2005).
BAB V
Penutup
5.1. Kesimpulan
Dari beberapa percobaan yang dilakukan baik mengukur parameter fisika, kimia dan biologi kita dapat melihat atau menentukan karakteristik dari perairan. Sebagai contoh dalam pengamatan plankton dapat kita jadikan sebagai bahan acuan fishing ground atau daerah penangkapan karena plankton merupakan makanan ikan dan plankton juga sangat memiliki peranan penting dalam ekosistem laut karena sangat penting dalam rantai makanan dan menggambarkan karakteristik perairan laut serta mampu menganalisa dan menampilkan dalam bentuk diagram-diagram baku dari parameter-parameter yang digunakan. Para meter yang digunakan adalah planktonet, parasut meter, refraktometer, secchi disk, termometer, dan ph meter.
Cara pengamatan pasang surut air laut dengan menggunakan alat papan skala atau tide staff . Data diambil setiap 5 menit oleh 3-4 orang praktikan . Serta pasang surut yang terjadi di pesisir kota bengkulu adalah pasang surut tipe pasang surut harian tunggal.
5.2. Saran
Dalam pelaksanaan praktikum seharusnya semua asisten  sudah benar-benar mengetahui prosedur percobaan yang akan dilakukan sehingga ada beberapa praktikum yang seharusnya dilakukan 3 kali pengulangan hanya dilakukan 1 kali, untuk meminimalisir sehingga tidak ada kesalahpahaman antara asisten dengan praktikan.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar